Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan. (TB)[7]
"Kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun, di mana "-Nya" mengacu pada "Mesias": Nubuat ini akan digenapi oleh Yesus Kristus pada kedatangan-Nya yang terakhir ketika Dia kembali ke tempat yang ditinggalkan-Nya (Lukas 24:50–51; Kisah Para Rasul 1:9–12). Topografi wilayah itu akan berubah secara dramatis ketika bukit itu akan terbelah dua, setengahnya bergeser ke utara, setengahnya lagi ke selatan, sehingga terjadi sebuah lembah di antaranya.[8]
"Bukit Zaitun": merupakan salah saatu puncak dari sederetan bukit-bukit yang panjangnya sekitar 1,6 km (1 mil), menjulang 57 meter (187 kaki) lebih tinggi dari Gunung Sion, 90 meter (295 kaki) lebih tinggi dari Gunung Moria, 135 meter (443 kaki) di atas Getsemani, dan terletak antara kota Yerusalem dan padang gurun yang berbatasan dengan Laut Mati.[9] Pada lereng utaranya melingkar jalan yang menuju ke Betania dan sungai Yordan.[9] Ini adalah satu-satunya ayat dalam Perjanjian Lama yang menyebut tepat nama "Bukit Zaitun", meskipun bukit ini sering dirujuk pada beberapa tempat, misalnya 2 Samuel 15:30; 1 Raja–raja 11:7; 2 Raja–raja 23:13 (di mana disebut "bukit Kebusukan"/"valley of corruption"), dan lain-lain.[10] Di tempat ini Daud kemungkinan beribadah 2 Samuel 15:32; putranya, dalam kemerosotan iman, menajiskannya 1 Raja–raja 11:7; Yosia membuatnya najis dalam memerangi penyembahan berhala 2 Raja–raja 23:13; di sanalah "di atas gunung yang di sebelah timur kota", "kemuliaan Allah hinggap", atau berdiri, ketika telah "naik ke atas dari tengah-tengah kota" Yehezkiel 11:23; menyatukan lokasi kemuliaan Yesus yang terbesar di atas bumi, tempat kenaikan-Nya ke sorga, dengan lokasi kesedihan yang terdalam di Getsemani.[9] Demikianlah malaikat berkata, "Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." Kisah 1:11.[9]
"Di depan Yerusalem di sebelah timur": Bukit yang terletak di sebelah timur Yerusalem itu dipisahkan dari kota tersebut oleh lembah Kidron yang cukup dalam, dan kemudian menanjak sampai ke ketinggian sekitar 180 meter (600 kaki), dan dari sana bisa melihat padang gurun Yudea serta lembah sungai Yordan.[10] Detail geografi ini ditambahkan pada teks untuk mengindikasikan jalan melarikan diri yang akan dibuka bagi mereka yang akan diselamatkan.[10]
"Terbelah dua" (bahasa Inggris: Shall cleave in the midst thereof; "terbelah dari tengah-tengahnya"): sejumlah sarjana menganggap lembah yang dihasilkan sama dengan "lembah Yosafat", juga disebut "Lembah Penghakiman" ("valley of decision"), di mana orang-orang kafir, akan dibangunkan dan dibangkitkan, diajukan ke pengadilan dan dihakimi, Yoel 3:2.[11] Tujuan pembelahan bukit menjadi dua oleh peretakan atau penenggelaman/pembentukan lembah (suatu perpanjangan lembah Yosafat dan terentang dari Yerusalem di sisi barat, sampai ke sungai Yordan, di sisi timurnya) adalah untuk membuka jalan pelarian bagi orang-orang yang terkepung (bandingkan Yoel 3:12, 14).
"Setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan" sehingga "terjadi suatu lembah yang sangat besar" di antara keduanya. Tempat keberangkatan Yesus pada kenaikan-Nya ke sorga akan menjadi tempat mendarat-Nya kembali: dan Ia "akan datang kembali dengan cara yang sama" (Kisah 1:11). Ia akan kembali ke Yerusalem "dari sebelah timur" (Matius 24:27), sehingga Ia akan masuk dengan kemenangan ke dalam kota dari arah Bukit Zaitun yang di sebelah timur kota itu Matius 21:1–10). Tempat Ia mengalami pergumulan hebat, akan menjadi tempat Ia dipermuliakan (bandingkan Yehezkiel 11:23}, dengan Yehezkiel 43:2, "datang dari sebelah timur."[12]
Maka tertutuplah lembah gunung-gunung-Ku, sebab lembah gunung itu akan menyentuh sisinya; dan kamu akan melarikan diri seperti kamu pernah melarikan diri oleh karena gempa bumi pada zaman Uzia, raja Yehuda. Lalu TUHAN, Allahku, akan datang, dan semua orang kudus bersama-sama Dia.[13]
"Gempa bumi pada zaman Uzia, raja Yehuda": terjadi dua tahun sesudah nabi Amos menubuatkannya pada abad ke-8 SM, sebagaimana tercatat dalam Kitab Amospasal 1:1, yang menurut Yosefus,[14] terjadi pada saat raja Uzia terkena penyakit kusta karena berani menjalankan tugas imam, dan yang dicatatnya pada tempat di dekat kota yang bernama Eroge, setengah bagian gunung di sebelah barat terbelah, dan terguling setengah mil ke arah sisi timur dan berdiri di sana, sehingga jalan-jalan terhenti sampai taman-taman raja.[11]
Seluruh negeri ini akan berubah menjadi seperti Araba-Yordan, dari Geba sampai ke Rimon di sebelah selatan Yerusalem. Tetapi kota itu akan menjulang tinggi dan tetap tinggal di tempatnya, dari pintu gerbang Benyamin sampai ke tempat pintu gerbang yang dahulu, yakni sampai ke pintu gerbang Sudut, dan dari menara Hananeel sampai ke tempat pemerasan anggur raja.[15]
Akibat kedatangan Tuhan, negeri sekitar Yerusalem akan diratakan, sekalipun Yerusalem sendiri akan menjadi dataran tinggi, yang sedikit tinggi di atas wilayah sekitarnya sehingga menonjol.[8]
Penelitian oleh geolog Profesor Steven A. Austin[16] dan rekan-rekannya yang dipublikasikan pada tahun 2000 menyatakan bahwa sejumlah ekskavasi arkeologi yang terpisah-pisah di daerah-daerah Israel dan Yordania mengandung arsitektur dari Zaman Besi Muda (Iron IIb) yang menunjukkan kerusakan karena gempa bumi besar.[17] Bekas-bekas gempa bumi pada enam situs (Hazor, Deir 'Alla, Gezer, Lakhis, Tell Judeideh, dan 'En Haseva), secara stratigrafis terkait sangat erat dengan periode pertengahan abad ke-8 SM, dengan rentang kesalahan penanggalan sekitar 30 tahun (kurang lebih pada masa pemerintahan Uzia sebagaimana disebutkan dalam Amos 1:1 dan Zakharia 14:5).[17] Ekskavasi oleh arkeolog Yigael Yadin pada Stratum VI di Hazor mengungkapkan tembok-tembok yang miring ke arah selatan, pilar-pilar yang condong, dan rumah-rumah yang ambruk, bahkan pada sejumlah arsitektur yang terkuat, menandakan gelombang gempa bumi datangnya dari utara.[18] Ekskavasi pada kota Gezer mengungkapkan kerusakan parah akibat gempa bumi, di mana tembok kota terluar menunjukkan batu pahatan yang beratnya berton-ton retak dan berpindah tempat beberapa inci dari landasannya. Bagian bawah tembok berpindah ke arah luar (menjauhi kota), sedangkan bagian atasnya jath ke arah dalam (mendekati kota) masih tergeletak lapisan demi lapisan, menunjukkan bahwa robohnya tembok itu tiba-tiba.[19]
W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
VanderKam, James C. & Flint, Peter (2002). The Meaning of the Dead Sea Scrolls. New York: HarperSanFrancisco. hlm.28.Pemeliharaan CS1: Menggunakan parameter penulis (link)
Joseph S. Exell; Henry Donald Maurice Spence-Jones (Editors). "Zechariah 14". In: The Pulpit Commentary. 23 volumes. First publication: 1890.Artikel ini memuat teks dari sumber tersebut, yang berada dalam ranah publik.
Austin, S.A., G. W. Franz, and E. G. Frost. 2000. Amos's Earthquake: An extraordinary Middle East seismic event of 750 B.C. International Geology Review. 42 (7): 657-671.
Younker, R. 1991. A preliminary report of the 1990 season at Tel Gezer, excavations of the "Outer Wall" and the "Solomonic" Gateway (July 2 to August 10, 1990). Andrews University Seminary Studies. 29: 19-60.