Loading AI tools
tengkolok atau tanjak adalah sebuah penutup kepala, yang bisa ditemukan di berbagai negara Asia Tenggara Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Tengkolok, atau yang disebut juga sebagai Tanjak, serta dikenali pula dengan nama Destar, dan Lacak (Minangkabau: Deta; Melayu Kelantan-Pattani: Semutar; Melayu Jambi: Lacak)[6][7] merupakan sebuah penutup kepala tradisional yang biasanya dikenakan oleh etnis Melayu dan Indonesia.[8][9] Biasanya, tengkolok digunakan oleh kaum laki-laki, meskipun begitu tengkolok juga digunakan oleh perempuan.[6] Tengkolok biasanya dibuat dari kain songket yang dilipat dengan sedemikian rupa (atau yang terkadang disebut sebagai solek). Pada masa lampau, tengkolok digunakan sebagai perlengkapan pakaian di Palembang yang dipakai oleh bangsawan dan tokoh masyarakat. Sementara pada masa sekarang, tengkolok digunakan untuk fungsi keupacaraan, misalnya pernikahan.[10]
Istilah "tengkolok", "Tanjak", dan "setanjak" merupaka sebuah sinonim. Kata "tengkolok" sendiri juga dapat diartikan sebagai "penutup kepala yang dikenakan oleh perempuan".[7] Akan tetapi, pengartian tengkolok sebagai penutup kepala yang dikenakan perempuan jarang digunakan pada masa sekarang, kecuali di beberapa wilayah di Jambi[6] maupun wilayah lain yang masih menuturkan bahasa yang serumpun, seperti bahasa Minangkabau).[11]
Namun, beberapa beranggapan bahwa "tengkolok", "tanjak", dan "destar" merupakan hal yang berbeda jika ditinjau dari jenis kain maupun cara pelipatan, meskipun kegunaanya sama. Tengkolok biasanya diartikan sebagai penutup kepala dari kain yang berkualitas baik dan memiliki banyak lipatan dan lapisan. Destar memiliki lipatan dan lapisan yang lebih sedikit dari tengkolok. Sedangkan tanjak memiliki lipatan yang serupa dengan tengkolok, akan tetapi lebih sederhana.[12][13]
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Menurut sejarah, tengkolok atau tanjak pertama kali digunakan oleh masyarakat Sriwijaya di Sumatra. Konon katanya orang-orang Melayu Sriwijayalah yang pertama kali menggunakan tanjak dalam keseharian mereka.
Tetapi menurut pendapat beberapa ahli tanjak sudah ada jauh sebelum zaman sriwijaya, terutama di pulau melaka
Pada tahun 2019 Tanjak Palembang dicatat oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTB).[9] Untuk melestarikan Tanjak, Pemerintah Sumatera Selatan menghimbau kepada masyarakatnya untuk memakai tanjak. Gubernur Sumatera Selatan mengeluarkan Peraturan Daerah yaitu mewajibkan setiap bangunan di Sumatera Selatan wajib memakai ornamen atau atribut lambang/simbol berupa Tanjak, Songket atau ornamen khas budaya Sumatera Selatan lainnya, baik di gapura atau bagian bangunan tersendiri.[14][15]
Tengkolok pada masa lampau biasanya digunakan oleh pemimpin maupun tokoh masyarakat. Pemimpin Tertinggi Malaysia, yakni Yang di-Pertuan Agong, menggunakan tengkolok sebagai bagian dari tata busana. Tengkolok yang diberi nama sebagai "Tengkolok Diraja" itu terbuat dari sutra hitam dengan benang emas. Di bagian depan terdapat bulan sabit dan bintang berujung sebelas yang terbuat dari emas putih bertatahkan berlian, bergambar Lambang Negara.[16]
Tengkolok digambarkan dalam salah satu cerita rakyat di Malaysia tentang Muzaffar Shah (1528–1549), putra Sultan Malaka terakhir dikarenakan kala itu Kesultanan Malaka direbut oleh Portugis pada tahun 1511, diundang untuk memerintah wilayah Perak. Muzaffar Shah memulai perjalanannya melalui laut, dengan membawa serta tanda kebesaran kesultanan Malaka. Tidak jauh dari pantai Perak, kapal tersebut mulai tenggelam. Ia mencoba meringankannya dengan membuang semua muatan yang ada. Namun hingga Muzaffar Shah melemparkan mahkota ke laut, kapal tidak bergeming. Sang sultan menganggap ini sebagai tanda dari atas dan bersumpah bahwa dia tidak akan pernah memakai mahkota itu lagi. Sejak saat itu, menurut legenda, para sultan mulai mengenakan bukan mahkota kerajaan, melainkan tengkolok.[17]
Bentuk dari tengkolok digunakan sebagai inspirasi desain dari Perpustakaan Nasional Malaysia yang terletak di Kuala Lumpur, Malaysia. Perpustakaan ini dirancang pada tahun 1994 oleh arsitek Ikmal Hashim Albakri dan Victor Chew. Desain dan konsep bangunan mencerminkan identitas Malaysia yang melambangkan "pencapaian intelektual ditambah inspirasi dari warisan budaya bangsa yang kaya" [sic].[18][19]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.