Sutoyo Siswomiharjo
pahlawan revolusi Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Sutoyo Siswomiharjo (28 Agustus 1922 – 1 Oktober 1965 ) adalah seorang perwira tinggi TNI-AD yang diculik dan kemudian dibunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September di Indonesia. Ia mendapatkan gelar Mayor Jenderal Anumerta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Sutoyo Siswomiharjo | |
---|---|
![]() | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Kebumen, Keresidenan Kedu, Hindia Belanda | 28 Agustus 1922
Meninggal | 1 Oktober 1965 43) Lubang Buaya, Jakarta Timur, Indonesia | (umur
Makam | Taman Makam Pahlawan Kalibata |
Anak | 2, termasuk Agus Widjojo |
Pekerjaan | TNI |
Penghargaan sipil | Pahlawan Revolusi - KPLB Anumerta |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1945—1965 |
Pangkat | Mayor Jenderal TNI (Anumerta) |
Satuan | Polisi Militer (CPM) |
Pangkat terakhirnya adalah Brigadir Jenderal TNI, tetapi karena gugur dalam tugas, maka diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Mayjen. TNI (Anumerta). | |

Riwayat Hidup
Ringkasan
Perspektif
Kehidupan awal
Sutoyo lahir di Kebumen, Keresidenan Kedu. Ia menyelesaikan sekolahnya sebelum invasi Jepang pada tahun 1942, dan selama masa pendudukan Jepang, ia belajar tentang penyelenggaraan pemerintahan di Jakarta.[1] Dia kemudian bekerja sebagai pegawai pemerintah di Purworejo, namun mengundurkan diri pada tahun 1944.[2]
Karier militer
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Sutoyo bergabung ke dalam bagian Polisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia. Hal ini kemudian menjadi Polisi Militer Indonesia. Pada Juni 1946, ia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Soebroto, komandan Polisi Militer. Ia terus mengalami kenaikan pangkat di dalam Polisi Militer, dan pada tahun 1954 ia menjadi kepala staf di Markas Besar Polisi Militer. Dia memegang posisi ini selama dua tahun sebelum diangkat menjadi asisten atase militer di kedutaan besar Indonesia di London. Setelah pelatihan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat di Bandung dari tahun 1959 hingga 1960, ia diangkat menjadi Inspektur Kehakiman Angkatan Darat, kemudian karena pengalaman hukumnya, pada tahun 1961 ia menjadi inspektur kehakiman/jaksa militer utama.[1][2][3]
Kematian

Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, anggota Gerakan 30 September yang dipimpin oleh Sersan Mayor Surono masuk ke dalam rumah Sutoyo di Jalan Sumenep, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka masuk melalui garasi di samping rumah. Mereka memaksa pembantu untuk menyerahkan kunci, masuk ke rumah itu dan mengatakan bahwa Sutoyo telah dipanggil oleh Presiden Soekarno. Mereka kemudian membawanya ke markas mereka di Lubang Buaya.[4][5] Di sana, dia dibunuh dan tubuhnya dilemparkan ke dalam sumur yang tak terpakai. Seperti rekan-rekan lainnya yang dibunuh, mayatnya ditemukan pada 4 Oktober dan dia dimakamkan pada hari berikutnya. Dia secara anumerta dipromosikan menjadi Mayor Jenderal dan menjadi Pahlawan Revolusi.[6]
Ia dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan.
Tanda Jasa
![]() ![]() | ||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Baris ke-1 | Bintang Republik Indonesia Adipradana (10 November 1965)[7] | Bintang Gerilya | |
---|---|---|---|
Baris ke-2 | Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia | Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun | Satyalancana Perang Kemerdekaan I |
Baris ke-3 | Satyalancana Perang Kemerdekaan II | Satyalancana G.O.M I | Satyalancana G.O.M II |
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.