Loading AI tools
Kendaraan militer lapis baja Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
APS-3 "Anoa" (kependekan dari Angkut Personel Sedang-3; bahasa Inggris: Medium Personnel Carrier) adalah sebuah kendaraan militer lapis baja buatan PT Pindad (persero), Indonesia. Kendaraan ini dipergunakan untuk mengangkut personel atau dikenal dengan nama panser atau pengangkut personel lapis baja (bahasa Inggris: Armoured personnel carrier atau APC). Nama Anoa sendiri diambil dari nama hewan Anoa yaitu hewan sejenis kerbau yang merupakan hewan asli Sulawesi. Purwarupa pertama kali di perlihatkan ke publik pada ulang tahun ke 61 TNI pada 5 Oktober 2006 di markas besar TNI, Cilangkap.[3][4]
Pindad APS-3 "Anoa" 6x6 | |
---|---|
Panser Anoa yang dipersenjatai pelontar granat, 4 Desember 2008 | |
Jenis | Pengangkut personel lapis baja (APC) |
Negara asal | Indonesia |
Sejarah pemakaian | |
Digunakan oleh | TNI di Indonesia |
Sejarah produksi | |
Perancang | PT Pindad |
Tahun | 2006 |
Produsen | PT Pindad |
Biaya produksi | US$ 1 Juta (Rp 15,42 Miliar) |
Diproduksi | 2006–Sekarang |
Jumlah produksi | 400+[1][2] |
Spesifikasi | |
Berat | 12,5 ton, 14,5 ton (tempur) |
Panjang | 6 m |
Lebar | 2.5 m |
Tinggi | 2.17 m atas badan |
Awak | 3 + 10 penumpang |
Perisai | Lapis baja Monocoque, STANAG 4569 level 3 |
Senjata utama |
Senapan mesin kaliber 12.7 mm, senapan mesin kaliber 7.62 mm, pelontar granat otomatis 40 mm |
Senjata pelengkap |
2x3 66 mm peluncur granat asap |
Jenis Mesin | Renault MIDR 062045 diesel turbo-charged 6 silinder inline , paket pendingin Behr 320 hp, 2500 Rpm |
Daya kuda/ton | 22,85 hp/ton |
Transmisi | Otomatis, ZF S6HP502, 6 maju, 1 mundur |
Suspensi | Suspensi Independen, batang torsi |
Kelonggaran tanah | 40 cm |
Kapasitas tangki | 200 liter |
Daya jelajah | 600 km |
Kecepatan | 90 km/jam |
Pindad APS-3 diperlihatkan secara resmi kepada publik pada Indo Defence & Aerospace pada tanggal 19 November 2008[5] hingga 22 November 2008[6] setelah diperlihatkan pada parade militer TNI pada 5 Oktober 2008.[7] Pada 30 Agustus 2008, 10 APS-3 telah diproduksi[8] dan rencananya akan diproduksi sebanyak 150 buah untuk TNI Angkatan Darat[9][10] untuk penugasan Anoa pada tahun 2009.[11] 20 Panser ini diserahterimakan ke Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pertahanan, bagian dari kesepakatan dari 150 ke 40 unit saja karena krisis ekonomi.[12] 40 Panser tersebut akirnya dikirim sebagai komitmen PT Pindad untuk memenuhi pesanan total sebanyak 154 Panser.[13] 33 diserahkan kepada Kementrian Pertahanan pada 13 Januari 2010.[14] Pindad telah menerima suntikan dana pinjaman dari Bank Mandiri, Bank BNI 46 dan Bank BRI sebagai bagian dari pembayaran untuk manufaktur Panser-Panser tersebut.[12]
Sejarah pengembangan Panser Pindad ini dimulai pada tahun 2003 sebagai hasil dari meningkatnya intervensi militer di provinsi Aceh. Selama Operasi Militer di Aceh, TNI Angkatan Darat meminta kendaraan angkut personel yang amatlah mendesak untuk transportasi pasukan.
Pindad merespon permintaan ini tahun 2004, dengan APR-1V (Angkut Personel Ringan)[15] sebuah kendaraan lapis baja yang berbasis sasis truk Isuzu. Tetapi, order selanjutnya untuk 26 kendaraan lanjutanya dibatalkan karena Tsunami 2004.
Pindad meneruskan pengembangan APS dengan bantuan dari BPPT.[16] Purwarupa berikutnya adalah Pindad APS-1, sebuah rancangan 6x6 yang didasarkan dari sasi truk Perkasa buatan PT Texmaco.[17] Meskipun tidak dipilih untuk diproduksi, pengalaman yang didapat dari pengembangan APS-1 meyakinkan Tentara Nasional Indonesia untuk memberi lampu hijau kepada Pindad untuk membuat generasi selanjutnya dari ranpur Panser, Pindad APS-2 dengan ongkos produksi sebesar 600 juta rupiah perbuah.
Tahun 2006 Pindad dan BPPT memulai pengembangan APS-3 yang tidak hanya bisa bermanuver di darat tetapi juga di perairan dangkal dan danau. Pengembangan ini menghasilkan varian 4x4, dan selanjutnya disempurnakan untuk diaplikasikan kemampuan amfibinya untuk varian 6x6. Ujicoba purwarupa pertama dilakukan awal tahun 2007, dan pada 10 Agustus 2008, 10 panser pertama APS-3 Anoa diproduksi. Tahun 2009, panser pertama diserahterimahkan kepada kementrian pertahanan.[17]
Karena performa Anoa yang bagus dan program kemandirian alutsista yang sedang digalakkan oleh Departemen Pertahanan[18] Pindad melanjutkan pengembangan kendaraan-kendaraan tempur yang berbasis dari templat Anoa seperti varian logistik, recovery, ambulans maupun varian kombatan yang bukan lagi dikategorikan sebagai kendaraan angkut personel seperti Anoa IFV dan Anoa Kanon.[19][20]
Pada kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia, Syafrie Syamsudin pada tanggal 20 Desember 2011, telah dimunculkan wujud terbaru dari varian Anoa yaitu varian kanon (yang diperbaharui) dan varian beroda rantai.[21] Varian beroda rantai ini tidak seperti varian kanon, masih termasuk sebagai ranpur angkut personel, perbedaan ada pada wujud dan spesifikasi dan bukanlah peran dalam pertempuran.
Berikut ini adalah varian-varian yang sudah dan akan diproduksi oleh Pindad:[22][23][24]
Kendaraan taktis (rantis) beroda 4 yang termasuk jenis Armored Personnel Carrier (APC). Hanya dibuat sebanyak 4 unit untuk TNI AD dan belum ada kabar penambahan unit untuk varian ini.[25]
Versi beroda 6[25] yang paling banyak diproduksi, sebanyak lebih dari 400 unit buah dibuat dan di gelar oleh TNI AD. 13 unit Anoa bercat putih khas PBB dikirim ke Lebanon untuk misi perdamaian PBB[26] Model Anoa ini memiliki persenjataan standar 7.62 mm atau 12.7 mm yang dioperasikan secara tradisional, serta pelontar tabir asap berkaliber 66mm.[27]
Model terbaru dari Anoa 6x6 adalah Anoa V2 yang memiliki peningkatan teknologi tanpa mengubah bentuk fisik Anoa secara drastis.[27] Anoa V2 ini memiliki kelebihan yaitu kupola yang berbentuk cembung sehingga bisa memantulkan peluru dengan lebih efektif, sistem ramp door yang mampu berfungsi manual maupun otomatis (apabila terjadi malafungsi elektronik pintu masih dapat dibuka dengan tangan), kursi yang bisa dilipat, Remote Weapon System berkaliber 7.62 mm sehingga tidak perlu menembakan senapan mesin dari kupola secara manual, serta sistem keamanan jendela yang dipermudah-dulu hanya bisa menutup jendela pengaman dari luar, sekarang mampu dilakukan dari dalam.[27] Varian 6x6 mampu membawa 13 personel baik V1 maupun V2, Varian V2 juga memiliki waterjet yang memungkinkan pergerakan lebih lincah di perairan dangkal.[19]
Pada 2012 awal, ada penampakan Anoa yang menggunakan pelat keramik untuk perlindungan balistik tambahan. Tidak jelas pelat keramik ini buatan lokal atau impor dari Prancis atau Afrika Selatan seperti yang dipasang di APS VAB, menurut pengunggah foto pelat ini di impor dari Afrika Selatan. Kemungkinan besar kadar perlindungan dari pelat ini tidaklah jauh dari pelat keramik yang terpasang di saudara tuanya.[28]
Diperlihatkan pertama kali pada Indo Defence 2022. Sebuah varian dari Arquus VAB Mk.3 dengan modifikasi Pindad yang diberi nama Anoa 3.[29] Ia memiliki level perlindungan STANAG level 4.[30]
Versi beroda 8 juga sedang dikembangkan oleh Pindad tetapi masih berupa maket. Rupa dari maket tersebut amatlah berbeda dengan varian 6x6, menggunakan kanon seperti 6x6 versi kanon yang belum diketahui spesifikasinya.[31]
Pada kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia, Syafrie Syamsudin pada tanggal 20 Desember 2011, telah dimunculkan wujud terbaru dari varian Anoa yaitu varian kanon dan varian beroda rantai.[21] Menurut redaksi di internet, varian ini memiliki spesifikasi yang mirip dengan varian 6x6, yaitu 10 penumpang, berat kosong 10 ton, ketebalan baja pelindung 10 mm dan daya jelajah 400 km. Rupa dari varian ini berbeda dengan varian 6x6, dengan siluet yang rendah dan lebih mengacu pada rancangan blok timur seperti BTR-50 dan BMP-3.[32]
Anoa dengan peruntukan intai dibuka kepada publik pada tahun 2011, memiliki persenjataan meriam berkaliber 20 mm beserta senapan mesin berat dan tabir asap. Belum jelas spesifikasi lanjut dari varian Intai ini selain persenjataan dan penampakan fisik.[33]
Anoa dengan peruntukan infantry fighting vehicle (Indonesia: kendaraan penempur infantri) yang tugasnya memberi bantuan tembakan dengan meriam berkaliber 20 mm, belum jelas rupa ranpur ini seperti apa. Menurut Production Manager Special Vehicle Division PT Pindad, Yadi Kussuryadi, ranpur ini berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). "Ranpur ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis", demikian jelas Yadi. Ranpur ini memiliki 5 kru yaitu 2 personel temur dan 3 personel pengoperasi kendaraan. Anoa varian ini ditujukan untuk batalion mekanis sebagai kendaraan tempur bantuan untuk pertempuran infantri.[20] “Rencananya kami akan melakukan kerja sama dengan Korea Selatan pada 2012,” kata Direktur Produk Manufaktur Tri Hardjono di Bandung Jawa Barat, Selasa (1/11) mengenai pengembangan panser kanon dan IFV.[34]
Panser ini merupakan proyek pengembangan panser Pindad Anoa 6x6. Sistem meriam panser ini menggunakan CSE-90/MK-III buatan CMI Defense, Belgia. CSE-90 berkaliber 90mm ini juga dilengkapi dengan senapan mesin coaxial 7,62mm.[35] Untuk perangkat komunikasi menggunakan Intercom set VHF/FM dengan fasilitas anti-jamming dan berkemampuan hopping channel. Peralatan pertempuran lainnya adalah teropong malam (Night Vision Google), GPS, dan perangkat sensor senjata.[36] Ada kemungkinan varian ini dinamai Tarantula dan bekerja sama dengan Industri Pertahanan Korea Selatan dalam pengembanganya.[37] Varian ini ditujukan sebagai bantuan tembakan untuk batalion kavaleri.[20] Pada tanggal 20 Desember 2011 Wamenhan mengunjungi Pindad untuk melihat perkembangan riset disana, diperlihatkan wujud Anoa kanon yang lebih baru.[21]
Penantian kepastian spesifikasi dan penamaan varian ini akhirnya selesai, pada tanggal 25 Juli 2013, Pindad telah selesai merakit 11 unit panser Tarantula buatan Doosan DST. Untuk saat ini, Pindad hanya bertugas merakit dan menguji kelayakan dari panser ini dan belum ada indikasi tingkat manufaktur panser seperti yang sudah-sudah. Total varian Tarantula yang dipesan oleh TNI ialah 22 unit, 11 lainnya sudah dirakit di Korea Selatan oleh Doosan. Sebenarnya, kendaraan ini sudah dipesan sejak tahun 2009, namun karena adanya permintaan kemampuan khusus oleh pihak Indonesia, maka pengerjaannya menjadi tertunda-tunda.[38] Pada HUT TNI tertanggal 5 Oktober 2013, beberapa unit Tarantula sudah dipamerkan dan menggunakan camo TNI-AD.
Akhirnya pada tahun 2014, Pindad yang bekerja sama dengan CMI Defense Belgia merilis varian penyempurnaan Anoa kanon yang diperlihatkan pada tahun-tahun sebelumnya dan dinamai Badak oleh Wakil Presiden H.M Jusuf Kalla pada pameran Indo Defence tahun 2014. Pada akhir tahun 2015 Badak mendapatkan sertifikasi dari TNI Angkatan darat disusul pemesanan 50 unit.
Selain varian kombatan, Anoa juga memiliki varian lain seperti Angkut Medis, Angkut Logistik, Armored Recovery Vehicle (berfungsi sebagai penderek ranpur yang mengalami kesulitan bergerak atau kerusakan parah), varian mortir, Varian komando, varian Amfibi dan varian yang diperuntukkan untuk Kepolisian.[19]
Malaysia berminat untuk membeli sejumlah Anoa dari PT Pindad dan diberi nama Rimau yang berarti harimau dalam Bahasa Melayu. Tidak jelas apa perbedaan dari varian Anoa 6x6 yang standar,[24] kemungkinan besar perbedaan ada pada mesin yang tidak lagi menggunakan mesin Renault tetapi menggunakan mesin Mercedes-Benz yang kapasitasnya sama-sama 7000 cc dan 320 tenaga kuda.[39]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.