Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Perantau Minang (disebut sebagai Diaspora Minang) adalah sebutan bagi orang-orang Minangkabau yang hidup di perantauan atau di luar tanah asalnya, sekitaran dataran tinggi Minangkabau.[1] Mereka tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan juga di wilayah mancanegara, seperti Malaysia,[2] Singapura,[3] Brunei Darussalam, Australia,[4] Benua Eropa,[5] Amerika Serikat,[6] Timur Tengah, dan lainnya.
Entitas perantau Minang merupakan masyarakat yang jumlahnya diperkirakan setara kalaupun tidak lebih banyak daripada orang Minang yang ada di tanah asalnya, ranah Minangkabau.[7] Mereka menjalani kehidupan di tanah rantau disebabkan beberapa faktor, seperti eksistensi diri, adat matrilineal, perang, dan faktor ekonomi,[7] serta beragam motivasi, yaitu mencari kekayaan, ilmu pengetahuan, dan kemasyhuran.[8]
Para perantau Minang terdahulu telah meninggalkan tanah pusakanya sejak berabad-abad yang lalu, dan keturunannya telah menjadi warga masyarakat yang berbeda dengan masyarakat Minangkabau saat ini. Sementara para 'perantau Minang baru' masih punya kedekatan dan keterkaitan emosional dengan budaya dan tanah kelahirannya.[7] Peribahasa Minang yang berbunyi Karatau madang di hulu, berbuah berbunga belum. Ke rantau bujang dahulu, di rumah berguna belum atau Daripada malu pulang ke kampung, lebih baik rantau diperjauh, membuat banyak perantau Minang yang tidak pernah pulang lagi ke kampung halamannya, walaupun rindu dendam pada ranah bundo dan segala isinya berkecamuk seakan tak terperi.[7]
Untuk menjembatani para perantau Minang dengan masyarakat Minang di Sumatera Barat (ranah Minang), beberapa tokoh Minang rantau, seperti Azwar Anas, Emil Salim, Harun Zain, Bustanil Arifin, Hasyim Ning, Hasan Basri Durin, Fahmi Idris, Saafroedin Bahar, Sjafaroeddin Sabar, dan beberapa tokoh lainnya, mendirikan lembaga Gerakan Seribu Minang yang dipendekkan menjadi Gebu Minang pada 20 Januari 1990.[9] Pada awalnya lembaga ini mengumpulkan uang seribu rupiah/bulan dari setiap warga perantau Minang untuk pembangunan berbagai sarana di Sumatera Barat. Keberhasilan lembaga ini sempat dijadikan role model oleh berbagai kelompok masyarakat lainnya di Indonesia, seperti masyarakat Karo, masyarakat Sulawesi Selatan,[10] dan lainnya.
Selain Gebu Minang, beberapa organisasi masyarakat perantau Minang yang lebih kecil dan berdasarkan asal-usul kabupaten atau nagari juga banyak yang didirikan. Yang dianggap terbesar dan terluas jangkauannya adalah Sulit Air Sepakat (SAS), sebuah organisasi perantau Minang asal Sulik Aia (Sulit Air), Solok, yang sudah berdiri pada sekitar awal abad ke-20. Dengan memiliki sekitar 80 Dewan Perwakilan Cabang (DPC) di seluruh Indonesia dan 4 DPC di luar negeri, yaitu di Malaysia, Sydney dan Melbourne (Australia) serta Washington DC, Amerika Serikat, organisasi ini merupakan yang terbesar di antara berbagai organisasi perantau Minang berdasarkan wilayah kabupaten/nagari di Sumatera Barat.[4][11]
Selain Sulit Air Sepakat, para tokoh perantau Minang asal kota Pariaman dan kabupaten Padang Pariaman juga membentuk organisasi Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) pada 29 April 1984 di Pariaman. Dewan Pimpinan Pusat PKDP berkedudukan di Jakarta dengan sejumlah cabang di beberapa kota di Indonesia.[12] Semua organisasi itu didirikan atas dasar kepedulian terhadap kampung halaman dan juga tidak jarang melakukan kegiatan sosial untuk masyarakat lainnya di wilayah rantau.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.