Loading AI tools
desa di Kabupaten Malang, Jawa Timur Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Ngadas adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.[1][2] Ngadas merupakan salah satu dari 36 desa Suku Tengger yang tersebat dalam empat kabupaten/kota.[1] Terletak di tengah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Ngadas merupakan kantung (enclave) dari TNBTS dan berada di ketinggian mencapai 2150 mdpl dengan luas area sekitar 395 ha dengan topografi berbukit.[3][4][5] Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani dengan pemeluk kepercayaan Buddha Jawa sebesar 50%, Islam 40% dan Hindu 10%.[3] Karena berada di ketinggian lebih dari 2200 mdpl mengakibatkan suhu udara di Ngadas cenderung dingin, suhu di sekitar Ngadas berkisar 0°C hingga 20 °C.[6] Sejak tahun 2007 Ngadas ditetapkan menjadi desa wisata oleh Pemerintah Kabupaten Malang karena memiliki ragam potensi wisata alam.[6]
Ngadas | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Malang | ||||
Kecamatan | Poncokusumo | ||||
Kode pos | 65157 | ||||
Kode Kemendagri | 35.07.07.2017 | ||||
Luas | 395 ha | ||||
Jumlah penduduk | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Pertama kali Ngadas dibuka oleh Eyang Sedek pada sekitar abad ke-18 sebagai upaya perluasan pengaruh kerajaan Mataram Islam, Kraton Kasunanan Surakarta.[1] Namun dalam perkembangannya, warga yang kemudian melakukan migrasi memasuki desa ini adalah masyarakat Tengger yang sebelumnya tinggal di desa lain di sekitar Gunung Bromo.[1] Sehingga kini hampir 99% warga Ngadas merupakan masyarakat suku Tengger.[1]
Desa Ngadas memiliki iklim dataran tinggi subtropis (Cwb). Desa ini memiliki curah hujan sedang hingga rendah dari Mei hingga Oktober dan curah hujan lebat hingga sangat lebat dari November hingga April.
Data iklim Desa Ngadas | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 18.3 (64.9) |
18.4 (65.1) |
18.6 (65.5) |
18.3 (64.9) |
18.2 (64.8) |
17.8 (64) |
17.2 (63) |
17.3 (63.1) |
18.0 (64.4) |
18.5 (65.3) |
18.3 (64.9) |
18.2 (64.8) |
18.09 (64.56) |
Rata-rata harian °C (°F) | 14.6 (58.3) |
14.6 (58.3) |
14.9 (58.8) |
14.4 (57.9) |
14.1 (57.4) |
13.6 (56.5) |
12.7 (54.9) |
12.7 (54.9) |
13.4 (56.1) |
14.1 (57.4) |
14.6 (58.3) |
14.5 (58.1) |
14.02 (57.24) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 10.9 (51.6) |
10.8 (51.4) |
11.2 (52.2) |
10.6 (51.1) |
10.1 (50.2) |
9.4 (48.9) |
8.2 (46.8) |
8.2 (46.8) |
8.8 (47.8) |
9.8 (49.6) |
11.0 (51.8) |
10.9 (51.6) |
9.99 (49.98) |
Presipitasi mm (inci) | 297 (11.69) |
328 (12.91) |
347 (13.66) |
182 (7.17) |
108 (4.25) |
63 (2.48) |
31 (1.22) |
15 (0.59) |
20 (0.79) |
79 (3.11) |
159 (6.26) |
319 (12.56) |
1.948 (76,69) |
Sumber: Climate-Data.org[7] |
Mitos bahwa Joko Seger dan istrinya Loro Anteng merupakan keturunan dewa-dewa masih dipegang erat oleh warga Ngadas, yang termasuk Suku Tengger yang merupakan keturunan dari Joko Seger dan Loro Anteng.[2] Hubungan antara Gunung Bromo dengan warga Ngadas tak lepas dari upaya Joko Seger yang pernah mengorbankan putra bungsunya atau putra ke-25 (Kusuma) sebagai sesaji untuk Gunung Bromo.[2] Sesaji yang dilakukan Joko Seger, membuat warga meyakini Gunung Bromo tidak akan meletus, dan apabila ada letusan tidak akan mengarah ke Ngadas.[2]
Setiap kegiatan adat di Ngadas mulai pernikahan, kematian, hingga upacara adat, dipimpin oleh seorang dukun.[1] Secara bersama-sama masyarakat Tengger melakukan upacara seperti yang dilakukan oleh para leluhur untuk memperoleh keselamatan bagi desa, sehingga dengan adanya upacara tersebut menjadikan jiwa kebersamaan masyarakat menjadi semakin kuat.[3]
Upacara tradisi di Ngadas diikuti seluruh masyarakat termasuk yang bukan pemeluk agama Hindu.[3] Peristiwa pengorbanan Kusuma sebagai sesaji melatarbelakangi Upacara Kasada yang diikuti oleh seluruh warga Suku Tengger.[2][3] Upacara Kasada merupakan upacara adat yang dilaksanakan setiap tanggal 14 atau 15 pada waktu bulan purnama.[3] Upacara ini dipimpin oleh dukun pandhita dan labuh sebagai upacara puncak.[3] Ngelabuh hasil bumi serta ongkek yang berisi tanaman ritual dilaksanakan di kawah gunung Bromo dan diikuti seluruh dukun bawahan dari setiap desa, serta masyarakat pendukungnya.[3]
Desa ini memiliki penduduk sebanyak 1.736 jiwa dengan 541 kepala keluarga. Mayoritas penduduk desa ini adalah penganut Agama Buddha Jawa, yaitu sebanyak 50%, sisanya adalah Islam 40%, dan Hindu 10%.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.