petinju, filantropis, dan aktivis dari Amerika Serikat Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Muhammad Ali (nama lahir Cassius Marcellus Clay, Jr.; 17 Januari 1942–3 Juni 2016) adalah mantan petinju profesional asal Amerika Serikat yang dikenal secara luas sebagai salah satu tokoh olahraga yang paling penting dan terkenal dari abad ke-20. Dari awal kariernya, Ali dikenal sebagai sosok inspiratif, kontroversial dan berpengaruh baik di dalam maupun di luar ring.[4][5]
Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan.
Clay lahir di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat dan mulai berlatih tinju pada usia 12 tahun. Pada usia 22 tahun, ia telah merebut gelar juara dunia tinju kelas berat dari Sonny Liston dalam pertarungan pada tahun 1964. Tidak lama setelah itu, Clay memeluk agama Islam dan mengubah nama "budak"-nya menjadi Muhammad Ali dan memberikan pesan kebanggaan ras untuk Afrika Amerika serta perlawanan terhadap dominasi putih selama Gerakan Hak-Hak Sipil Afrika-Amerika tahun 1960-an.[6][7]
Pada tahun 1966, dua tahun setelah memenangkan gelar kelas berat, Ali menolak ikut wajib militer untuk Pasukan Militer Amerika Serikat, serta menentang keterlibatan Amerika dalam Perang Vietnam. Ali kemudian diskors, dan gelar juaranya dicabut oleh Komisi Tinju. Ia berhasil mengajukan banding di Mahkamah Agung Amerika Serikat, yang membalikkan hukumannya pada tahun 1971. Pada saat itu, ia tidak bisa bertarung sama sekali selama hampir empat tahun dan kehilangan kinerja puncaknya sebagai seorang atlet tinju kelas berat.
Ali hingga saat ini merupakan satu-satunya juara dunia kelas berat sebanyak tiga kali; ia memenangkan gelar tersebut pada tahun 1964, 1974, dan 1978. Di antara tanggal 25 Februari hingga 19 September 1964, Ali dinobatkan sebagai Juara Dunia Tinju Kelas Berat. Ia dijuluki sebagai "The Greatest".[8] Pada tahun 1999, Ali dianugerahi "Sportsman of the Century" oleh Sports Illustrated.[9]
17 Januari1942: Lahir dengan nama Asli Cassius Marcellus Clay, Jr. dari ayah bernama Cassius Marcellus Clay, Sr., seorang pelukis billboard (papan iklan) dan rambu lalu lintas dan ibu bernama Odessa Grady Clay, seorang pencuci pakaian.
Pada usia 12 tahun, Clay, Jr. melapor kepada polisi bernama Joe Martin bahwa sepeda BMX barunya dicuri orang. Joe Martin, yang juga seorang pelatih tinju di Louisville, mengajari Clay kecil cara bertinju agar dapat menghajar si pencuri sepeda. Clay kecil sangat antusias berlatih tinju di bawah bimbingan Martin.
29 Oktober1960: Debut pertama di ring profesional. Menang angka 6 ronde atas Tunney Hunsaker.
25 Februari1964: Merebut gelar juara dunia kelas berat dengan menang TKO ronde 7 dari 15 atas Sonny Liston di Florida, Amerika Serikat. Liston mengalami cedera pada leher yang membuatnya mengundurkan diri dari pertandingan.
Segera setelah menang atas Liston, Clay menyatakan agama dan nama barunya, Muhammad Ali, serta masuknya ia dalam kelompok Nation of Islam yang kontroversial. Dalam buku biografi Ali yang diluncurkan pada tahun 2004, Ali mengaku sudah tidak bergabung dengan NOI, tetapi bergabung dengan jamaah IslamSunni pada tahun 1975.
25 Mei1965: Pertandingan ulang antara Ali melawan Liston yang penuh kontroversi. Pukulan Ali yang begitu cepat menimbulkan spekulasi di tengah kalangan tinju yang menyebut pukulan Ali sebagai "phantom punch" atau "pukulan hantu". Pukulan itu begitu cepat sehingga tidak tampak mengenai Liston yang roboh. Banyak isu yang berkembang, termasuk suap dan ancaman orang-orang NOI terhadap Liston dan keluarganya, tetapi Liston membantah semua itu dengan menyatakan pukulan Ali menghantamnya dengan keras.
1967—1970 Ali diskors oleh Komisi Tinju karena menolak program wajib militer pemerintah Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Ungkapannya yang terkenal dalam menolak wamil ini, "Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietcong, dan tidak ada satupun orang Vietcong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!"
30 Oktober1974: Rumble in the Jungle. Ali merebut kembali gelar juara kelas berat WBC dan WBA setelah menumbangkan George Foreman di Kinsasha, Zaire, pada ronde ke-8.
1 Oktober1975: Thrilla in Manila. Presiden Ferdinand Marcos memboyong pertandingan Ali vs Fraizer III ke Kota Manila, Filipina. Ali menang TKO pada ronde ke-14 dalam pertandingan yang sangat seru dan menegangkan, bahkan disebut sebagai salah satu "pertandingan tinju terbaik abad ini". Frazier yang kelelahan akhirnya menyerah dan tidak mau melanjutkan pertandingan pada istirahat menjelang ronde ke-15. Setelah itu, saat akan wawancara dengan televisi, Ali terjatuh karena kehabisan tenaga; setelah istirahat beberapa menit, wawancara bisa dilakukan, tetapi Ali harus duduk di bangku karena sudah kehabisan tenaga.
15 September1978: Ali mengalahkan Leon Spinks dengan angka dalam pertandingan 15 ronde di New Orleans. Ali mengukuhkan diri sebagai petinju pertama yang merebut gelar juara kelas berat sebanyak tiga kali.
6 September1979: Ali menyatakan mengundurkan diri dari tinju, dan gelar dinyatakan kosong.
2 Oktober1980: Ali kembali ke ring tinju, melawan mantan kawan berlatihnya, Larry Holmes, yang telah menjadi juara dunia kelas berat dalam pertandingan yang diberi judul "The Last Hurrah". Dalam pertandingan yang berat sebelah, Ali tidak mampu berkutik, sedangkan Holmes tampak tidak tega "menghabisi" Ali yang tak berdaya. Ali menyerah dan mengundurkan diri pada ronde ke-11, Holmes dinyatakan menang TKO.
Disebutkan, dalam laporan medis yang dilakukan di Mayo Clinic, Ali dinyatakan menderita gejala sindromParkinson seperti tangan yang gemetar, bicara yang mulai lamban, serta ada indikasi bahwa ada kerusakan pada selaput (membran) di dalam otak Ali. Namun, promotor Don King merahasiakan hasil medis ini, dan pertandingan Ali vs Holmes tetap berlangsung.
Sebelum pertandingan melawan Larry Holmes ini, Dr. Ferdie Pacheco, dokter pribadi yang telah mendampingi Ali selama puluhan tahun, dengan terpaksa mengundurkan diri karena Ali tidak mau mendengarkan nasihatnya untuk menolak pertandingan melawan Holmes, dan lebih memilih bertanding melawan Holmes. Dalam salah satu buku biografi Ali, Pacheco mengemukakan bahwa selama latihan Ali sempat kencing darah akibat kerusakan ginjal terkena pukulan, ia juga mengemukakan bahwa Ali sudah memiliki gejala sindrom Parkinson sejak sebelum pertandingan ini.
Setelah pertandingan tersebut, dilakukan cek medis ulang, dan hasilnya menguatkan hasil sebelumnya.
11 Desember1981, sekali lagi Ali yang sudah uzur mencoba kembali ke dunia tinju melawan Trevor Berbick di Bahama dalam pertandingan yang diberi tajuk "Drama in Bahama". Dalam kondisi renta, Ali mampu tampil lebih bagus daripada saat melawan Holmes, walaupun akhirnya kalah angka 10 ronde. Setelah pertandingan ini, Ali benar-benar pensiun dari dunia tinju.
Ali pertama kali menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada tahun 1973. Pada 20 Oktober1973, Ali "menyiksa" lawannya, Rudie Lubbers, selama 12 ronde dalam pertandingan kelas berat tanpa gelar di Istora Senayan, Jakarta. Oleh publik dan pers Indonesia, pertandingan Ali vs Lubbers disebutkan sebagai pertandingan eksibisi, tetapi pada kenyataannya ini adalah pertandingan resmi, walau tidak memperebutkan gelar.
Kesan pertama berkunjung ke negara ini pada tahun 1973 adalah "sebuah negara yang unik, yang penduduknya sangat bersahabat, dan selalu tersenyum kepada siapa pun."
Setelah beberapa kali kunjungan ke negara ini, Ali yang sudah pensiun dari dunia tinju terakhir menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada 23 Oktober 1996, dan sempat bertemu pejabat tinggi Indonesia.
Istri pertama: Sonji Roi (menikah tanggal 14 Agustus 1964, tetapi bercerai pada tanggal 10 Januari 1966 karena Ali menganggap Roi tidak berpakaian secara islami).
Istri kedua: Belinda Boyd (menjadi Khalilah Ali setelah menikah), menikah pada tanggal 17 August 1967. Mereka memiliki tiga anak, yakni Jamilah dan Rasheda (putri kembar) dan Muhammad Ali, Jr. Ali dan Belinda kemudian bercerai. Dalam film dokumenter Ali ("When We Were Kings") ditunjukkan Belinda 'melabrak' Ali di arena, menjelang pertandingan Ali vs Foreman di Zaire, 1975. Pada tahun 1977, Ali dan Belinda resmi bercerai.
Pada tahun 1977 pula, Ali menikah dengan Veronica Porche Anderson (lebih dikenal sebagai Veronica Ali), dan memiliki dua putri, Hanna dan Laila Ali. Laila Ali sendiri kelak memutuskan jadi petinju wanita, dan kelak menjadi juara dunia tinju wanita. Ali dan Veronica tetap menjadi pasangan suami istri hingga tahun 1986.
Menikah kembali dengan Leonnie Ali tahun 1986—2016.
Pada 20 Desember 2014, Ali dirawat di rumah sakit karena terkena pneumonia ringan.[11] Ali kembali dirawat di rumah sakit pada tanggal 15 Januari 2015 karena mengalami infeksi saluran kemih,[12][13] tetapi keesokan harinya Ali sudah keluar dari rumah sakit.[14]
Pada 2 Juni 2016, Ali kembali dirawat di rumah sakit karena masalah pernapasan. Saat itu kondisi kesehatannya masih stabil.[15] Pada hari berikutnya, kondisi Ali memburuk.[16][17] Kondisinya tidak kunjung membaik, dan pada tanggal 3 Juni 2016 Ali meninggal dunia pada usia 74 tahun.[18][19][20]