Kabupaten Tasikmalaya

kabupaten di Indonesia, di pulau Jawa Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Kabupaten Tasikmalaya

Kabupaten Tasikmalaya (bahasa Sunda: ᮒᮞᮤᮊᮬᮜᮚ) adalah sebuah wilayah kabupaten yang berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kecamatan Singaparna. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Majalengka dan Kota Tasikmalaya di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran di sebelah timur, dan Kabupaten Garut di sebelah barat.

Fakta Singkat Sukapura, Transkripsi bahasa daerah ...
Kabupaten Tasikmalaya
Sukapura
Transkripsi bahasa daerah
  Aksara Sundaᮒᮞᮤᮊᮬᮜᮚ
Thumb
Thumb
Julukan: 
  • Beieren van Java
  • Mutiara dari Priangan Timur
Motto: 
Sukapura ngadaun ngora
(Sunda) Sukapura kelak maju ekonominya
Thumb
Peta
Thumb
Kabupaten Tasikmalaya
Peta
Thumb
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Tasikmalaya (Indonesia)
Koordinat: 7.3658°S 108.1019°E / -7.3658; 108.1019
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
Hari jadi26 Juli 1632 (umur 392)
Ibu kotaSingaparna
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 39
  • Desa: 348
Pemerintahan
  BupatiAde Sugianto
  Wakil BupatiCecep Nurul Yakin
Luas
  Total2.712,52 km2 (104,731 sq mi)
Populasi
 (2013)
  Total1.876.544
  Kepadatan619/km2 (1,600/sq mi)
Demografi
  Agama
  • 97,43% Islam
  • 0,15% Buddha
  • 0,05% Hindu
  • 0,05% Lainnya[1]
  BahasaIndonesia
Sunda Tasikmalaya
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
Kode BPS
3206
Kode area telepon0265
Pelat kendaraanZ xxxx N*/O*/P*/Q*/R*/S*
Kode Kemendagri32.06
APBDRp 2.330.268.301.640 (2017)[2]
DAURp 1.600.871.185.752 (2017)[2]
Situs webwww.tasikmalayakab.go.id
Tutup

Terletak di tenggara daerah Parahyangan, Kabupaten Tasikmalaya sejauh ini dinilai sebagai kabupaten paling besar dan memiliki peran penting di wilayah Parahyangan Timur. Sebagian besar wilayah kabupaten ini merupakan daerah hijau, terutama sektor pertanian dan kehutanan, sementara petani merupakan pekerjaan yang dilakukan mayoritas penduduk.[3]

Kabupaten Tasikmalaya terkenal akan produksi kerajinan dan salak,[4] sementara tutug oncom adalah makanan khas dari daerah ini. Kabupaten ini juga dikenal sebagai pusat keagamaan yang besar di Provinsi Jawa Barat, yang di mana kabupaten ini memiliki lebih dari 1.344 pesantren yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya.[5]

Etimologi

Toponomi

Thumb
Pemandangan Perbukitan Sepuluh Ribu berupa tumpukan perbukitan dari aktivitas vulkanis Gunung Galunggung

Pada awalnya, nama yang digunakan untuk menyebut daerah Tasikmalaya saat ini adalah Sukapura. Sukapura dahulunya bernama Tawang atau Galunggung, sering juga disebut Tawang-Galunggung, dimana nama ini merujuk kepada Kerajaan Galunggung yang pernah berdiri di wilayah kabupaten ini.[6] Tawang berarti sawah atau tempat yang luas terbuka. Penyebutan Tasikmalaya mulai muncul setelah Gunung Galunggung meletus di tahun 1822 sehingga wilayah Sukapura berubah menjadi seperti Tasik (danau, laut) dan Malaya dari (ma)layah yang bermakna ngalayah (bertebaran).[7] Jadi Tasikmalaya berarti danau yang bertebaran atau danau di gugusan bukit. Namun secara pengertian Bahasa Sunda, Tasikmalaya juga mengandung arti keusik ngalayah, bermakna banyak pasir bertebaran di mana-mana.[8][9]

Geografi

Ringkasan
Perspektif
Titik ekstrem Kabupaten Tasikmalaya
Barat7°21′42″S 107°54′16″EKawungsari, Salawu, Tasikmalaya
Selatan7°49′1.6″S 108°20′26.6″EKalapagenep, Cikalong, Tasikmalaya
Timur7°29′19.2″S 108°26′32.9″ECitalahab, Karang Jaya, Tasikmalaya
Utara7°2′20.3″S 108°7′54.4″ENanggewer, Pagerageung, Tasikmalaya
Thumb
Perbukitan Kabupaten Tasikmalaya. Gambar diambil dari Kecamatan Sodong Hilir, Kabupaten Tasikmalaya

Sebagian besar wilayah Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah perbukitan, khususnya di daerah timur Kabupaten. Beberapa berupa pegunungan, seperti yang terlihat di bagian barat laut di mana pegunungan Galunggung berada. Hanya 13.05% bagian dari Kabupaten yang terletak di dataran rendah dengan ketinggian dari nol hingga 200 meter. Sementara ketinggian rata-rata dari Kabupaten ini adalah 200 hingga 500 meter.[10] Sisanya menjulang hingga ketinggian puncak Gunung Galunggung 2,168 meter.[11]

Thumb
Peta memperlihatkan letak Kabupaten Tasikmalaya di Jawa Barat

Kabupaten ini dilalui oleh rantai gunung berapi di Pulau Jawa, di mana daerah ini secara alami memiliki tanah yang kaya dan subur, dan memberikan kelimpahan sumber daya air. Kabupaten Tasikmalaya juga berada rendah di rongga lereng gunung, yang memasok tangkapan curah hujan dan kawasan resapan air lebih banyak. Kelebihan tersebut didukung oleh iklim tropis hutan hujan di mana Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan hujan deras.

Iklim

Seperti halnya kabupaten-kabupaten lain di Priangan, Tasikmalaya mengalami iklim tropis hutan hujan.[12] Kabupaten ini menerima curah hujan tahunan rata-rata 2,072 mm.[13] Meskipun mendapatkan hujan deras,[12] Kabupaten ini memiliki temperatur yang sedang. Suhu rata-rata harian Kabupaten Tasikmalaya bervariasi, berkisar antara 20 ° sampai 34 °C di daerah dataran rendah dan 18 ° sampai 22 °C di daerah dataran tinggi.[13]

Letak

Kabupaten Tasikmalaya meliputi area seluas 2,563.35 km persegi.[10] Kabupaten Tasikmalaya ini berbatasan dengan Kabupaten Garut dari sebelah barat, dibatasi oleh dataran tinggi Pegunungan Galunggung, sepanjang barat daya hingga barat laut. Jauh ke utara, Kabupaten Tasikmalaya berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan berlanjut hingga ke tenggara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran. Selain itu, Kabupaten berbagi sedikit daerahnya dengan Kota Tasikmalaya, yang terletak di perbatasan timur laut. Sementara di selatan, Kabupaten Tasikmalaya dibatasi oleh Samudra Hindia. Kabupaten Tasikmalaya memiliki bentangan terjauh dari utara ke selatan sekitar 75 km, dan sekitar 56,25 km dari timur ke barat.[14]

Sejarah

Ringkasan
Perspektif
Thumb
Seorang ibu sedang menyusui anaknya di Tasik tahun 1902-an (foto dokumen oleh Carleton H Graves)
Thumb
Sebuah foto tahun 1920-1935, menunjukan panorama Kabupaten Tasikmalaya–Neglasari, Kecamatan Salawu.

Dimulai pada abad ke VII sampai abad ke XII di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Tasikmalaya, diketahui adanya suatu bentuk Pemerintahan Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung, dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh) atau dengan kata lain raja baru dianggap sah bila mendapat persetujuan Batara yang bertakhta di Galunggung. Batara atau sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah sang Batara Semplakwaja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang yang pada masa pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan menjadi kerajaan.[15]

Thumb
Sebuah jalan menuju Kabupaten Tasikmalaya, sementara Gunung Galunggung terlihat di kejauhan–1920-1940.

Kerajaan ini bernama Kerajaan Galunggung yang berdiri pada tanggal 13 Bhadrapada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111 dengan penguasa pertamanya yaitu Batari Hyang, berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Dari Sang Batari inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang Siksakanda ng Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi pada zaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.[15]

Periode modern

Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan di Sukakerta dengan Ibu kota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri Gading Anteg yang masa hidupnya sezaman dengan Prabu Siliwangi. Dalem Sukakerta sebagai penerus takhta diperkirakan sezaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang menggantikan Prabu Siliwangi.[15]

Pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa kedudukan Pajajaran sudah mulai terdesak oleh gerakan kerajaan Islam yang dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528 berkeliling ke seluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan Agama Islam. Ketika Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah kekuasaannya terutama yang terletak di bagian timur berusaha melepaskan diri. Mungkin sekali Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas dari Pajajaran. Tidak mustahil pula kedua penguasa itu sudah masuk Islam.[15]

Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada awal abad XVII Masehi: Mataram, Banten, dan VOC yang berkedudukan di Batavia. Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta kemudian diangkat menjadi Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Ibu kota negeri yang awalnya di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan “negara” disebut “Sukapura”.[15] Berdasarkan titimangsa dari Piagam Sultan Agung Mataram, Sukapura terbentuk pada 9 Muharram Taun Alip yang bersamaan dengan 16 Juli 1633 atau 20 April 1641.[16]

Setelah Pasundan diserahkan oleh Susuhunan Pakubuwana I kepada Kompeni, berdasarkan perjanjian 5 Oktober 1705, Kabupaten Sukapura berada dalam pengawasan Kepala Bupati (Opsigter-Regent) yang berkedudukan di Cirebon.[16]

Thumb
Raden Tumenggung Wirahadiningrat, regent Manonjya (masa jabatan 1875-1901), berpakaian buru

Pada masa pemerintahan R.T. Surialaga (1813-1814) ibu kota Kabupaten Sukapura dipindahkan ke Tasikmalaya. Kemudian pada masa pemerintahan Wiradadaha VIII ibu kota dipindahkan ke Manonjaya (1832). Perpindahan ibu kota ini dengan alasan untuk memperkuat benteng-benteng pertahanan Belanda dalam menghadapi Diponegoro. Alasan lain adalah sedang giatnya pembangunan Jalan Pos dan Jalan Kereta Api menuju Tasikmalaya, di samping banyaknya Orang Belanda yang membuka lahan perkebunan karet dan teh di Tasikmalaya Selatan.[16] Pada tanggal 1 Oktober 1901 ibu kota Sukapura dipindahkan kembali ke Tasikmalaya. Latar belakang pemindahan ini cenderung berdasarkan alasan ekonomis bagi kepentingan Belanda. Pada waktu itu daerah Galunggung yang subur menjadi penghasil kopi dan nila. Sebelum diekspor melalui Batavia terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di ibu kota daerah. Letak Manonjaya kurang memenuhi untuk dijadikan tempat pengumpulan hasil-hasil perkebunan yang ada di Galunggung.[15]

Nama Kabupaten Sukapura pada tahun 1913, masa pemerintahan Bupati XIV Sukapura diganti namanya menjadi Kabupaten Tasikmalaya dengan R.A.A Wiratanuningrat (1908-1937) sebagai Bupatinya.[15][16]

Tanggal 21 Agustus 1111 Masehi dijadikan Hari Jadi Tasikmalaya berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang dibuat sebagai tanda upacara penahbisan atau penobatan Batari Hyang sebagai Penguasa di Galunggung.[15]

Sejarah pemerintahan Bupati (1641-1937)

  • 1641-1674: Raden Ngabehi Wirawangsa (Raden Tumenggung Wiradadaha I)
  • 1674: Raden Jayamanggala (Raden Tumenggung Wiradadaha II)
  • 1674-1723: Raden Anggadipa I (Raden Tumenggung Wiradadaha III)
  • 1723-1745: Raden Subamanggala (Raden Tumenggung Wiradadaha IV)
  • 1745-1747: Raden Secapati (Raden Tumenggung Wiradadaha V)
  • 1747-1765: Raden Jaya Anggadireja (Raden Tumenggung Wiradadaha VI)
  • 1765-1807: Raden Djayamanggala II (Raden Tumenggung Wiradadaha VII)
  • 1807-1837: Raden Anggadipa II (Raden Tumenggung Wiradadaha VIII)
  • 1837-1844: Raden Tumenggung Danudiningrat
  • 1844-1855: Raden Tumenggung Wiratanubaya
  • 1855-1875: Raden Tumenggung Wiraadegdana
  • 1875-1901: Raden Tumenggung Wirahadiningrat
  • 1901-1908: Raden Tumenggung Prawirahadingrat
  • 1908-1937: Raden Tumenggung Wiratanuningrat

Pemerintahan

Demografi

Pendidikan

Transportasi

Ekonomi

Pariwisata

Bacaan lanjutan

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.