Loading AI tools
kota di Korea Selatan Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Gyeongju (bahasa Korea: 경주, Pengucapan Korea: [kʲʌŋ.dʑu]), yang dalam sejarah dikenal sebagai Seorabeol (bahasa Korea: 서라벌, Pengucapan Korea: [sʌ.ɾa.bʌl]), merupakan sebuah kota pesisir yang berada jauh di ujung tenggara Provinsi Gyeongsang Utara di Korea Selatan. Kota ini merupakan kota terbesar kedua di provinsi tersebut menurut luas wilayahnya setelah Andong. Kota ini mempunyai luas wilayah 1.324 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 264.091 jiwa (per Desember 2012). Gyeongju berada 370 km di tenggara Seoul dan 55 km di timur Daegu. Kota ini berbatasan langsung dengan Cheongdo dan Yeongcheon di sebelah barat, Ulsan di sebelah selatan, dan Pohang di sebelah utara, sementara di sebelah timur berbatasan dengan pesisir Laut Jepang. Sejumlah pegunungan rendah yang merupakan bagian terpisah dari Barisan Pegunungan Taebaek tersebar di sejumlah tempat di kota ini.
Gyeongju
경주 | |
---|---|
Transkripsi Korea | |
• Hangul | 경주시 |
• Hanja | 慶州市 |
• Revised Romanization | Gyeongju-si |
• McCune-Reischauer | Kyŏngju-si |
Negara | Korea Selatan |
Region | Gyeongsang Utara |
Pembagian administratif | 4 eup, 8 myeon, 11 dong, 305 ri |
Luas | |
• Total | 1.324,39 km2 (51,135 sq mi) |
Populasi (2008) | |
• Total | 269.343 |
• Kepadatan | 212/km2 (550/sq mi) |
• Dialek | Gyeongsang |
Situs web | gyeongju.go.kr |
Situs Warisan Dunia UNESCO | |
---|---|
Kriteria | Budaya: ii, iii |
Nomor identifikasi | 976 |
Pengukuhan | 2000 (ke-21) |
Gyeongju merupakan ibu kota kerajaan kuno Silla (57 SM – 935 M), yang menguasai sekitar dua pertiga Semenanjung Korea pada masa kejayaannya antara abad ke-7 dan ke-9, selama hampir seribu tahun. Silla Bersatu adalah negara yang makmur dan kaya, sementara ibu kota metropolitannya Gyeongju, merupakan kota terbesar keempat di seluruh dunia pada saat itu. Sejumlah besar situs arkeologi dan properti budaya yang berasal dari masa tersebut masih dapat ditemukan di kota ini. Gyeongju sering dijuluki sebagai "museum tanpa dinding". Harta-harta bersejarah seperti Seokguram, Kuil Bulguk, Kota Bersejarah Gyeongju, Kampung Rakyat Yangdong, dimasukkan oleh UNESCO ke dalam Situs Warisan Dunia. Banyaknya situs bersejarah di Gyeongju membawa kota ini sebagai salah satu destinasi wisata terpopuler di Korea Selatan.
Kota Gyeongju disatukan dengan sebuah kawasan pedesaan bernama Gyeongju-gun yang berada di dekat kota tersebut pada tahun 1995, dan kota ini sekarang telah menjadi kompleks perkotaan-pedesaan. Kota ini mirip dengan 53 kota berukuran kecil dan menengah lainnya yang memiliki jumlah penduduk di bawah 300.000 jiwa di Korea Selatan. Meskipun tren ekonomi, kependudukan, dan sosial yang telah membentuk kebudayaan Korea Selatan modern juga terlihat pengaruhnya di kota ini, Gyeongju masih mampu mempertahankan jati dirinya tersendiri. Dalam bidang pariwisata, kota ini adalah salah satu tujuan pariwisata yang paling terkenal sedangkan dalam bidang perindustrian, kedekatan dengan pusat perindustrian seperti Ulsan dan Pohang pun turut menguntungkannya. Gyeongju terhubung dengan jaringan kereta api dan jalan bebas hambatan nasional yang memfasilitasi lalu lintas perindustrian dan pariwisata.
Sejarah awal Gyeongju berkaitan erat dengan kerajaan Silla yang merupakan ibu kota dari kerajaan tersebut.[1] Gyeonju pertama kali masuk dalam catatan sejarah non-Korea sebagai Saro-guk, selama periode Samhan.[1] Sejarah Korea, yang kemungkinan didasarkan pada kronik dinasti Silla, mencatat bahwa Saro-guk didirikan pada tahun 57 SM, ketika enam desa kecil di Gyeongju bersatu di bawah Bak Hyeokgeose. Seiring dengan berkembangnya kerajaan, namanya kemudian berganti menjadi Silla.[2] Selama periode Silla, kota ini disebut dengan "Seorabeol" (lit. Ibu kota),[1] "Gyerim" (lit. Hutan ayam jantan), atau "Geumseong" (Kota Emas).[3]
Setelah menyatukan semenanjung Korea hingga ke Sungai Taedong[4] pada tahun 668 SM, Gyeongju menjadi pusat kehidupan politik dan kebudayaan Korea.[5] Kota ini menjadi rumah bagi istana kerajaan silla serta tempat tinggal kaum elit kerajaan. Kemakmurannya menjadi legenda dan tersiar hingga ke Persia berdasarkan kitab sejarah pada abad ke-9 berjudul Kitab Jalan-Jalan dan Kerajaan-Kerajaan. Catatan Samguk Yusa menuliskan bahwa jumlah populasi pada saat mencapai puncak sebanyak 178.936 kepala keluarga dengan jumlah total populasi mencapai hampir satu juta.[6][7][8] Banyak tempat-tempat terkenal Gyeongju dibangun pada masa Silla Bersatu dan statusnya sebagai ibu kota berakhir pada akhir abad ke-9 oleh Goryeo (918 - 1392).[1][2]
Pada tahun 940 M, pendiri Goryeo, Raja Taejo, mengganti nama kota ini menjadi "Gyeongju"[9] yang arti harfiahnya adalah "kota ucapan selamat".[10] Pada tahun 987, Gyeongju menjadi "Donggyeong" ("Ibu kota Timur") karena penetapan sistem Goryeo yang menambah tiga ibu kota di luar Gaegyeong (kini Kaesong). Namun, sebutan ini dihapus pada 1012 pada tahun ketiga pemerintahan Raja Hyeonjong sehubungan dengan masalah politik pada waktu itu,[11] meskipun Gyeongju akhirnya menjadi ibu kota provinsi Yeongnam.[1] Kota ini memiliki yurisdiksi yang tersebar di daerah yang luas termasuk bagian timur tengah Yeongnam, meskipun nantinya daerah ini banyak dikurangi pada abad ke-13.[1]
Kota Gyeongju pernah mengalami beberapa penyerbuan. Pada abad ke-13, pasukan Mongol menghancurkan sebuah pagoda 9 tingkat Hwangnyongsa.[1][13] Selama invasi Jepang ke Korea, Gyeongju menjadi area perang yang memanas[1] dan pasukan Jepang membakar Bulguksa.[14][15] Pada awal periode Joseon, kerusakan yang besar terjadi pada patung Budha di Namsan yang dilakukan oleh kaum radikal Neo-Konfusianisme yang merusak bagian lengan dan kepala patung.[16]
Pada abad ke-20, Gyeongju tidak lagi dihitung sebagai salah satu kota besar di Korea.[17] Selama awal periode abad ini, banyak dilakukan penggalian arkaelogis pada kuburan - kuburan yang ada.[18] Sebuah museum, yang menjadi cikal bakal Museum Nasional Gyeongju didirikan untuk menampilkan benda - benda hasil penggalian.[19]
Pada masa Penjajahan Jepang di Korea, Gyeongju berfungsi sebagai jalur kereta api. Jalur Donghae Nambu dan Jalur Jungang dibangun untuk menghadapi Perang Tiongkok-Jepang Kedua dan untuk mengeksploitasi kekayaan alam di timur semenanjung Korea.[20][21] Seusai liberalisasi pada 1945, kekacauan terjadi di Korea dan Gyeongju terkena dampak dari kekacauan ini. Para pejuang datang dari berbagai daerah dan dibangun sebuah desa tersendiri bagi mereka yang saat ini menjadi Dongcheon-dong.[22] Pada masa konflik yang berkepanjangan ini, Gyeongju dikenal karena aktivitas perang gerilya yang terjadi di daerah perbukitan.[23]
Walaupun Perang Korea pecah pada tahun 1950, sebagian besar Gyeongju terbebas dari daerah pertempuran dan berada dibawah kekuasaan penuh Korea Selatan. Namun, diakhir 1950 ada bagian dari kota ini yang menjadi garis depan daerah perang ketika pasukan Korea Utara menyerang Perimeter Busan yang berada di selatan Pohang.[24]
Pada tahun 1970-an, pemerintah Korea melihat pembangunan industri yang potensial, terutama di daerah Yeongnam dimana Gyeongju termasuk di dalamnya.[25][26] Pabrik baja POSCO di Pohang memulai operasinya pada 1973,[27] dan kompleks manufaktur kimia di Ulsan bergabung pada tahun yang sama.[28] Pembangunan ini membantu pertumbuhan industri manufaktur di Gyeongju.[29]
Gyeongju terbentang di ujung tenggara provinsi Gyeongsang Utara dan dibatasi oleh kota Ulsan di selatan. Dalam provinsi Gyeongsang Utara, Gyeongju berbatasan serta berbatasan dengan Pohang di utara, Cheongdo di barat daya dan Yeongchon di barat laut.[31] Gyeongju terletak sekitar 50 kilometer (31 mi) utara Busan.[32] Di timur, Gyeongju berbatasan dengan Laut Timur.[31]
Beberapa daerah di Gyeongju terletak di Cekungan Gyeongsang, namun ada pula yang terletak di Cekungan Pohang seperti Eoil-ri dan Beomgok-ri di Yangbuk-myeon dan sebagian daerah Cheonbuk-myeon. Cekungan Gyeongsang terdiri dari batu intrusif yang bertumpukan dengan lapisan batuan sedimen, terutama granit dan porfiri. Berbeda dengan Cekungan Gyeongsang, Cekungan Pohan terdiri dari batuan beku, batuan sedimen, pofiri, batu pasir dan tuff.[33]
Gunung Taebaek adalah gunung tertinggi di Gyeongju yang berada di perbatasan sebelah barat kota ini. Titik tertinggi di Gyeongju, Gunung Munbok (文福山) berada pada ketinggian 1.014 meter di atas permukaan laut. Puncak ini terletak di Sannae-myeon, perbatasan dengan Cheongdo.[34] Puncak tertinggi disebelah timur kota ini, termasuk Gunung Toham masuk kedalam area Pegunungan Haean dan Pegunungn Dongdae.[35][36]
Saluran drainase Gyeongju terbentuk dari garis - garis pegunungan ini.[37] Pegunungan Dongdae membelah area menjadi dua: kaki lembah disebelah timur dan sungai disebelah barat. Hampir sebagian besar daerah dalam kota mendapat aliran Sungai Hyeongsan, yang mengalir dari Ulsan menuju laut di Pelabuhan Pohang. Aliran anak sungai Hyeongsan termasuk Bukcheon dan Namcheon bertemu di Cekungan Gyeongju.[37] Aliran yang berada di sisi barat daya Gyeongju, mengalir ke Sungai Geumho yang kemudian bermuara di Nakdong. Aliran air di daerah kecil yang berada selatan Gyeongju, tepatnya sebelah barat Barisan Taebaek mengalir ke Sungai Taehwa dan bermuara di Teluk Ulsan.[38][39]
Gyeongju memiliki garis pantai sepanjang 36,1 kilometer yang terbentang antara Pohang di utara dan Ulsan di selatan.[40] Tidak ada pelabuhan besar sepanjang garis pantai Gyeongju namun terdapat sekitar 12 pelabuhan kecil.[41] salah satu pelabuhan yang terletak di ujung tenggara Gyeongju merupakan pangkalan bagi Polisi Maritim Nasional. Pangkalan ini bertanggung jawab atas keamanan garis pantai di timur Korea Selatan.[42][43][44]
Lokasinya yang berada di daerah pantai menyebabkan Gyeongju beriklim basah dan sejuk dibandingkan dengan daerah lain di Korea. Secara umum, iklim di Gyeongju tipikal iklim Korea Selatan. Memiliki dua musim: panas dan dingin, dengan musim muson antara akhir Juni dan awal Agustus. Rata - rata curah hujan adalah 1.091 milimeter (43,0 in) dan rata - rata suhu udara adalah 12,2 °C (54.0 °F).[45]
Pusat historis kota Gyeongju yang terletak di tepi sungai Hyeongsan di Cekungan Gyeongju merupakan daerah yang sering terkena banjir akibat adanya angin taifun. Rata - rata, banjir bandang terjadi setiap 27,9 tahun sekali, dimulai pada abad pertama.[46] Sistem kontrol banjir modern telah membawa perubahan besar pada abad ke-20. Banjir besar yang terakhir terjadi pada tahun 1991, ketika air Danau Deokdong meluap akibat Taifun Gladys.[47]
Lembaga eksekutif dipegang oleh wali kota dan wakil wali kota. Wali kota dipilih langsung, sementara wakil wali kota ditunjuk.[48] Lembaga legislatif dipegang oleh Dewan Kota Gyeongju yang beranggotakan 21 anggota pada 2009.[49][50] Dewan kota yang terbentuk saat ini merupakan hasil dari penggabungan dari Dewan Kota Gyeongju yang lama dengan Dewan Kota County Wolseong pada 1991. Masing - masing daerah di Gyeongju memilih satu wakilnya untuk mewakili aspirasi daerah masing masing di Dewan Kota, namun Angang-eup diwakili oleh dua orang sehubungan dengan jumlah populasinya yang besar, dan kedua wakil tersebut menampung aspirasi rakyat dari kedua dong. Gyeongju memiliki 23 pemerintahan lokal, setiap pemerintahan lokal ini memiliki kantor dengan beberapa staf administratif.[51] Hingga Desember 2008, Gyeongju memiliki 1.462 pekerja untuk menjalankan pemerintahan di Gyeongju.[52]
Gyeongju dibagi kepada 4 eup, 8 myeon, dan 13 dong. Dong-dong di Gyeongju menempati kawasan di pusat kota, yang dahulu ditempati Gyeongju-eup. Eup umumnya adalah pedesaan yang lebih besar, sementara myeon adalah desa-desa yang lebih kecil.
Map | # | Wilayah | Penduduk (2007) |
Rumah tangga |
Luas ㎢ |
# | Wilayah | Penduduk |
Rumah tangga |
Luas ㎢ |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Sannae-myeon | 3,561 | 1,779 | 142.6 | 13 | Seondo-dong | 13,813 | 2,831 | 28.0 | |
2 | Seo-myeon | 4,773 | 1,779 | 52.1 | 14 | Seonggeon-dong | 18,378 | 7,562 | 6.4 | |
3 | Hyeongok-myeon | 16,829 | 5,726 | 55.7 | 15 | Hwangseong-dong | 29,660 | 9,415 | 3.8 | |
4 | Angang-eup | 33,802 | 12,641 | 138.6 | 16 | Yonggang-dong | 15,959 | 5,244 | 5.1 | |
5 | Gangdong-myeon | 8,834 | 3,659 | 81.4 | 17 | Bodeok-dong | 2,296 | 977 | 81.0 | |
6 | Cheonbuk-myeon | 6,185 | 2,328 | 58.2 | 18 | Bulguk-dong | 9,001 | 3,722 | 37.4 | |
7 | Yangbuk-myeon | 4,535 | 2,026 | 120.1 | 19 | Hwangnam-dong | 8,885 | 3,875 | 20.5 | |
8 | Gampo-eup | 7,099 | 3,084 | 44.9 | 20 | Jungbu-dong | 7,003 | 3,022 | 0.9 | |
9 | Yangnam-myeon | 7,131 | 2,941 | 85.1 | 21 | Hwango-dong | 10,225 | 4283 | 1.5 | |
10 | Oedong-eup | 19,006 | 6,965 | 109.8 | 22 | Dongcheon-dong | 26,721 | 9,228 | 5.3 | |
11 | Naenam-myeon | 6,142 | 2,526 | 122.1 | 23 | Wolseong-dong | 6,522 | 4,842 | 31.4 | |
12 | Geoncheon-eup | 11,217 | 4,533 | 92.4 |
Ketika Silla mencapai puncak kejayaaannya, Gyeongju diperkirakan memiliki jutaan penduduk, empat kali jumlah penduduk pada tahun 2008. Dalam beberapa tahun terakhir, Gyeongju mengikuti tren yang sama yang berdampak luas keseluruh Korea Selatan. Gyeongju kini memiliki penurunan populasi dan ukuran keluarga. Sebagai contoh, rata - rata jumlah orang dalam satu keluarga adalah 2,8 orang. Karena angka ini telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak orang dalam satu keluarga pada 2008 (105.009) dibandingkan tahun 2003, walaupun populasi mengalami penurunan.
Seperti pada kota - kota kecil di Korea Selatan lainnya, Gyeongju memiliki penurunan populasi dalam beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2002 hingga 2008, kota ini telah kehilangan 16.557 orang. Pengurangan jumlah penduduk ini karena adanya migrasi para pekerja yang mencari peluang di kota besar lainnya di Korea Selatan. Pada 2007, sekitar 1.975 orang keluar dari kota dibandingkan jumlah yang datang. Dalam periode yang sama, angka kelahiran melebihi angka kematian kurang lebih sekitar 450 per tahun, jumlah yang cukup signifikan namun tidak cukup untuk mengimbangi penduduk yang bermigrasi.
Gyeongju memiliki sedikit penduduk non-Korea namun jumlah terus berkembang. Pada tahun 2007 tercatat 4.671 orang asing tinggal di Gyeongju. Jumlah ini sekitar 1,73% dari keseluruhan penduduk Gyeongju. Perkembangan ini sebagian besar didominasi oleh penduduk dari negara Asia lainnya, kebanyakan dari mereka bekerja di industri otomotif. Negara - negara tersebut adalah Filipina, Tiongkok, Taiwan, Taiwan, Indonesia dan Vietnam. Jumlah penduduk dari Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada mengalami penurunan selama 2003 - 2007.
Dialek Gyeongju memiliki ciri khas yang memiliki kesamaan dengan bagian utara Ulsan. Dialek ini secara umum mirip dengan Dialek Gyeongsang, tetapi mempertahankan ciri khasnya. Beberapa ahli linguistik mengelompokkan karakteristik khusus dialek Gyeongju dengan Bahasa Silla. Sebagai contoh, contoh yang kontras terlihat pada bentuk dialek lokal "소내기" (sonaegi) dan bentuk umum "소나기" (sonagi, yang berarti "hujan") telah dikategorikan sebagai karakter kuno ala Bahasa Silla.
Gyeongju merupakan destinasi utama para turis yang tertarik pada kebudayaan Silla dan arsitektur pada zaman Dinasti Joseon (1392-1910). Kota ini memiliki 31 benda yang dikategorikan sebagai warisan nasional sementara itu Museum Nasional Gyeongju memiliki 16.333 artifak. Secara kategori, terdapat empat pembagian besar pusat sejarah dan relik: tumuli dan artefak - artefaknya, benda serta situs Budha, benteng dan istana serta arsitektur kuno. Peninggalan zaman prahistoris seperti dari Zaman tembikar mumun berhasil digali di daerah Gyeongju Pusat, Desa Moa-ri dan Oya-ri di distrik Cheonbuk-myeon dan di desa Jukdong-ri. Dolmen ditemukan di beberapa tempat, misalnya di Gangdong-myeon dan Moa-ri. Relik zaman perunggu ditemukan di Desa Angye-ri, Jukdong-ri dan Ipsil-ri.
Terdapat 35 makam kerajaan serta 155 tumuli di Gyeongju tengah dan 421 tumuli di pinggiran kota. Daerah pemakaman Silla dibangun setelah periode Tiga Kerajaan Korea dapat ditemukan di Gyeongju tengah, termasuk tumuli di distrik Noseo-dong, Nodong-dong, Hwangnam-dong, Hwango-dong dan Inwang-dong. Makam Raja Muyeol dapat ditemukan di Seoak-dong, Gyeongju Barat, dekat tumuli di Chunghyo-dong dan makam Kim Yushin. Makam Ratu Seondeok, Raja Sinmun, Raja Hyogong dan Raja Sinmu berpusat di Gunung Namsan sementara makan Raja Heongang, Raja Jeonggang, Raja Gyeongmyeong dan Raja Gyeongae berada di lereng Gunung Namsan. Tumuli juga ditemukan sepanjang Gunung Namsan dan sebelah barat Gunung Geumgang. Penggalian artifak dari Geumgwanchong, Seobongchong, Cheonmachong merupakan contoh dari hasil kebudayaan Silla.
Gyeongju dikenal sebagai pusat penting Buddisme Korea. Bulguksa yang terletak di timur pusat kota Gyeongju, merupakan salah satu dari kuil Budha terbesar di Korea Selatan; tak jauh dari Bulguksa terdapat patung Budha Seokguram. Upacara keagamaan sering dilakukan di gunung - gunung sekitar Gyeongju.
Masakan Gyeongju umumnya memiliki ciri khas cita rasa ala provinsi Gyeongsang: pedas dan asin.[53][54][55] Namun, ia memiliki rasa yang khas berdasarkan pendapat para ahli di daerah dan nasional. Salah satu yang terkenal adalah "roti Gyeongju" atau "roti Hwangnam", pastri kacang merah yang pertama kali dibuat pada 1939 dan sekarang dijual keseluruh pelosok negeri.[56][57] Chalboribbang, yang dibuat dari tepung jelai, juga merupakan pastri dengan isi pasta kacang merah.[58][59] Produk lokal yang telah memiliki sejarah yang panjang adalah beopju, arak tradisional Korea yang diproduksi oleh Choe Gyeongju di Gyo-dong. Teknik membuat arak ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nonbendawi oleh pemerintah Korea Selatan..[60][61][62]
Masakan khas daerah lainnya seperti ssambap, haejangguk dan muk.[63] Ssambap adalah nasi yang disajikan bersama dengan sayuran, banchan (makanan sampingan) dan bumbu seperti gochujang (saus cabai) atau ssamjang (campuran antara pasta kacang kedelai dengan gochujang). Bahan bahan ini djadikan satu di atas daun sayuran lalu digulung. Umumnya, restoran ssambap dapat ditemukan di daerah Daenuengwon atau Taman Grand Tumuli.[64] Haejangguk merupakan sejenis sup yang dimakan sebagai pengurang rasa mabuk, dan secara harafiah dapat diartikan sebagai "sup untuk mengurangi rasa mabuk".[65] Sebuah jalan di dekat Museum Nasional Gyeongju dikenal oleh masyarakat karena terdapat 20 restoran haejangguk yang menyajikan haejangguk ala Gyeongju. Sup ini dibuat dari rebusan kecambah, irisan memilmuk, kimchi, dan sargassum dalam kaldu ikan teri dan ikan Alaska pollack.[66]
Gampo-eup, distrik yang terletak di timur Gyeongju kaya akan hasil laut dan jeotgal karena letaknya yang berdekatan dengan pantai. Terdapat lebih dari 240 restoran hasil laut di Pelabuhan Gampo yang menawarkan berbagai macam hidangan yang terbuat dari hasil tangkapan laut seperti hoe, jeonboktang, panggangan hasil laut dan sebagainya.[67][68][69]
Hingga tahun 2007, Gyeongju memiliki dua stadion, dua gimnasium, dua lapangan tenis, satu kolam renang dan beberapa fasilitas olahraga publik lainnya yang dimiliki pemerintah maupun swasta.[70][71] Sebagian besar fasilitas olahraga publik terletak di Taman Hwaseong dengan luas area mencapai 1,022,350 m2 yang juga mencakup hutan pinus.[72][73] Lokasi ini pada awalnya merupakan hutan buatan yang dibuat untuk tujuan feng shui selama periode Silla dan juga merupakan tempat latihan utama bagi para pejuang hwarang serta lokasi berburu bagi raja - raja Silla. Lokasi ini merupakan lokasi favorit bagi Raja Jinpyeong.[74][75] Sejak 1975, Taman Hwangseong dibuat sebagai taman kota dan terdiri atas Stadion Publik Gyeongju, Taman Sepak bola dengan 7 lapangan sepak bola dan satu lapangan futsal, serta satu gimnasium dan lapangan Horimjang untuk gukgung atau panahan tradisional Korea dan area gulat ssireum.[76] Selain itu, Taman Hwaseong juga memiliki sebuah lapangan gateball, ice rink, trek jogging dan jalan khusus pesepeda. Stadion Publik Gyeongju selesai dibangun pada 1982[70] dan dapat menampung hingga 20.000 orang.[72]
Stadion Hoki Angang berlokasi di distrik Angang-eup merupakan rumah bagi Tim Hoki Kota Gyeongju yang merupakan satu dari empat tim profesional hoki wanita di Korea Selatan.[77][78] Tim hoki ini dibentuk pada tahun 1994[79] dan dikelola oleh Divisi Pemuda dan Olahraga Gyeongju.[80] Walaupun awalnya bukan merupakan sebuah tim yang sukses, tetapi dalam perkembangannya tim Hoki Kota Gyeongju berhasil meraih gelar baik di Kejuaraan Hoki Divisi Nasional dan Festival Olahraga Nasional pada tahun 2000. Hingga tahun 2002, tim Hoki Kota Gyeongju telah berhasil meraih juara pertama dan tiga kali meraih juara kedua,[79] pada tahun 2008, tim ini memenangkan juara pertama pada Kejuaraan Hoki Divisi Nasional ke-51.[81]
Meskipun tumpuan ekonomi utama Gyeongju terletak pada pariwisata, tetapi kegiatan ekonomi Gyeongju beraneka ragam dan sebagian besar penduduk Gyeongju bekerja di bidang selain pariwisata. Lebih dari 27.000 bekerja di manufaktur dan 13.500 bekerja di industri perhotelan. Pertambahan jumlah pekerja di bidang pariwisata selalu konstan setiap tahunnya sementara sektor manufaktur membuka sekitar 6.000 lapangan pekerjaan baru dari tahun 1999 hingga 2003. Sektor manufaktur melibatkan kota - kota disekitar Gyeongju seperti Ulsan, Pohang, dan Daegu. Ulsan dan Daegu memiliki peran penting dalam industri otomotif. Dari 1.221 bisnis di Gyeongju, sekitar sepertiganya terlibat dalam manufaktur komponen otomotif.
Kegiatan perikanan banyak ditemukan di kota kecil yang terletak di pinggir pantai seperi Gampo-eup di sebelah timur laut kota Gyeongju dimana terdapat 436 usaha perikanan yang terdaftar. Industri perikanan tidak diizinkan di Gyeongju sehubungan dengan kondisi transportasi yang kurang baik dan fasilitas yang kurang memadai. Kebanyakan hasil tangkapan ini langsung didistribusikan ke restoran - restoran. Beberapa hasil laut yang sering dipasarkan adalah myeolchijeot, abalone, wakame, dan cumi - cumi.
Agrikultur masih menjadi bagian penting dalam perekonomian Gyeongju terutama di daerah yang terletak di pinggiran kota Gyeongju. Berdasarkan data tahun 2006, luas daerah untuk tanaman agrikultur sebesar 24.359 km2 dengan komposisi hampir 70% ditempati untuk sawah (169.57 km2) sementara sisanya (74.02 km2) untuk tanaman lain. Produksi pertanian umumnya dapat ditemukan di sekitar lahan subur dekat Sungai Hyeongsan. Hasil utama berupa beras, barley, kacang - kacangan dan jagung. Jamur kancing diproduksi di Geoncheon-eup dan dikemas untuk ekspor.
Perokonomian Gyeongju memiliki sejarah panjang. Samguk Sagi mencatat bahwa kegiatan perdagangan telah dilakukan sejak zaman dahulu dengan adanya pendirian Gyeongdosi (Pasar Ibu kota) di bulan Maret 490 pada masa pemerintahan Raja Soji dan Dongsi (Pasar Timur) pada 509 selama masa pemerintahan Raja Jijeung. Pada tahun 1830-an, Gyeongju memiliki pasar yang aktif dibuka selama lima hari setiap minggunya hingga akhir 1920-an. Gyeongju Bunaejang dianggap sebagai pasar terbesar pada saat itu di daerah Yeongnam bersama dengan Daegu Bunaejang. Transportasi yang dibangun di akhir periode Penjajahan Jepang di Korea, Jalur Jungang dan Jalur Daegu yang menghubungkan Pohang dan barat laut wilayah Jepang meningkatkan jumlah populasi penduduk dan volume perdagangan. Setelah 1960-an, pasar periodik tradisional berubah menjadi pasar tradisional yang dibuka setiap hari. Hingga tahun 2006, Gyeongju memiliki delapan pasar tradisional, sembilan pasar periodik dan satu toko serba ada. Jumlah pasar periodik tradisional mulai menurun dan semakin terpinggirkan selama beberapa tahun terakhir.
Gyeongju merupakan destinasi utama pariwisata di Korea Selatan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Daya tarik utama pariwisata dari kota ini adalah kebudayaan Silla yang telah berumur kurang lebih 1000 tahun serta situs - situs arkeologis yang tersebar di penjuru kota. Tercatat jumlah wisatawan yang datang sebesar 6 juta orang termasuk 750.000 wisatawan mancanegara per tahun. Pemerintah kota Gyeongju juga mengembangkan sektor wisata lewat acara konferensi, festival serta pembangunan resor di penjuru kota.
Kebanyakan situs peninggalan Silla berlokasi di Taman Nasional Gyeongju seperti Kompleks Makam Kerajaan, Cheomseongdae yang merupakan peninggalan observatorium astronomi tertua di Asia Timur. kolam kerajaan Anapji, dan hutan Gyerim. Museum Nasional Gyeongju menyimpan berbagai artifak penting serta benda - benda bersejarah dari lokasi sekitar daerah Gyeongju.
Kebanyakan situs peninggalan bersejarah di Gyeongju juga berkaitan erat dengan Buddhisme selama era Silla. Seokguram dan Bulguksa merupakan situs sejarah pertama di Korea yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995. Situs kuil Hwangyongsa disebut - sebut sebagai kuil terbesar di Korea, masih dilestarikan di lereng Gunung Toham. Berbagai patung Budha dan Bodhisattva selama era Silla juga dapat ditemukan di penjuru kota, terutama di sekitar Namsan.
Jumlah turis yang datang ke Gyeongju sangat dipengaruhi oleh keberhasilan promosi yang dilakukan kota ini sebagai pagelaran berbagai macam festival, konferensi dan kompetisi. Sejak tahun 1962, bahkan diadakan Festival Budaya Silla diadakan setiap bulan Oktober untuk merayakan dan menghormati kebudayaan serta sejarah dinasti ini. Festival ini termasuk dalam salah satu festival terbesar di Korea. Acara festival ini seperti lomba atletik, permainan tradisional, musik, tarian, literatur dan upacara keagamaan Buddha. Festival lain yang ternama misalnya Maraton Ceri Mekar di bulan April, Festival Minuman dan Kue Korea pada bulan Maret, dan peringatan pendiri Dinasti Silla dan Jenderal Kim Yu-sin.
Terdapat 15 hotel termasuk Hotel Hilton, Hotel Gyeongju Chosun, 276 penginapan kecil, dan 2.817 restoran di Gyeongju pada tahun 2006.
Berdasarkan data dari buku tahunan Gyeongju tahun 2008, jumlah institusi medis sebanyak 224 dengan 3.345 ranjang, termasuk dua rumah sakit umum, 13 rumah sakit, 109 klinik, 5 suster rumah, 42 rumah sakit gigi, dua rumah sakit tradisional Korea dan 50 klinik tradisional Korea. Selain itu, ada 28 institusi medis yang berkaitan dengan Pusat Kesehatan Gyeongju yang bekerja sama dengan pemerintah pusat Gyeongju.
Dua rumah sakit umum di Gyeongju memiliki asosiasi dengan dua universitas di Gyeongju dan dekat Daegu. Rumah Sakit Gyeongju Universitas Dongguk, berlokasi di distrik Seokjang-dong. Rumah sakit ini berafiliasi dengan Pusat Sekolah Medis Universitas Dongguk. Rumah Sakit ini dibuka pada tahun 1991 di sebuah gedung sembilan lantai untuk memfasilitasi penduduk lokal dengan pelayanan medis dan spesialis medis terlatih di daerah tersebut. Setelah dilakukan berbagai renovasi, gedung rumah sakit akhirnya memiliki 24 departemen termasuk pusat onkologi radiasi dan 438 tempat tidur. Rumah Sakit Gyeongju Universitas Dongguk juga merupakan tempat pelatihan dan pembelajaran bagi Rumah Sakit Oriental Universitas Dongguk. Rumah sakit umum lainnya adalah Rumah Sakit Medis Dongsan yang berafiliasi dengan Universitas Keimyung. Rumah sakit ini merupakan penerus dari Rumah Sakit Kristen Gyeongju yang didirikan pada tahun 1962 dan muncul sebagai rumah sakit umum pada 1991. Rumah Sakit Dongsan Gyeongju berlokasi di distrik Seobu-dong dan memiliki 12 departemen.
Suplai air dan pengolahan sampah merupakan pelayanan kota yang diatur oleh Kantor Suplai Air dan Kualitas Air dan Kantor Lingkungan Hidup. Sumber air berasal dari Sungai Hyeongsan, Dam Deokdong dan beberapa anak sungai lainnya. Penyaluran air dibagi kedalam beberapa distrik, dengan 8 pusat filtrasi air dan 7 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. Salah satu pembangkit listrik tenaga sampah, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Angang beroperasi pada 2005 dengan investasi dari Pemerintah Gyeongsang Utara dan Kota Gyeongju dengan nilai investasi 44.300.000.000 won untuk pembangunan sarana demi menghindari polusi di Sungai Hyeongsan yang merupakan sumber air utama bagi penduduk Gyeongju dan Pohang. Pembangkit listrik ini berlokasi di lahan seluas 39.000 km2 di Homyeong-ri, Gangdong-myeon.
Kota Gyeongju telah berhasil melakukan pengolahan sampah sendiri namun usaha ini diprivatisasi sejak 1 Juli 2009.
Gas Kota Seorabol yang berafiliasi dengan Grup GS menyediakan gas bagi penduduk kota Gyeongju. Penyediaan listrik disediakan oleh perusahaan publik yang dikelola swasta Tenaga Nuklir dan Hidro Korea lewat PLTN Wolseong. Pembangkit listrik ini dikenal karena satu - satunya PLTN yang mengoperasikan reaktor air berat di Korea Selatan dan mensuplai sekitar 5% dari kebutuhan listrik di Korea Selatan. Pemilik PLTN ini, Tenaga Nuklir dan Hidro Korea memulai pembangunan Wolseong 1 di distrik Yangnam-myeon, Yangbuk-myeon dan Gampo-eup tahun 1976. Pembangunan Wolseong 2, Wolseong 3, dan Wolseong 4 dengan kapasitas 70.000 kW selesai pada tahun 1997, 1998, dan 1999. Proyek pembangkit listrik Sinwolseong 1 dan 2 sedang dalam pengerjaan dan diharapkan selesai pada tahun 2011 atau 2012.
Gyeongju memiliki dua koran lokal:Gyeongju Sinmun dan Seorabeol Sinmun.[82] Keduanya adalah koran mingguan yang memberikan berita via daring dan berkantor pusat di Dongcheon-dong.[83][84] Gyeongju Sinmun dibentuk pada 1989 dan mengabarkan berbagai berita serta kritik yang berkaitan dengan Gyeongju.[85] Koran daringnya, Gyeongju Sinmun Digital dioperasikan pada Desember 2000 yang berfokus pada berita lokal secara langsung yang tidak dapat langsung didapatkan dari koran mingguan Gyeongju Sinmun, selain itu koran daring ini juga berguna untuk bertukar informasi antar penduduk Gyeongju. Pada 2001, Gyeongju Sinmun mulai memberikan Penghargaan Penduduk Gyeongju kepada orang - orang yang dinilai telah memberikan usahanya untuk mengembangkan industri dan ekonomi lokal, budaya dan edukasi, serta kesejahteraan umum. Sejak 2003, PLTN Wolseong dan Gyeongju Sinmun memberikan penghargaan tersebut.[86]
Soerabeol Sinmun didirikan pada 1993,[87] namun sejak 15 November 2000 hingga 10 November 2005, koran ini berhenti beroperasi karena masalah finansial setelah krisis ekonomi tahun 1997 yang berdampak kepada ekonomi lokal.[88] Tahun 2006, Soerabeol Sinmun memberikan Penghargaan Seorabeol kepada orang - orang yang telah berusaha mengembangkan Gyeongju.[87][89]
Beberapa film besar pernah melakukan pengambilan gambar di kota ini seperti Kick the Moon,[90] Taegukgi,[91] Quen Seon Deok juga mengambil tempat di studio Taman Millenium Silla yang terletak di Resor Danau Bomun.[92][93]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.