Remove ads
denominasi Kristen Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Gereja Batak Karo Protestan (disingkat GBKP) adalah sebuah kelompok gereja Protestan di Indonesia yang berdiri di Tanah Karo, Sumatera Utara dan melayani masyarakat Karo.[2] GBKP adalah gereja Kristen Protestan yang beraliran Calvinis.[2]
Singkatan | GBKP |
---|---|
Penggolongan | Kristen Protestan |
Orientasi | Calvinis |
Moderamen | Pdt. Krismas Imanta Barus, M.Th |
Sekretaris Umum | Pdt Yunus Bangun, M.Th |
Ketua Bidang | Koinonia : Pdt Jennie Elliyani Keliat, S.Th,
Marturia : Pdt Kalvinsius Jawak, Diakonia : Pdt Mestika N Ginting, S.Th, MPsi, |
Perhimpunan |
|
Wilayah | Indonesia | Malaysia |
Bahasa | Bahasa Karo (diprioritaskan) |
Liturgi | Liturgi GBKP |
Kantor pusat | Kabanjahe, Karo, Sumatera Utara |
Didirikan | 18 April 1890 Buluh Awar, Sibolangit, Sumatera Utara |
Terpisah dari | Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) |
Jemaat | 805 Gereja yang tergabung dalam 27 Klassis (35 Tempat kebaktian belum gereja/tidak tetap, 73 Bakal Jemaat)[1] |
Umat | 520.000 |
Rohaniwan | 472 Pendeta |
Rumah sakit | RSU Kabanjahe (dikelola Pemerintah Kabupaten Karo) RS Kusta Lau Simomo Kabanjahe (dikelola Pemerintah |
Panti jompo |
|
Komunitas pemuda | Permata GBKP |
Sekolah dasar | SD Swasta GBKP |
Sekolah menengah |
|
Perguruan tinggi | {{Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer GBKP Neumann}} |
Publikasi | Warta GBKP Maranatha |
Situs web resmi | gbkp |
Semboyan |
|
E-mail: synode@gbkp.or.id |
Pada 23 Juli 1841, Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) mengutus Hendrik Cornelis Kruyt dari Tomohon, Minahasa, ke Tanah Karo.[3] Kruyt tinggal di Buluh Awar yang menjadi pos penginjilan yang pertama di Tanah Karo.[3] Tahun berikutnya dia menjemput empat orang Guru Injil yaitu B. Wenas, J. Pinontoan, R. Tampenawas, dan H. Pesik. Keempat orang inilah yang menjadi rekan Kruyt melakukan penginjilan di Karo.[2] Sebelumnya, keempat orang ini juga bekerja di daerah Minahasa, Sulawesi Utara.[4]
Pada tahun 1892, Pdt. H.C. Kruyt pulang ke negerinya tanpa berhasil membaptis seorang pun dari suku Karo.[2] Ia kemudian digantikan Pdt. J.K. Wijngaarden, yang sebelumnya telah bekerja di Pulau Sawu dekat Pulau Timor.[2] Pendeta inilah yang melakukan pembaptisan pertama pada suku Karo pada tanggal 20 Agustus 1893. Pada saat itu ada enam orang yang dibabtis, yaitu: Sampe, Ngurupi, Pengarapen, Nuah, Tala, dan Tabar.[2] Pada tanggal 21 September 1894 Pendeta Wijngarden meninggal karena serangan disentri.[2]
Wijgaarden digantikan oleh Pdt. Joustra.[2] Dialah yang menerjemahkan 104 cerita-cerita Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Karo (104 turi-turian). Wijgaarden juga tinggal di Buluh Awar.[2]
Kemudian datang pula Pdt. Henri Guillaume (utusan RMG dari Jerman) dari Saribudolok yang sebelumnya tinggal di Tapanuli.[5][per kapan?] Pada saat itu, Saribudolok merupakan daerah pelayanan gereja Batak (cikal-bakal HKBP-Huria Kristen Batak Protestan).[5] Bersama dengan Pdt. Henri Guillaume, datang pula seorang guru injil, bernama Martin Siregar.[5]
Sampai tahun 1900, orang Karo yang sudah dibaptis hanya 25 orang.[2] Dalam kurun waktu 10 tahun pertama tidak banyak orang Karo yang dibabtis.[2] Ini disebabkan oleh kegigihan suku Karo dalam mempertahankan tradisi dan adat istiadatnya.[3] Mereka merasa aman hidup dalam kebudayaan yang bersifat magis, mistis, dan animistis.[3] Selain itu, perkembangan Islam di Sumetera juga turut mempengaruhnya kurangnya penduduk lokal Karo yang mau dibabtis.[3]
Tahun 1903, datang pula Pdt. E.J. van den Berg dan J.H. Neumann yang kemudian membuka pos baru (Pos Keempat) dan menetap di Kabanjahe.[2] Keduanya merupakan teman sekerja yang baik. Mereka membuka Rumah Sakit Zending di Sibolangit dan di KabanJahe.[2] Mereka juga bekerjasama dengan pihak pemerintah. Pdt. E.J.Van den Berg membuka Rumah Sakit Kusta di Lau Simomo. Sementara itu, J.H. Neumann aktif membuka pekan-pekan (sejenis pasar di desa-desa) di daerah Deli Hulu.[2]
Tahun 1906 datang Pdt. G. Smith dan membuka Kweekschool (Sekolah Guru) di Berastagi. Sekolah ini kemudian dipindahkan ke Raya. Pada tahun 1920 sekolah tersebut ditutup dan guru-guru sekolah yang telah terdidik ditempatkan di desa-desa menjadi guru untuk mengabarkan Injil.[2] Prof. Dr. H. Kraemer yang meninjau tempat-tempat zending di daerah Karo pada tahun 1939 mengusulkan agar dalam waktu sesingkat-singkatnya Jemaat Karo dipersiapkan berdiri sendiri. Dalam rangka kemandirian ini, tenaga-tenaga pribumi disekolahkan untuk menjadi pendeta. Selain itu, ditunjuk majelis-majelis Jemaat yang sudah mampu. Pada tahun 1940, dua Guru Injil P. Sitepu dan Th. Sibero dikirim ke sekolah pendeta di seminari HKBP, Sipoholon.[2]
Pada periode ini, berkembang pula pergerakan muda-mudi di tengah-tengah Gereja dengan nama Christelijke Meisjes Club Maju (CMCM) untuk kaum perempuan dan Bond Kristen Dilaki Karo (BKDK) untuk kaum laki-laki di kalangan pemuda Kristen Karo.[2] Kedua pergerakan ini dapat dikatakan sebagai embrio lahirnya perkumpulan pemuda-pemudi GBKP, yang disebut Persadan Man Anak Gerejanta (PERMATA).[2] Pengesahan dan peresmian PERMATA dilaksanakan oleh Moderamen GBKP pada tanggal 12 September 1948, yang diperingati sebagai hari jadi PERMATA GBKP (Rapat Permata yang pertama tanggal 25 Mei 1947 ; kedua tanggal 18 Juli 1948).[2]
Guru Injil yang disekolahkan ke Seminari Sipoholon (Tarutung) menyelesaikan studinya pada pertengahan sidang Sinode Pertama, yang menetapkan nama Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Sibolangit tanggal 23 Juli 1941.[2] Pada saat yang sama, ada penahbisan dua orang pendeta pertama dari suku Karo, yaitu Pdt. Palem Sitepu dan Pdt. Thomas Sibero.[2] Pada sinode pertama ini juga, Tata Gereja GBKP yang pertama dan ketua Moderamen GBKP, Pdt. J. van Muylwijk ditetapkan.[2] Sekretaris Moderamen adalah Guru Lucius Tambun (periode 1941-1943). Pdt. P. Sitepu ditempatkan di Tiga Nderket, sebagai wakil ketua Klasis untuk daerah Karo Gugung (Dataran Tinggi) serta Pdt. Th. Sibero di Peria-ria, sebagai Wakil Ketua Klasis daerah Karo Jahe.[2]
Menurut Statistik tahun 2019, GBKP mempunyai 27 Klasis, 805 Runggun/Majelis Jemaat dan sekitar 520.000 anggota jemaat.[2] Anggota gerejanya tersebar di seluruh Sumatra, Jawa, Kota Makassar, Kalimantan, yang memiliki wilayah pelayanan di Sanggau sekitarnya dan Ngabang sekitarnya, serta satu calon gereja di Simpang Tanjung (di tepi jalan antarnegara Indonesia - Malaysia).[2] Gereja ini dilayani oleh 472 orang pendeta penuh waktu, 54 calon pendeta (vikaris), 1 orang calon vikaris, 50 orang pegawai, 53 pendeta yang telah pensiun, dan 50 guru injil serta 6.832 Pertua aktif, 4.130 Diaken aktif, 1.395 orang Pertua emeritus dan 452 orang Diaken emeritus.
Menurut data[oleh siapa?] Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan[dibutuhkan verifikasi sumber] yang ada setiap perayaan Jubileum, pertambahan jemaat cukup signifikan terjadi pada
Kepengurusan Pusat GBKP disebut Moderamen, atau yang lebih familiar sebagai Sinode, GBKP berjumlah 11 (sebelas) orang (masa periode 2020-2025) dengan susunan sebagai berikut:
Yang dilantik oleh Pdt. Em. Pasu Bukit, SmTh
GBKP adalah gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (sejak 25 Mei 1950),[6] Dewan Gereja-gereja Asia, Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia, dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC).[2] Selain itu GBKP bermitra dengan Nederlanse Hervormde Kerk di Belanda, Evangelical Lutheran Church in America (ELCA), dan United Evanglism Misson (UEM) dari Jerman.[2]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.