Kekristenan pada abad ke-1 mencakup sejarah Kekristenan, dari permulaan pelayanan Yesus (sek. 27-29 M) hingga kematian Dua Belas Rasul terakhir (sek. 100 M). Oleh karena itu masa dikenal juga sebagai zaman apostolik. Kekristenan awal bertumbuh dari pelayanan Yesus dan berkembang seputar pelayanan para rasul.

Gambar Yesus muncul di hadapan para rasul-Nya setelah kebangkitan-Nya

Zaman apostolik dari sejarah Kekristenan menurut tradisi bermula dari Amanat Agung yang mulai dijalankan para rasul setelah kebangkitan Yesus dan kenaikan Yesus di Yerusalem, hingga kematian rasul terakhir, yang dipercaya merupakan Yohanes saat berada di Efesus, Asia pada sekitar tahun 100. Secara tradisional, para rasul dipercaya menyebar dari Yerusalem,[1] dan mendirikan takhta-takhta apostolik. Zaman tersebut memegang signifikansi istimewa dalam tradisi Kristen sebagai zaman rasul langsung dari Yesus Kristus. Sumber utama sebagai catatan sejara para rasul Yesus adalah Kisah Para Rasul dalam Perjanjian Baru Alkitab, meskipun akurasi sejarahnya dipertanyakan oleh beberapa orang.

Setelah kematian Yesus, para pengikutnya yang paling awal membentuk sekte Yahudi Mesianik selama periode Bait Suci Kedua akhir abad ke-1. Awalnya percaya bahwa kebangkitan Yesus adalah awal dari akhir zaman, kepercayaan mereka segera berubah dalam kedatangan Yesus yang diharapkan kedua dan permulaan Kerajaan Tuhan (Aram: Alaha) di kemudian hari.[2]

Yesus Membasuh Kaki Petrus, oleh Ford Madox Brown (1852–1856)

Rasul Paulus, seorang Yahudi yang saleh yang telah menganiaya umat Kristen masa awal, bertobat 33–36 M [3][4][5] dan mulai menyebarkan injil di antara bangsa-bangsa lain. Menurut Paulus, orang-orang yang bukan Yahudi dapat dibenarkan dibebaskan dari sebagian besar perintah-perintah Yahudi, dengan alasan bahwa semua orang dibenarkan karena iman kepada Yesus.[6] Ini adalah bagian dari awal pemisahan bertahap Kekristenan awal dan Yudaisme, karena kekristenan menjadi agama yang berbeda termasuk kepatuhan non-Yahudi.

Yerusalem memiliki komunitas Kristen awal, yang dipimpin oleh Uskup Yakobus yang Adil.[7] Menurut Kisah Para Rasul 11:26, Antiokhia adalah tempat para pengikut pertama kali disebut orang Kristen. Rasul Petrus kemudian menjadi martir di tahta Roma, ibukota Kekaisaran Romawi . Para rasul selanjutnya menyebarkan pesan Injil ke seluruh dunia klasik dan mendirikan berbagai Gereja Rasuli sekitar pusat-pusat awal Kekristenan. Rasul terakhir yang mati di antara 12 rasul awal adalah Rasul Yohanes dalam 100 M.[8]

Etimologi

Orang Yahudi Kristen awal menyebut diri mereka sebagai pengikut "Jalan Itu" (Aram: b'urha, Ibrani: HaDerekh, Inggris: The Way),[9] ini merujuk kepada pernyataan Yesus sendiri sebagai "Sang Jalan".[10] Dan ini dipercaya Umat Kristen sebagai berhubungan dengan nubuatan Nabi Yesaya 40:3, "Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk YHWH, luruskanlah di padang belantara jalan bagi Alaha kita!"" Dengan kedatangan Yohanes pembaptis sebagai pembuka jalan bagi Yesus maka diyakini bahwa nubuatan tersebut sudah tergenapi.[11]

Orang Yahudi lainnya juga menyebut mereka dengan sebutan "orang Nasrani."[12] Kata Nasrani banyak diyakini berasal dari kata Netser (Ibrani: tunas) yang mengacu kepada nubuatan tentang kedatangan Yesus dari keturunan Isai di Yesaya 11:1.[13]

Menurut Kisah Para Rasul 11:26, istilah "Kristen" (Yunani: Kristianos, Aram: Mshikaye, Ibrani: Mshikinim) pertama kali digunakan sehubungan dengan murid-murid Yesus di kota Antiokhia, yang berarti "pengikut Kristus/Mesias".[14][15] Kata Mesias sendiri berasal dari kata "Mshkha" (Aram) yang artinya adalah "Yang diurapi". Jadi kata "Kristen" artinya adalah "Pengikut Yang Diurapi". Penggunaan kata "Kekristenan" yang paling awal tercatat (bahasa Yunani: Χριστιανισμός adalah oleh Ignatius dari Antiokhia, sekitar 100 Masehi.

Permulaan

Thumb
Wilayah kedaulatan Kerajaan Makedonia pada masa pemerintahan Aleksander Agung

Kemunculan kaum Yahudi Helenistik dan Eseni

Paska Koresh Agung mengeluarkan surat perintah yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke Yerusalem pada tahun 538 SM,[16] bangsa Yahudi pulang ke tanah mereka secara bertahap antara tahun 520–515 SM. Setelah terpengaruh oleh budaya Babilonia akibat masa pembuangan ini, Bangsa Yahudi juga mengalami pengaruh budaya Yunani (Helenisasi) sampai munculnya Kekristenan. Dua tokoh yang berperan penting dalam asimilasi budaya ini adalah Alexander Agung, Raja Makedonia dan Anthiokhos IV Epifanes, Raja Seleukia.

Penaklukan Alexander Agung pada akhir abad 4 SM menyebarkan budaya dan kolonisasi Yunani di atas tanah-tanah non-Yunani, termasuk Levant. Ini memunculkan periode Helenistik, yang berupaya menciptakan budaya bersama atau universal di kekaisaran Aleksandria yang didasarkan pada Athena abad ke-5, bersamaan dengan perpaduan budaya Timur Dekat.[17] Periode ini ditandai oleh gelombang baru penjajahan Yunani yang mendirikan kota-kota dan kerajaan-kerajaan Yunani di Asia dan Afrika,[18][19] yang paling terkenal adalah Aleksandria di Mesir. Kota-kota baru didirikan terdiri dari penjajah yang datang dari berbagai belahan dunia Yunani, dan bukan dari kota metropolitan tertentu (ibu kota) seperti sebelumnya.[18] Perhatikan peta kekuasaan Alexander di atas, wilayah Yerusalem juga masuk ke dalam kekuasaannya.

Sesudah kematian Alexander pada tahun 323 SM, wilayah kekuasaannya dibagi menjadi dua bagian, Kerajaan Ptolomeus di Mesir dan Kerajaan Seleukia di Syria. Yerusalem ada di bawah wilayah Ptolomeus sampai dengan 198 SM. Memang pengaruh budaya Yunani sudah terasa namun umat Yahudi masih bebas melaksanakan ritual keagamaannya.[20]

Upaya helenisasi dilakukan oleh Anthiokhos IV Epifanes yang memerintah tahun 175-164 SM ini yang dirasakan sangat berat bagi umat Yahudi. Ia merupakan seorang raja pada kekaisaran Seleukia. Upaya Helenisasi tersebut dia upayakan supaya kesatuan kerajaannya tetap terjamin.[21] Dampaknya yang besar terlihat pada kebiasaan dan praktik orang Yahudi saat itu, baik yang ada di Yudea Romawi maupun di Diaspora. Perubahan budaya yang memaksa ini memunculkan Yahudi Helenistik dalam diaspora Yahudi yang berusaha untuk membangun tradisi keagamaan Yahudi dalam budaya dan bahasa Helenisme. Yudaisme Helenistik menyebar ke Mesir Ptolemeus dari abad ke-3 SM, dan menjadi religio licita yang terkenal setelah penaklukan Romawi atas Yunani, Anatolia, Suriah, Yudea, dan Mesir.[22][18][23][24] Dalam praktik helenisasi, orang-orang Yahudi diminta ikut berpartisipasi dalam upacara persembahan korban bagi dewa-dewa. Akibat ulahnya sendiri yang dianggap keterlaluan, mulailah muncul pemberontakan dalam kota.

Thumb
Qumran, daerah pemukiman Sekte Eseni Yahudi yang diyakini sebagai pemilik Dead Sea Scrolls.

Antiokhos menjadi sangat marah dan bertekad memberi pelajaran kepada orang-orang yang menentangnya terutama orang-orang Yahudi. Ia mengeluarkan sebuah larangan bagi orang-orang Yahudi menjalankan hukum-hukum dan adat-istiadat mereka. Berbagai praktik ibadah orang Yahudi tidak boleh dilakukan dan setiap pelanggarnya akan menerima hukuman mati. Puncak dari tindakan Antiokhos ini adalah saat ia menempatkan altar dewa Zeus Olympus di atas altar Bait Yerusalem dan meletakkan daging babi untuk dipersembahkan sebagai sesajen pada tanggal 25 Kislew 168 SM, yang menyulut pemberontakan Yehuda Makabe (Dinasti Hasmonean) untuk menyucikan kembali Bait Yerusalem serta dimulainya hari raya Hanukkah sejak tanggal itu.[21] Orang-orang Hasmonean memerintah Yehuda sampai 63 SM.

Selain itu, terdapat pula sekte Yahudi Eseni, muncul sekitar abad 2 SM.[25] sebagaimana kelompok Yahudi lainnya (Farisi dan Saduki), muncul sebagai respons terhadap konflik-konflik politik yang muncul, di mana identitas Yahudi sedang dikekang oleh Helenisasi yang dilancarkan oleh penjajah Romawi.[26] Kaum Eseni yang bermukin di daerah Qumran ini menganggap bahwa dunia telah menjadi sangat jahat dan kotor, sehingga mereka berupaya membentuk komunitas sendiri, di mana mereka dapat menjaga kesucian hidup mereka serta terlindungi dari dunia yang jahat.[27] Mereka percaya bahwa Tuhan akan segera mengintervensi jalannya dunia ini dan menetapkan pemerintahan-Nya yang benar di dunia.[28] mereka terus menelaah Kitab Suci, mentaati peraturan-peraturan yang ketat, dan menantikan hari Tuhan, di mana Alaha akan datang sebagai tanda kemenangan mereka.[29] Hari Tuhan yang mereka maskudkan ini berhubungan dengan kedatangan Mesias, yang mereka percayai akan datang membawa penghapusan bagi dosa-dosa mereka.[30] Lebih jauh menurut Michael White, mereka bukan hanya menunggu satu sosok Mesias, namun ada dua maca Mesias. Mesias Daud yang merupakan semacam tokoh raja yang akan datang untuk memimpin perang. Tetapi ada juga seorang Mesias Harun, seorang tokoh imam, yang akan datang untuk memulihkan Bait Suci di Yerusalem untuk kemurnian dan penyembahan yang layak bagi Alaha.[31]

Kekristenan "muncul sebagai sekte Yudaisme di Palestina Romawi"[32] dalam dunia Helenistik abad pertama, yang didominasi oleh hukum Romawi dan budaya Yunani.[33] Selama awal abad pertama Masehi, sekte-sekte Yahudi yang bersaing di Tanah Suci, mereka adalah orang-orang Farisi, Saduki, dan Zelot, serta kaum Eseni yang menantikan Mesiasnya ini.[34]

Kehidupan dan pelayanan Yesus

Thumb
Mesias di Padang Gurun, karya Ivan Kramskoy

Sumber

Sumber-sumber Kristen, seperti keempat Injil kanonik, surat-surat Paulus, dan apokrifa Perjanjian Baru, termasuk kisah-kisah terperinci mengisahkan sosok Yesus Sang Mesias. Tetapi para ahli berbeda pendapat pada historisitas episode-episode khusus yang dijelaskan dalam kisah Alkitab tentang Sang Mesias ini.[35] Satu-satunya dua peristiwa yang hampir sama adalah bahwa Yesus dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis dan disalibkan atas perintah Pontius Pilatus Romawi.[36][37][38][39][40][41][42][43] Injil adalah dokumen teologis, yang "memberikan informasi yang dianggap perlu oleh penulis untuk pengembangan agama komunitas Kristen di mana mereka melayani". Mereka terdiri dari perikop-perikop pendek, perikop-perikop yang disusun oleh para penulis Injil dalam berbagai cara sesuai narasi mereka.

Sumber-sumber non-Kristen yang digunakan untuk mempelajari dan menetapkan historisitas Yesus termasuk sumber-sumber Yahudi seperti Josephus Flavius, dan sumber-sumber Romawi seperti Tacitus. Sumber-sumber ini dibandingkan dengan sumber-sumber Kristen seperti Surat-surat Paulus dan Injil Sinoptik . Sumber-sumber ini biasanya tidak tergantung satu sama lain (mis Sumber-sumber Yahudi tidak mengacu pada sumber-sumber Romawi), dan persamaan dan perbedaan di antara mereka digunakan dalam proses otentikasi.[44][45]

Sosok nyata dalam sejarah

Ada perselisihan yang tersebar luas di antara para sarjana tentang perincian kehidupan Yesus yang disebutkan dalam kisah-kisah Injil, dan tentang makna ajaran-ajarannya.[46] Mereka dengan kritis telah mengabaikan pendapat bahwa Yesus hanya sebagai sosok legenda atau tidak nyata.[47] Para pendukung teori ini berargumen bahwa peristiwa atau perkataan yang berhubungan dengan figur Yesus mungkin berasal dari gabungan atribut atau cerita dari satu atau lebih tokoh-tokoh lain, baik yang benar ada maupun yang diambil dari mitos lain, untuk membentuk satu narasi riwayat hidup Yesus seperti yang kita dapati sekarng tercatat di dalam Perjanjian Baru.[48]

Para sarjana akademis telah membangun berbagai potret dan profil untuk Yesus.[49][50][51] Para sarjana kontemporer menempatkan Yesus dengan kuat dalam tradisi Yahudi,[52] dan pemahaman yang paling menonjol tentang Yesus adalah sebagai nabi apokaliptik Yahudi atau guru eskatologis.[53] Potret lain adalah sebagai tabib karismatik, tergolong filsuf beraliran Sinisme, Mesias Yahudi, dan nabi perubahan peradaban.[49][50]

Harapan pelayanan dan eskatologis

Dalam Injil kanonik, pelayanan Yesus dimulai dengan pembaptisan-Nya di Sungai Yordan, kemudian berjalan-jalan di pedesaan Yudea dan Transjordan Romawi, di dekat Sungai Yordan, dan berakhir di Yerusalem, mengikuti Perjamuan Terakhir bersama para muridnya.[54][55] Injil Lukas (Luke 3:23) menyatakan bahwa Sang Mesias "berusia sekitar 30 tahun" pada awal pelayanannya.[56][57] Dahulu usia seseorang bisa ditahbiskan untuk menjadi rabi Yahudi memang tiga puluh tahun minimal.[58] Sebuah kronologi Yesus biasanya memiliki tanggal dimulainya pelayanannya yang diperkirakan sekitar 27-29 M dan berakhir pada kisaran 30-36 M.[56][57][59]

Dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas), eskatologi Yahudi merupakan hal yang sentral. Setelah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus mengajar secara ekstensif selama satu tahun, atau mungkin hanya beberapa bulan, tentang Kerajaan Alaha yang akan datang (atau, dalam Matius, Kerajaan Surga), dengan kata-kata mutiara dan perumpamaan, dan kiasan. Injil Sinoptik menghadirkan pandangan berbeda tentang Kerajaan Alaha. Sementara Kerajaan pada dasarnya digambarkan sebagai masa eskatologis (berkaitan dengan akhir dunia), yang menjadi kenyataan dalam waktu dekat. Beberapa teks menyatakan Kerajaan sudah ada, sementara teks-teks lain menggambarkan Kerajaan sebagai tempat di surga. bahwa seseorang masuk setelah kematian, atau sebagai kehadiran Tuhan di bumi. Yesus berbicara sebagai mengharapkan kedatangan "Anak Manusia" dari surga, seorang tokoh apokaliptik yang akan memulai "penghakiman yang akan datang dan penebusan Israel".

Kematian dan kebangkitan Yesus

Thumb
Penyaliban, oleh Giovanni Battista Tiepolo, Thn. 1745–1750, Museum Seni Saint Louis

Kehidupan Yesus hampir berakhir dengan eksekusi penyaliban-Nya. Para pengikut awal-Nya percaya bahwa tiga hari setelah kematiannya, Yesus bangkit secara fisik dari kematian.[60][61] Surat-surat Paulus dan Injil memuat laporan-laporan tentang sejumlah penampakan Mesias sesudah kebangkitan ini.[62] Dalam proses pengurangan disonansi kognitif, tulisan suci Yahudi ditafsirkan ulang untuk menjelaskan penyaliban dan pengalaman penampakan Yesus berupa pengalaman visioner tetapi lebih sebagai penampilan nyata di mana mereka yang hadir diminta untuk menyentuh dan melihat.[63] Kebangkitan Yesus "memberi isyarat bagi orang-orang percaya yang paling awal bahwa zaman pemenuhan eskatologis sudah dekat."[64] dan memberikan dorongan dalam sekte-sekte Kristen tertentu untuk melihat Yesus ke status Putra Ilahi dan Pemilik Kerajaan Tuhan. Ini meyakinkan para pengikutnya atas mengharapkan Yesus untuk kembali dalam satu generasi kelak[65] dan memulai Kerajaan Tuhan.

Zaman apostolik

Thumb
Lokasi Cenacle di Mount Zion, diklaim sebagai lokasi Perjamuan Terakhir dan Pentakosta . Bargil Pixner[66] mengklaim Gereja Para Rasul asli terletak di bawah bangunan ini.

Pesan sakral Amanat Agung, adalah pesan Yesus kepada para murid-Nya yang kurang lebih 3,5 th belajar dari-Nya. Kepada mereka Yesus memerintahkan untuk mengajar, menyebarkan pesan eskatologis tentang kedatangan Kerajaan Tuhan, dan juga untuk membaptis bangsa-bangsa. Injil Matius merekam peristiwa penting ini terjadi di sebuah gunung di Galilea Yesus memanggil para pengikut-Nya untuk memuridkan dan membaptis semua bangsa dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.[67]

Secara tradisional, tahun-tahun setelah Yesus naik ke Sorga hingga kematian dua belas rasul terakhir disebut Zaman Kerasulan. Menurut Kisah Para Rasul, Jemaat Yerusalem dimulai pada hari Pentakosta dengan sekitar 120 orang percaya,[68] di "ruang atas," yang diyakini oleh beberapa orang sebagai Cenacle, tempat para rasul menerima Roh Kudus dan muncul dari persembunyian setelah kematian dan kebangkitan Yesus untuk berkhotbah dan menyebarkan injil.[69] Jadi misi penginjilan dimulai dari Yerusalem.

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."[70]

Yerusalemlah kota dilahirkannya jemaat melalui kejadian Pentakosta, turunnya Kuasa Roh Kudus yang sudah dijanjikan Yesus di Kis 1:8. Oleh karena itu Yerusalem diyakini sebagai pusat Kekristenan awal. Dalam kacamata Yahudi, peristiwa Pentakosta tersebut juga disebut dengan Hari Raya Savuot.[71] Oleh karena itulah Kota Yerusalem dipenuhi oleh Orang Yahudi dan orang-orang dari daerah lainnya.

Tokoh penting lain di Zaman Kerasulan ini adalah Paulus (nama awalnya adalah Saulus). Namanya mulai dicatat di Kisah Para Rasul saat dia menjadi saksi Martir pertama setelah Yesus, Stephanus.[72][73] Stephanus wafat dirajam sesuai dengan Taurat Musa[74][75][76] di Yerusalem sekitar thn 35 M, ini membuat banyak jemaat melarikan diri ke Fenisia, Siprus, dan Antiokia.[77] Saulus mendapat mandat untuk menangkap semua pengikut Yesus sehingga dia mengejar mereka dan sampai ke Damaskus di mana Yesus sendiri "menghadang"-nya. Pertobatan Paulus di catat kemudian dalam Kisah Para Rasul pasal 9: 1-19.

Kabar baik atau injil pada awalnya hanya fokus diberitakan kepada Bangsa Yahudi saja di berbagai daerah.

Kisah Para Rasul 11:19 TB LAI: Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar... namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja.

Tidak heran, akibat dari pelayanan ini menggelembungnya jumlah murid berdarah Yahudi.

Kekristenan Yahudi

Thumb
Simbol Keuskupan Jemaat Yerusalem, Jemaat Yahudi Kristen pada abad 1 yang dipimpin Uskup Yakobus

Agama Yahudii adalah rahim kekristenan. Setelah kematian Yesus, agama Kristen pertama kali muncul sebagai sekte Yudaisme sebagaimana dipraktikkan di provinsi Romawi Yudea.[32] Ada beberapa komunitas Yahudi Kristen saat itu antara lain: Jemaat Yerusalem, Sekte Nasrani, Ebionit, Serintus, Simmasian, dan Elkesite. Muncul dii tengah-tengah tekanan baik dari internal Yahudi dan juga Romawi, belum lagi adanya pengucilan dari Umat Kristen non Yahudi pada akhirnya mereka hanya bisa bertahan sampai pada abad 4, mungkin sampai abad 6.[78] Dari beberapa komunitas ini, hanya Jemaat Yerusalem yang dianggap oleh Bapa-bapa Gereja awal bukan komunitas menyimpang. Letak penyimpangan dan seberapa menyimpang juga sebenarnya sangat sulit dikaji disebabkan sedikitnya informasi tentang mereka. Beberapa injil atau tulisan karya mereka juga tidak lagi ditemukan dengan utuh, seperti Injil Orang Ibrani dan Injil Ebionit

Jemaat Yerusalem

Di dalam Surat Galatia, Paulus mencatat kedatangannya ke Yerusalem setelah dia mengasingkan diri dari Tanah Arab selama 3 tahun. Ini mengisyaratkan bahwa memang pusat Kekristenan terletak di Yerusalem.[79] Yakobus yang berdarah Yahudi dianggap sebagai Kepala Sokoguru jemaat oleh Paulus.[80] Dalam catatan Josephus, dia adalah Uskup I Yerusalam. Bahkan oleh Uskup Clementinus dianggap sebagai Uskup Agung yang mengatasi semua Uskup (gembala jemaat) kekristenan awal.

Para sarjana ada yang beranggapan bahwa Petrus adalah Pemimpin Jemaat Yerusalem awal[81] sebelum diambil alih oleh Yakobus yang dianggap lebih ketat menjalankan Taurat Musa.[82][83] Dari Yakobus kemudia keluarganya yang berdarah Yahudi terus memimpin jemaat ini sampai pertengahan abad 2 Masehi.

Dalam catatan Alkitab kita dapatkan bahwa Jemaat Yerusalem ini sudah mulai mewujudkan suatu organisasi yang baik. Ini terlihat dengan adanya pemilihan dan pentahbisan jemaat ke jenjang Diakon (Aram: Shamasha) atau Pelayan Mezbah. Ini tercatat di dalam Kisah Para rasul 6: 1,5-6:

Kisah Para Rasul 6:1, 5-7: "Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. Firman Tuhan makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.

Di dalam beberapa ayat di atas dijelaskan bahwa dengan menggelembungnya jumlah jemaat, maka terbentuklah jenjang keimamatan baru yaitu Diakon. Frasa "meletakkan tangan" di atas adalah bagian dari ritual pentahbisan tersebut.

Menurut catatan sejarawan gereja Eusebius sebelum pecah perang Yerusalem thn 70 M, jemaat besar ini sudah terlebih dulu pergi ke Pella.[84][85][86] Jemaat Ibrani ini tidak ingin terlibat dalam perang politik yang terjadi antara Umat Yahudi dan Romawi saat itu. Akibat peperangan ini Bait Yerusalem hancur di tangan Kaisar Titus.[87] Inilah momen bersejarah di mana jemaat Yerusalem yang tadinya beribadat di bait itu bersama Yahudi lain juga akhirnya memisahkan diri. Menurut Eusebius, mereka melarikan diri ke utara, ke daerah Transjordan, Pella.[88] Ephifanus menuliskan bahwa komunitas Yahudi Kristen kembali ke Yeruslaem th. 129 M.[89] Menurut Eusebius dari Kaisarea, ada tiga belas uskup di Yerusalem, semuanya orang Kristen Yahudi.[90] Setelah Yakobus, mereka adalah Symeon, Justus, Zacchaeus, Tobias, Benjamin, John, Matthias, Phillip, Seneca, Justus, Levi, Ephres, Joseph, Judas. Semua melayani di Pella.[91] Kemudian dilanjutkan ke Uskup Marcus thn 135, Uskup Non Yahudi pertama.[92] Dari sinilah diyakini munculnya Gereja Yunani Yerusalem berasal dari Jemaat Yerusalem. Gereja Ortodoks ini masih berdiri sampai sekarang.

Nasrani

Nama Nasrani tidak disebutkan dalam literatur Bapa Gereja sampai tahun 374 SM. Sampai Bapa Epifanius dalam Panarion menjelaskan bahwa Yesus adalah seorang Nasrani, Paulus juga tidak membantah sewaktu diadili dan dinyatakan dia salah satu pemimpin Nasrani. Dahulu memang pengikut Yesus juga menyebut diri sebagai Nasrani.[93] Ciri-ciri penganut Yahudi Nasrani yang dianggap bidat oleh Epifanius adalah:

  • mereka tidak mau disebut sebagai umat Kristen, hanya mau diakui sebagai kaum Nasrani.[94]
  • Mereka juga adalah orang Yahudi yang meyakni Taurat musa, percaya Yesus adalah Mesias, meyakini Tuhan hanya satu Sang Pencipta, dan percaya bahwa Yesus adalah Sang Putra sebagai Mesias Yahudi.[95]
  • mereka masih melakukan Taurat Musa seperti Sabat dan sunat juga.[96]
  • mereka percaya Yesus dikandung Roh Kudus dan dilahirkan oleh Maria.[97]

Uniknya adalah Epifanius meyakini bahwa asal-usul kaum Nasrani ini adalah kaum Yahudi Kristen yang melarikan diri ke Pella,[98][99] dengan kata lain kaum Nasrani adalah Jemaat Yerusalem yang tadinya dipimpin oleh Uskup-uskup Yahudi. Kemungkinan mereka tidak mau kembali dan dipimpin oleh para uskup baru non Yahudi, jadi mereka menetap di sana.

Ebionit

Kelompok lain yang digambarkan sebagai orang Yahudi Kristen oleh para Bapa Gereja adalah orang-orang Ebionit. Ebionit disebutkan oleh Bapa Gereja lebih sering daripada kelompok Yahudi Kristen lainnya. Informasi tentang Ebionit berasal dari: Irenaeus, Tertullian, Hippolytus, Origen, Eusebius, Epifanius, serta penulis non-kontemporer lainnya. Laporan tertulis pertama yang secara spesifik menyebutkan sekte Ebionit ditulis oleh Irenaeus sekitar tahun 190. Menurut catatan-catatan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa Kaum Ebionit ini memiliki kepercayaan sbb:

  • menurut Irenaeus, mereka meyakini hanya satu injil yaitu Injil Matius, menolak kerasulan dari Paulus karena Paulus sudah menentang Taurat Musa. Mereka masih menjalankan sunat dan ajaran Taurat Musa lainnya. Mereka juga sangat membanggakan Kota Yerusalem yang dianggap sebagai Rumah Ilahi.[100]
  • menurut Epifanius mereka mencampur aduk ajaran Nasrani, Serintus, dan lain-lain untuk dijadikan pedoman pengajarannya sendiri.[101]
  • menurut Origen, mereka merayakan Paskah (Pesakh) selayaknya orang Yahudi.[102]
  • menurut Eusebius, mereka meyakini bahwa Yesus hanyalah manusia biasa. Maria menjalin hubungan dengan seorang pria sehingga melahirkan Yesus. Mereka meyakini keselamatan itu tidak hanya melalui Iman kepada Yesus, namun juga dengan cara mematuhi ritual keagamaan dalam Taurat Musa. Ebionit meyakini bahwa dunia diciptakan oleh Tuhan, namun kisah penciptaannya ini sesuai dengan ajaran Serintus. Mereka menjalankan sunat, dan isi Taurat musa lainnya.[103]

Seorang mitikus bernama Ebion dianggap sebagai pendiri sekte Yahudi Ebionit. Seperti Serintus mereka tinggal di antara Umat Nasrani di Kokabe,[104] sebuah desa di distrik Basan di sisi timur Yordania. Mereka telah menyebarkan ajarannya di antara Umat Kristen yang melarikan diri ke bagian Palestina ini setelah penghancuran Bait Suci Yerusalem, kemudian mereka bermigrasi ke Asia dan ke Roma.[105]

Serintus

Kaum Serintus adalah salah satu dari beberapa kelompok Kristen Yahudi yang condong ke arah gnostik.[106] Ciri-ciri kaum Serintus adalah:

  • menurut Irenaeus, Serintus adalah seorang pria Yahudi yang dididik dalam kebijaksanaan orang Mesir. Dia mengajarkan bahwa dunia tidak diciptakan oleh Tuhan, tetapi oleh Kekuatan tertentu yang terpisah darinya. Dia berkuasa atas semesta, dan acuh tidak acuh terhadap ciptaan ini. Serintus mengajar bahwa Yesus itu adalah putra dari Maria dan Yusuf. Namun Yesus dianggap lebih saleh, bijaksana, dan bijaksana daripada pria lain. Saat Yesus dibaptis Mesias turun atasnya dalam wujud Burung Merpati dari Tuhan. Oleh karena itu Yesus bisa menyatakan siapa Sang Bapa dan melakukan banyak mujizad. Namun Mesias ini pergi meninggalkan Yesus, kemudian Yesus menderita mati dan bangkit kebali. Sementara sosok Mesias merupakan sosok Ilahi.[107]
  • menurut Eusebius yang mendapatkan informasi dari Caius, dia menyatakan bahwa Serintus ini adalah penerima wahyu palsu yang kemudian menghubungkan ajarannya itu kepada rasul Yesus. Setelah masa kebangkitan, kerajaan Mesias akan didirikan di bumi, dan bahwa dalam daging Yesus akan tinggal di Yerusalem lagi akan tunduk pada keinginan dan kesenangan daging. Dan parahnya, mereka mengajar bahwa akan ada periode seribu tahun untuk festival pernikahan. Masih menurut Eusebius yg mengutip perkataan Dionysius, Uskup di Alexandria, Serintus mengajarkan bahwa Kerajaan Mesias itu bersifat duniawi, terdiri dari berbagai hal yang dia inginkan seperti keinginan perut dan seksual, makan-minum, menikah ditambah dengan adanya ritual pengorbanan.[108]
  • menurut Epifanius, Serintus mengajarkan sunat bagi non Yahudi dan sempat membuat bingung jemaat Kristen di Antiokia.[109]

Simasian

Simasian dibentuk oleh seorang yg bernama Simakus, seorang Yahudi dari Samaria yang menyebut diri Kristen.[110] Ciri-ciri pengajaran mereka menurut Bapa Gereja adalah:

  • menurut Augustine, mereka seperti Kaum Nasrani, mereka memelihara Sabat dan sunat. Mereka tidak memakan daging babi, tunduk pada Taurat Musa namun mengakui dirinya Kristen.[111]
  • masih menurut Augustine , mereka juga memaksakan sunat kepada non Yahudi.[112]

Elkesit

Banyak yang meyakini Kelompok Yahudi Kristen Elkesit ini berasal dari kaum Yahudi Eseni dari Qumran. Anggota sekte Yahudi ini muncul di sekitar Palestina Trans-Yordania sekitar thn. 100 Masehi. Sekte ini didirikan oleh seorang Yahudi bernama Elkesai. Sekte ini cukup menekankan baptisan dalam ajaran mereka.[113] Demikian ringkasan ajaran baptisan mereka yang didapatkan dari Ensiklopedia Yahudi:[114]

  • Pesan Mesianik mereka sangat membingungkan. Di satu sisi Yesus berperan sebagai Malaikat, di sisi lain berperan sebagai reinkarnasi dari Adam.
  • Air dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Oleh karena itu mereka bukan hanya mengajarkan baptisan untuk menghapus dosa, namun juga mengajarkan wudhu membilas badan sebelum berdoa harian untuk melawan kegilaan, keinginan konsumtif, dan keinginan memiliki yang tinggi.
  • Sihir dan astrologi juga cukup menonjol di antara mereka.

Nabi Mani pendiri agama Manikean pada abad 3 diyakini terpengaruh ajaran Elkesit Yahudi ini karena dia tumbuh di dalam komunitas ini.[115]

Kekristenan non-Yahudi

Berbeda dengan Jemaat Yahudi Kristen yang menonjol pada abad 1, kemudian lama-kelamaan meredup dan menghilang pada abad 4-5, Jemaat Kristen dari berbagai bangsa masih berupa benih-benih jemaat. Dengan kata lain, jemaat masih dalam pemuridan awal. Saat ini setelah Jemaat Yerusalem dahulu, tidak ada lagi Gereja Rasuliah yang memiliki rantai kepemimpinan Uskup berdarah Yahudi. Semua Gereja Kristen dewasa ini adalah jemaat berbagai bangsa. Cikal-bakal Gereja Rasuli atau jemaat yang memiliki Tahta Apostolik dimulai pada abad 1. Saat Petrus membaptis perwira Romawi Kornelius, peristiwa ini secara tradisional dianggap sebagai tonggak awal penginjilan bangsa-bangsa sebab dia bukanlah orang Yahudi.[116]

Sesuai dengan Amanat Agung Yesus untuk memberitakan injil, maka dari penginjilan Para Rasul menghasilkan pusat-pusat kekristenan pada abad 1 yang di kemudian hari melahirkan Gereja-gereja Perdana. Kisah Para Rasul 11:19 mencatat penyebaran awal Jemaat karena adanya penganiayaan di Yerusalem.

Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.

Pusat-pusat Kekristenan sebelum masa Pentarki ini adalah:

Antiokhia

Antiokhia adalah sebuah kota Yunani kuno di sisi timur Sungai Orontes.[117] Kota ini adalah pusat kekristenan abad 1 setelah Yerusalem. Di sanalah kata "Kristen" itu pada awalnya muncul.

Kisah Para Rasul 11:26 TB LAI: "Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen."

Paulus setelah pergi ke Yerusalem setelah bertobat dan menyingkir ke Tanah Arab selama 3 tahun,[118] dia sempat pergi ke Tarsus kemudian dibawa Barnabas ke Antiokia.[119] Di Antiokhialah Paulus itu ditahbiskan oleh Uskup dan Penatua di sana.

Kisah Para Rasul 13:1-3 TB LAI: "Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka."Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi."

Seperti yang terjadi di Yerusalem, di Antiokhia juga sudah ada prosesi "meletakkan tangan", itu artinya di kota ini juga sudah ada organisasi keimamatan. Dari pentahbisan di sinilah Paulus memulai karier pelayanannya untuk menginjil ke daerah-daerah non Yahudi. Menurut Eusebius, ada banyak orang Yunani menjadi percaya di Antiokhia ini.[120] Inilah cikal bakal Gereja Ortodoks Syria yang berdiri sampai saat ini. Tahta Apostolik Jemaat Syria ini pertama dipegang oleh Uskup Petrus yg berdarah Yahudi (th. 34M),[121] Uskup berikutnya adalah Evodius,[122] kemudian Ignatius Sang Martir [123] dan seterusnya. Kemungkinan penerus Tahta Petrus adalah non Yahudi semua.

Roma

Surat Roma yang ditulis oleh Paulus sekitar thn.57 M,[124] di saat Paulus belum pernah ke sana, menyatakan bahwa sudah ada komunitas Kristen di kota ini. Di dalam Tradisi Gereja Roma, mereka meyakini bahwa Rasul Petrus adalah Uskup pertama di sana.[125] Kehadiran Petrus di sana sangat diragukan banyak pihak. Banyak yang berpikir, dia tidak pernah ke sana.[126] Uskup berikutnya setelah Petrus diyakini pihak Katolik sendiri adalah Linus, kemudian Clementinus[127] dan seterusnya.

Penganiayaan jemaat Kristen

Abad 1 adalah masa kelahiran Kekristenan, dan juga merupakan masa-masa sulit yang harus dilalui karena penganiayaan terjadi terhadap jemaat Yesus. Penganiayaan tersebut datang dari pihak Yahudi, dan juga dari pihak Romawi.

Catatan

Referensi

Bacaan tambahan

Pranala luar

Wikiwand in your browser!

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.

Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.