Sejarah temuan ilmiah perubahan iklim
From Wikipedia, the free encyclopedia
Theophrastus adalah murid dari Aristoteles yang berasal dari Yunani, dianggap sebagai tokoh yang pertama kali menemukan siklus perubahan iklim.[1] Hal ini diakui oleh American Institute of Physics. Theophrastus melakukan penelitian yang menghasilkan spekulasi bahwa tanah rawa yang dikeringkan menyebabkan tanah yang lainnya mengalami dampak. Pendapat lainnya yaitu, hutan yang gundul mengakibatkan suhu bumi naik. Hal ini mengakibatkan tutupan awan di suatu daerah, serta menyebabkan curah hujan menurun dan suhu bumi meningkat.[1] Setelah tiga dekade berlalu dari hasil penelitian Theophrastus, masuklah pada suatu zona yang dinamakan era industri. Pada saat itu Svante Arrhenius mengemukakan bahwa hasil dari pembakaran batu bara mengakibatkan peningkatan jumlah karbon dioksida di udara.[2] Pada tahun 1957, Charles Keeling seorang ilmuwan dari Amerika Serikat memulai penelitiannya mengenai jumlah konsentrasi karbon dioksida yang ada di atmosfer bumi.[2] Pada tahun 1997, istilah global warming atau pemanasan global mulai dipopulerkan oleh Wallace Smith Broecker.[3] Ia berpendapat, bahwa hasil dari pembakaran fosil, dapat menghancurkan bumi secara perlahan.[3]