Kota Salatiga (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦯꦭꦠꦶꦒ, Pegon: سالاتيڬا pengucapan bahasa Jawa: [sɔlɔˈt̪igɔ]) adalah kota di provinsi Jawa Tengah, Indonesia, yang menjadi enklave dari Kabupaten Semarang. Kota Salatiga terletak 49 kilometer di sebelah Selatan Kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah Utara Kota Surakarta, serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara Kabupaten Semarang dengan kota Surakarta. Jumlah penduduk kota Salatiga hingga akhir tahun 2021 berjumlah 193.525 jiwa.[1]
Kota Salatiga | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Hanacaraka | ꦯꦭꦠꦶꦒ |
• Pegon | سالاتيڬا |
• Alfabet Jawa | sɔlɔˈt̪igɔ |
Etimologi: Tri-Sala (Siddhadewi) | |
Motto: 𑼯𑽂𑼬𑼷𑼬𑼱𑽂𑼡𑼸𑼱𑽂𑼮𑼱𑽂𑼡𑼶𑼦𑽂𑼬𑼙𑼴𑼩𑽂𑼫꧇ Śrīr-astu svasti prajābhyaḥ (Sanskerta) Semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian![a] | |
Koordinat: 7.3389°S 110.5022°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Dasar hukum | UU No. 13/1950 |
Hari jadi | 24 Juli 750 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Wali Kota | Yasip Khasani (Pj.) |
• Wakil Wali Kota | lowong |
• Sekretaris Daerah | Wuri Pujiastuti |
Luas | |
• Total | 54,98 km2 (21,23 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 193.525 |
• Kepadatan | 3.520/km2 (9,100/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | |
• IPM | 84,35 (2022) Sangat Tinggi[3] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 298 |
Pelat kendaraan | H xxxx **B/*K/*T/*O |
Kode Kemendagri | 33.73 |
DAU | Rp 475.828.296.000,- (2020) |
Semboyan daerah | Hati Beriman (Sehat, Tertib, Bersih, Indah, dan Aman) |
Flora resmi | Rejasa |
Fauna resmi | Anis merah |
Situs web | www.salatiga.go.id |
|
Sejarah
Prasasti Plumpungan
Pada masa Hindu-Buddha, Salatiga telah menjadi daerah istimewa sebagaimana tertera dalam prasasti Plumpungan atau prasasti Hampra. Prasasti yang berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi ini ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta. Menurut Soekarto Kartoatmadja, candrasengkala dalam prasasti Plumpungan menunjuk hari Jumat (Suk) rawâra tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal tersebut merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah perdikan. Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.[4]
Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum tentang suatu tanah perdikan atau swatantra bagi Desa Hampra di wilayah Trigramyama yang diberikan Raja Bhanu untuk kesejahteraan rakyatnya. Tanah perdikan dikenal pula dengan sebutan sima. Tanah ini biasanya akan diberikan oleh para raja kepada daerah tertentu yang benar-benar berjasa kepada kerajaan atau secara sukarela mendirikan bangunan suci keagamaan. Daerah tersebut selanjutnya menjadi daerah otonom yang dibebaskan dari pajak. Daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga saat ini. Untuk mengabadikan peristiwa itulah, Raja Bhanu menulis dalam prasasti Plumpungan kalimat: "Śrīr-astu svasti prajābhyaḥ", yang berarti, “Semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian!"
Melalui prasasti Plumpungan dapat diperkirakan bahwa daerah Salatiga dahulu berada di bawah otoritas Kerajaan Mataram Kuno. Di sisi lain, Raja Bhanu yang disebutkan dalam prasasti Plumpungan belum dapat diketahui hubungannya dengan Kerajaan Mataram Kuno, tetapi para peneliti menyatakan bahwa seseorang yang mendirikan bangunan suci merupakan seorang bangsawan. Informasi lain yang disampaikan melalui prasasti Plumpungan menunjukkan adanya komunitas Buddha di Salatiga. Lebih dari itu, masyarakat Salatiga juga telah mengenal organisasi kemasyarakatan dalam bentuk kerajaan, meskipun wilayah Salatiga bukan merupakan pusat kerajaan.
Arkeolog Indonesia, Poerbatjaraka, mengatakan bahwa kata "Salatiga" diperkirakan berasal dari perkembangan nama dewi yang disebutkan dalam prasasti Plumpungan, yaitu Siddhadewi. Siddhadewi dikenal dengan nama Dewi Trisala. Nama Trisala kemudian dilestarikan di tempat dewi ini dipuja. Lokasi tersebut dinamakan Tri-Sala, yang berdasarkan kaidah hukum bahasa bisa berbalik menjadi Sala-tri atau Salatiga.[5]
Masa Hindia Belanda
Salatiga pada masa kolonial tercatat sebagai tempat ditandatanganinya perjanjian antara Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said (kelak menjadi K.G.P.A.A. Mangkunegara I) di satu pihak dan Kasunanan Surakarta dan VOC di pihak lain. Perjanjian ini menjadi dasar hukum berdirinya Kadipaten Mangkunegaran. Pada zaman penjajahan Belanda telah cukup jelas batas dan status Kota Salatiga, berdasarkan Staatsblad 1917 No. 266 mulai 1 Juli 1917 didirikan Stadsgemeente Salatiga yang daerahnya terdiri dari 8 desa.[6] Dikarenakan dukungan faktor geografis, udara sejuk dan letak yang sangat strategis, serta bangunan berarsitektur Indis yang mewah,[7] Kota Salatiga cukup dikenal keindahannya pada masa penjajahan Belanda, bahkan sempat memperoleh julukan De Schoonste Stad van Midden-Java (Kota Terindah di Jawa Tengah).[8]
Letak geografis
Wilayah Salatiga menempati letak posisi yang sangat strategis karena berada pada persilangan jalan raya dari enam jurusan, yaitu Semarang, Bringin, Sragen, Surakarta, Magelang, dan Ambarawa. Pada saat ini, Salatiga terdiri atas empat kecamatan (Argomulyo, Sidomukti, Sidorejo, dan Tingkir) dan 23 kelurahan (Blotongan, Bugel, Cebongan, Dukuh, Gendongan, Kalibening, Kalicacing, Kauman Kidul, Kecandran, Kumpulrejo, Kutowinangun Kidul, Kutowinangun Lor, Ledok, Mangunsari, Noborejo, Pulutan, Randuacir, Salatiga, Sidorejo Kidul, Sidorejo Lor, Tegalrejo, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah).
Adapun batas-batas wilayah Salatiga adalah sebagai berikut.[9]
Utara | Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo dan Desa Watu Agung). |
Timur | Kecamatan Pabelan (Desa Glawan, Desa Sukoharjo, dan Desa Ujung-Ujung) dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Nyamat, dan Desa Tegalwaton). |
Selatan | Kecamatan Getasan (Desa Jetak, Desa Samirono, dan Desa Sumogawe) dan Kecamatan Tengaran (Desa Karang Duren dan Desa Patemon). |
Barat | Kecamatan Getasan (Desa Polobogo) dan Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Gedangan, Desa Jombor, dan Desa Sraten). |
Keadaan alam
Wilayah Salatiga terletak pada ketinggian antara 450-825 meter di atas permukaan air laut. Secara morfologi, Salatiga berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil, yaitu Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, Gunung Payung, dan Gunung Rong. Morfologi pegunungan menyebabkan Salatiga beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata antara 230-240 C. Adanya kombinasi lereng dan kaki gunung tersebut juga menyebabkan Salatiga terletak pada dataran yang miring ke barat dengan tingkat kemiringannya berkisar antara 50-100, sehingga dapat dikatakan bahwa Salatiga merupakan dataran sekaligus lereng gunung dan pegunungan.
Secara terperinci, topografi atau bentuk permukaan tanah Salatiga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
- Daerah topografi bergelombang dengan persentase + 65%, yaitu Kelurahan Bugel, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kelurahan Ledok, Kelurahan Salatiga, dan Kelurahan Sidorejo Lor.
- Daerah topografi miring dengan persentase + 25%, yaitu Kelurahan Cebongan, Kelurahan Gendongan, Kelurahan Kecandran, Kelurahan Mangunsari, Kelurahan Pulutan, Kelurahan Randuacir, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Tingkir Lor, dan Kelurahan Tingkir Tengah.
- Daerah topografi datar dengan persentase + 10%, yaitu Kelurahan Blotongan, Kelurahan Kalibening, Kelurahan Kalicacing, dan Kelurahan Noborejo.[9]
Jenis tanah di Salatiga sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tanah latosol cokelat dan tanah cokelat tua. Tanah latosol cokelat sangat baik untuk tanaman padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan dengan produktivitas sedang hingga tinggi, sedangkan tanah latosol cokelat tua cocok untuk tanaman hortikultura seperti kopi, teh, dan pisang yang banyak dijumpai di bagian utara Salatiga.
Faktor pendukung lain yang turut memengaruhi kesuburan tanah di Salatiga adalah konsenterasi air. Salatiga memiliki tiga sumber mata air yang letaknya berdekatan, yaitu Kalitaman, Benoyo, dan Kalisumbo. Air dari ketiga sumber tersebut memiliki debit yang cukup besar untuk keperluan sehari-hari. Khusus untuk sumber mata air Kalitaman dipakai sebagai kolam renang sejak zaman gemeente dan sampai saat ini menjadi kolam renang bertaraf nasional di Jawa Tengah. Selain ketiga sumber mata air tersebut, masih ada beberapa sumber mata air lagi di Salatiga, yaitu Belik Kalioso, Senjoyo, dan Muncul, sehingga tidak aneh apabila beberapa nama di wilayah ini menggunakan kata-kata yang menunjukkan sumber mata air tersebut, yaitu Dukuh Kalitaman, Kalisumba, Kalioso, Kalibodri, Kalimangkal, dan Kalicacup.
Pemerintahan
Masa Hindia Belanda
Pada tahun 1895 Salatiga digabung dengan Kabupaten Semarang berdasarkan Staatsblad No. 35 tanggal 13 Februari 1895. Menjelang akhir 1901 Salatiga sebagai afdeling kontrol dihapuskan dan digabungkan dengan Ambarawa. Berselang dua tahun kemudian, Salatiga secara resmi dipimpin oleh asisten residen. Afdeling Salatiga dibagi menjadi dua afdeling kontrol, yaitu Salatiga dan Ambarawa. Salatiga membawahi Distrik Salatiga dan Distrik Tengaran, sedangkan Ambarawa membawahi Distrik Ambarawa dan Distrik Ungaran.[10]
Pada perkembangannya, Salatiga beralih status menjadi stadsgameente setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 25 Juni 1917 No. 1 yang dimuat dalan Staatsblad No. 226 tahun 1917. Status staadsgementee meningkat menjadi gemeente pada tahun 1926. Adapun daerah yang dapat ditetapkan sebagai daerah otonom adalah kota yang mempunyai sifat kebaratan, banyak penduduk Eropa dan di sekitarnya harus ada perkebunan.[10]
Peningkatan status Salatiga sebagai gameente sempat dipertanyakan karena penduduknya yang sedikit dan wilayahnya yang kecil. Meski penetepan ini bernuasna politik untuk kepentigan orang kulit putih, tetapi Salatiga sebenarnya telah memenuhi syarat sebagai gameente, yaitu: penduduk, keadaan setempat dan keuangan.[10]
Dari faktor penduduk, jumlah penduduk kulit putih di Salatiga pada saat itu mencapai kurang lebih 17 persen. Hal ini sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi sebuah gameente yang menetapkan minimal penduduk kulit putih (Eropa maupun etnis lain) adalah 10 persen. Salatiga yang pada saat itu masih dipenuhi perkebunan-perkebunan menjadi pertimbangan peningkatan status menjadi gameente. Hal ini terkait dengan kedaadan setempat yang dapat menunjang perkembangan gameente nantinya. Faktor keuangan terutama berkaitan dengan perpajakan, Salatiga dianggap sudah bisa memenuhinya.[10]
Masa Republik Indonesia
Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga adalah bekas stadsgemeente yang dibentuk berdasarkan Staatsblad 1929 No. 393 yang kemudian dicabut dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kecil Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Daftar Wali Kota
No. | Potret | Nama | Mulai Menjabat | Selesai Menjabat | Prd. | Wakil Wali Kota | Ket. |
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | R. Patah | 1 Juni 1950 | 2 Juni 1950 | 1 | Tidak Ada | [11][ket. 1] | |
— | M.S. Handjojo (Penjabat) | 1950 | 1950 | ||||
2 | Mas Soedijono | 1950 | 1957 | 2 | |||
3 | Soewandi Martosoewojo | 1957 | 1961 | 3 | |||
4 | Bakri Wahab | 1961 | 1966 | 4 | |||
5 | Letkol. S. Soegiman |
1966 | 1976 | 5 | |||
6 | |||||||
6 | Kol. Pol. S. Ragil Pudjiono |
1976 | 1981 | 7 | |||
7 | Djoko Santoso, B.A. |
1981 | 1986 | 8 | |||
8 | Doelrachman Prawiro Soediro | 1986 | 1991 | 9 | |||
9 | Drs. Indra Suparno |
1991 | 1996 | 10 | |||
10 | Drs. Soewarso |
1996 | 2001 | 11 | |||
11 | H. Totok Mintarto |
11 Juli 2001 | 9 Februari 2007 | 12 | John Manuel Manoppo, S.H. |
||
12 | John Manuel Manoppo, S.H. |
2007 | 2011 | 13 | Diah Sunarsasi | ||
13 | H. Yuliyanto, S.E., M.M. |
11 Juli 2011 | 11 Juli 2016 | 14 | Muhammad Haris | ||
— | Drs. Agus Rudianto, M.M. (Penjabat) |
11 Juli 2016 | 22 September 2016 | — | — | ||
— | Drs. Achmad Rofai, M.Si (Penjabat) |
22 September 2016 | 22 Mei 2017 | ||||
(13) | H. Yuliyanto, S.E., M.M. |
22 Mei 2017 | 22 Mei 2022 | 15 | Muhammad Haris | ||
— | Drs. Sinoeng Noegroho Rachmadi, M.M. (Penjabat) |
22 Mei 2022 | 13 Desember 2023 | ||||
— | Yasip Khasani, S.I.P., M.M. (Penjabat) |
13 Desember 2023 | Petahana |
- Keterangan
- Wafat saat menjabat
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Salatiga dalam empat periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||||
---|---|---|---|---|---|
2009–2014[12] | 2014–2019[13] | 2019–2024[14] | 2024–2029 | ||
PKB | 0 | 2 | 4 | 5 | |
Gerindra | (baru) 0 | 4 | 4 | 4 | |
PDI-P | 4 | 8 | 8 | 8 | |
Golkar | 4 | 2 | 1 | 0 | |
NasDem | (baru) 1 | 1 | 1 | ||
PKS | 4 | 4 | 4 | 4 | |
PAN | 2 | 0 | 0 | 0 | |
Demokrat | 4 | 3 | 3 | 3 | |
PPP | 1 | 1 | 0 | 0 | |
PKPI | 3 | 0 | 0 | ||
PIS | (baru) 2 | ||||
PPRN | (baru) 1 | ||||
Jumlah Anggota | 25 | 25 | 25 | 25 | |
Jumlah Partai | 9 | 8 | 7 | 6 |
Kecamatan
Kota Salatiga memiliki 4 kecamatan dan 23 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan sebesar 186.859 jiwa dan luas wilayah 57,36 km² dengan kepadatan 3.257 jiwa/km².[15][16] Sebelum tahun 1992, Salatiga dibagi menjadi satu kecamatan, Kecamatan Salatiga. Menurut Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1992, 13 desa di Kabupaten Semarang dipindahkan ke Salatiga, dan Kecamatan Salatiga dilebur, sehingga sekarang terdapat empat kecamatan.[17]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Salatiga, adalah sebagai berikut:[18]
Kode Kemendagri | Kecamatan | Luas (km²) | Populasi (2015) | Kepadatan (2015) | Kodepos[19] | Jumlah Kelurahan | Daftar Kelurahan |
---|---|---|---|---|---|---|---|
33.73.03 | Argomulyo | 18,526 | 43.424 | 2.344 | 50731-50736 | 6 | |
33.73.01 | Sidorejo | 16,247 | 55.632 | 3.424 | 50711-50716 | 6 | |
33.73.04 | Sidomukti | 11,459 | 41.871 | 3.654 | 50721-50724 | 4 | |
33.73.02 | Tingkir | 10,549 | 42.888 | 4.066 | 50741-50746 | 7 | |
TOTAL | 56,781 | 183.815 | 3.237 | 23 |
Demografi
Pada 2015, Salatiga memiliki populasi sebesar 183.815, dengan 89.928 laki-laki dan 93.887 perempuan. Dan hingga akhir tahun 2021, berjumlah 193.525 jiwa.[1]
Agama
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, mayoritas masyarakat Salatiga menganut agama Islam yakni 79,46%. Kemudian penduduk yang menganut agama Kekristenan memiliki jumlah yang signifikan yakni sebanyak 20,14%, yang mana Kristen Protestan sebanyak 15,53% dan selebihnya Katolik sebanyak 4,61%. Agama lain yakni Buddha sebanyak 0,35% yang umumnya adalah keturunan Tionghoa, Hindu sebanyak 0,04% dan Konghucu serta aliran kepercayaan) sebanyak 0,01%.[2][23] Salatiga terkenal akan toleransi agamanya dan merupakan salah satu dari sedikit kota di Jawa untuk mengadakan perayaan dan festival Natal di luar ruangan.
Beberapa tempat ibadah di Salatiga, yaitu:
- Gereja Katolik Kristus Raja Semesta Alam Tegalrejo Salatiga.[24]
- Gereja Katolik Santo Paulus Miki.[25]
- Gereja Kristen Indonesia Salatiga.[26]
- Gereja Kristen Jawa Salatiga.[27]
- Gereja Kristen Jawa Salib Putih.[28]
- Gereja Kristen Jawa Sidomukti Salatiga.[29]
- Gereja Kristen Jawa Tengah Utara Salatiga.[30]
- Gereja Pentakosta Isa Almasih Indonesia Efata Salatiga.
- Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Tamansari Salatiga.[31]
- Gereja Yesus Sejati Salatiga.[32]
- Kelenteng Hok Tek Bio.[33]
- Masjid Besar Al-Atiiq Kauman Salatiga.[34]
- Masjid Damarjati.[35]
- Masjid Pandawa.
- Masjid Daarul Amal.
- Masjid Kelenteng Salatiga.[36]
- Pura Adya Dharma.[37]
- Vihāra Maggadhamma.[38]
- Vihāra Vajra Bumi Dharma Vidya.[39]
Ekonomi
Terdapat sebuah industri pengolahan yang berkembang, yang mencakup tekstil, produksi ban dan pemotongan hewan. Pada tahun 2000, industri ini berkontribusi 119,76 miliar rupiah terhadap ekonomi Salatiga. Salatiga terletak di persimpangan dari dan ke Semarang, Surakarta dan Yogyakarta, membawa keuntungan terhadap sektor perdagangannya. Pada 2000, sektor perdagangan berkontribusi 109 miliar rupiah terhadap ekonomi Salatiga.[40]
Pendidikan
Di kota ini terdapat Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) salah satu universitas Kristen swasta ternama di Indonesia. Selain itu terdapat pula UIN Salatiga (Universitas Islam Negeri Salatiga) sebagai satu-satunya perguruan tinggi Islam negeri di Kota Salatiga yang berdiri berkat dukungan berbagai pihak terutama para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Kemudian ada Institut Roncali, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, Amika, Akbid ArRum, Akbid Bhakti Nusantara, sekolah perhotelan Wahid Hospitality School, sekolah berkuda Arrowhead, dan STIBA Satya Wacana.
Sekolah-sekolah menengah di Salatiga melalui Internet dihubungkan dalam Jaringan Pendidikan Salatiga. Adapun sekolah-sekolah menengah umum di Salatiga antara lain SMA Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 2 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, dan beberapa SMA swasta. Sedangkan untuk sekolah kejuruan ada SMK Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 2 Salatiga, SMK Negeri 3 Salatiga dan beberapa SMK swasta dan sekolah internasional.
Di Salatiga ada 10 SMP Negeri, 1 MTs Negeri Salatiga dan beberapa SMP swasta seperti SMP Muhammadiyah, SMP Islam Al Azhar 18, SMP Stella Matutina, SMP Kristen 1, SMP Kristen 2, dan SMP Laboratorium Satya Wacana, SMP Raden Paku Blotongan, SMP Islam Sudirman, SMP Darma Lestari, SMP IT Nidaul Hikmah, SMP Muhammadiyah Plus dll. Adapun beberapa SD Negeri yang tersebar di banyak daerah dan juga swasta yang banyak terpusat diperkotaan dan mulai merambah ke daerah pinggiran.
Pendidikan non formal juga telah berdiri, yaitu Sekolah "Baking" yang dipelopori oleh Perusahaan Terigu Bogasari, yaitu Bogasari Baking Center (BBC) di dekat kampus Universitas Kristen Satya Wacana (Cungkup-Sayangan, Kec.Sidorejo)
Sebagai Kota Pendidikan, Salatiga juga memiliki Perpustakaan Umum Kota Salatiga sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat yang menyediaan sumber informasi dan pengetahuan bagi setiap orang, khususnya bagi warga Salatiga.[41]
Transportasi
Salatiga tidak memiliki stasiun kereta api maupun bandara, tetapi masyarakat dapat mengakses wilayah ini dengan menggunakan bus melalui kelima daerah tersebut.[42]
Bus Antar Kota
Salatiga memiliki tiga terminal, yaitu Terminal Tingkir yang melayani tujuan AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) dan AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya; Terminal Tamansari yang melayani tujuan dalam kota; serta Terminal Rejosari yang melayani tujuan dalam kota dan wilayah sekitar Magelang (Getasan, Kopeng, dan Ngablak).
Angkutan Massal
Untuk transportasi massal, Salatiga memiliki angkutan kota, bus kota ESTO, Sawojajar, Konco Narimo, Tunas Mulya, Safari dan armada taksi Galaksi Taksi dan Matra Taksi dengan tujuan beberapa daerah di sekitar kota Salatiga. Salatiga juga sudah memiliki transportasi berbasis online yaitu GO-JEK dan Grab serta transportasi tradisional seperti andong dan becak.
Jalan Lingkar Kota
Salatiga memiliki Jalan Lingkar Selatan Salatiga yang beroperasi tahun 2011 dengan total panjang 14 km yang membentang dari Blotongan hingga Cebongan Salatiga.
Jalan Tol
Salatiga juga dilintasi oleh Jalan Tol Semarang-Surakarta seksi 3 yaitu Jalan Tol Bawen-Salatiga sepanjang 17,6 kilometer yang disebut sebagai Panoramic Toll Road karena keindahan pemandangan alam sepanjang perjalanan. Jalan Tol Semarang–Surakarta ini melewati daerah utara dan timur kota Salatiga yang akan memiliki dua Gerbang Tol yaitu Gerbang Tol Salatiga di Tingkir, Salatiga yang telah dibuka serta Gerbang Tol Pattimura yang akan dibangun pada 2018 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Kemen PUPR) berlokasi di Kauman Kidul, Sidorejo, Salatiga yang akan langsung mengakses dalam pusat kota dimana proyek ini akan menelan investasi sekitar 70 miliar.[43] Secara umum, tujuannya adalah agar akses dapat ditempuh lebih cepat dari Kota Semarang, Kota Surakarta, maupun Jogja. Jalan tol ini telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 25 September 2017, dan tepat pada hari itu, Jalan Tol sudah mulai bisa difungsikan.[44] kemudian jalan menuju akses Exit Tol atau dari Terminal Tingkir akan dilebarkan yang semula memiliki lebar hanya 6 meter menjadi 11 meter[45] meskipun perencanaan Pemkot pada 2015 adalah jalan Suruh-Tingkir ini akan dilebarkan menjadi 21 meter dan panjang 2 kilometer sesuai standar jalan nasional dengan estimasi biaya anggaran sebesar 26 miliar.[46]
Objek wisata
Beberapa objek wisata alam dan keluarga di Salatiga, yaitu:
- Alun-Alun Pancasila Salatiga.[47]
- Atlantic Dreamland Salatiga.[48]
- Balai Reservoir Wisata Pengetahuan Penyakit Duver.[49]
- Desa Wisata Tingkir Lor.[50]
- Museum Lukisan Kandhang Galeri Raprika Angga.[51]
- Pemandian Kalitaman.[52]
- Pohon pengantin.[53]
- Selasar Kartini.[54]
- Sumber Mata Air Senjoyo.[55]
- Taman Cerdas Salatiga.[56]
- Taman Kota Salatiga.[57]
- Taman Tingkir Salatiga.[58]
- Taman Wisata Sejarah Salatiga.[59]
- Tapak Hapsari.[60]
Bangunan bersejarah
Beberapa bangunan bersejarah di Salatiga, yaitu:
- Apotheek Van der Heide.
- Gedung Dekranasda Salatiga.[61]
- Gedung Manege.[62]
- Gedung Pakuwon.[63]
- Istana Djoen Eng.[64]
- Kantor Pos Salatiga.[65]
- Prasasti Plumpungan.[66]
- Rumah Dinas Wali Kota Salatiga.[67]
- Rumah Tinggal Hasmo Sugijarto.[68]
- Rumah Tinggal Notosoegondo.[68]
- Tugu Batas Perjalanan 30 Pal Salatiga–Semarang.
- Tugu Jam Tamansari.[69]
- Wisma BCA Salatiga.[70]
Kesenian
Beberapa kesenian yang berkembang di Salatiga, yaitu:
Kesehatan
Rumah sakit
№ | Kode | Nama Rumah Sakit | Jenis | Tipe | Alamat |
---|---|---|---|---|---|
1. | 3373016 | RSUD Kota Salatiga | RSUD | B | Jalan Osamaliki No.19, Sidorejo Lor, Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah 50721 |
2. | 3373042 | RS Paru dr. Ario Wirawan | RS Paru | A | Jalan Hasanudin No.806, Mangunsari, Sidomukti, Salatiga, Jawa Tengah 50721 |
3. | 3373092 | RSIA Hermina Mutiara Bunda Salatiga | RS | C | Jalan Merak No.08, Mangunsari, Sidomukti, Salatiga, Jawa Tengah 50721 |
4. | 3373020 | RST Dr. Asmir (DKT) | RS | C | Jalan Dr. Muwardi No.50, Kutowinangun Kidul, Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah 50711 |
5. | 3373090 | RS Puri Asih Salatiga | RS | C | Jalan Jenderal Sudirman No.169, Gendongan, Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah 50743 |
6. | 3373091 | RS Sejahtera Bhakti | RS | D | Jalan Magersari No.136, Tegalrejo, Argomulyo, Salatiga, Jawa Tengah 50733 |
7. | 3373086 | RS Syifaa Rohmani | RS THT | D | Jalan Osamaliki No.26A, Sidorejo Lor, Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah 50714 |
Olahraga
Klub sepak bola Salatiga adalah Persatuan Sepak Bola Indonesia Salatiga (PSISa)[75][76] dan Hati Beriman FC yang dikelola oleh manajemen klub.[77] Adapun Diklat Salatiga telah mencetak beberapa pemain tim nasional seperti Gendut Doni Christiawan.[78] Selain sepak bola, juga terdapat beberapa cabang olahraga yang berprestasi seperti pencak silat, karate dengan pembina Dragon Master serta klub-klub lainnya dan sudah sering memberi kejuaraan dan kebanggan bagi Salatiga. Banyak atlet olahraga yang mewakili kota bahkan Indonesia dalam pertandingan. Dari UKSW sendiri juga terdapat klub basket Satya Wacana LBC Angsapura yang sudah sering sekali menjuarai liga basket Indonesia.
Sarana tempat olahraga di Salatiga di antaranya:
- Stadion Kridanggo.[79]
- Tennis Indoor Kridanggo.
- Tennis Outdoor Veteran.
- Futsal Arena, The Goals, Salatiga Futsal.
- Salatiga Paintball.
- Kalijaya Fitnes.
- Power Fitnes Center.
Lihat pula
- Gemeente Salatiga
- Perjanjian Salatiga
- Prasasti Plumpungan
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
Wikiwand in your browser!
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.