![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a4/Misc_pollen.jpg/640px-Misc_pollen.jpg&w=640&q=50)
Rinitis alergi
Penyakit pada manusia / From Wikipedia, the free encyclopedia
Rinitis alergi, yang juga dikenal sebagai hay fever, adalah tipe inflamasi pada hidung yang terjadi ketika sistem imun bereaksi lebih terhadap alergen di udara.[6] Tanda dan gejala meliputi hidung tersumbat; bersin;mata kemerahan, gatal, dan berair; dan bengkak di sekitar mata.[3] Cairan dari hidung biasanya bening.[2] Gejala sering dimulai dalam beberapa menit setelah terpapar alergen dan dapat memengaruhi pola tidur, kemampuan bekerja, dan kemampuan berkonsentrasi di sekolah.[2] Gejala yang disebabkan terutama serbuk sari berkembang selama waktu tertentu dalam setahun.[1] Banyak orang dengan rinitis alergi juga mengalami asma, konjungtivitis alergi, atau dermatitis atopik.[2]
Rinitis alergi | |
---|---|
![]() | |
Serbuk sari dari berbagai tumbuhan, diperbesar 500 kali dan lebar sekitar 0.4 mm | |
Informasi umum | |
Nama lain | Hay fever, pollinosis |
Spesialisasi | Alergi dan imunologi |
Penyebab | Faktor genetik dan lingkungan[1] |
Faktor risiko | Asma, konjungtivitis alergi, dermatitis atopik[2] |
Aspek klinis | |
Gejala dan tanda | Hidung tersumbat, bersin; mata kemerahan, gatal, dan berair; pembengkakan di sekitar mata[3] |
Awal muncul | 20 hingga 40 tahun[2] |
Diagnosis | Berdasarkan gejala, tes alergi kulit, tes darah untuk antibodi spesifik[4] |
Kondisi serupa | Pilek[1] |
Tata laksana | |
Pencegahan | Paparan terhadap hewan[1] |
Pengobatan | Nasal steroid; antihistamin seperti diphenhydramine, cromolyn sodium; leukotriene receptor antagonists seperti montelukast; imunoterapi alergi[5][6] |
Prevalensi | ~20% (negara Barat)[2][7] |
Rinitis alergi dipicu terutama oleh alergen lingkungan seperti serbuk sari, rambut hewan, debu, atau jamur.[1] Genetik turunan dan paparan lingkungan berkontribusi pada perkembangan alergi.[1] Tumbuh besar di wilayah pedesaan dan memiliki banyak saudara menurunkan risiko.[2] Mekanisme pokok melibatkan antibodi IgE yang melekat pada alergen dan menyebabkan pelepasan zat-zat inflamasi seperti histamin dari mastosit.[2] Diagnosis biasanya berdasarkan riwayat medis yang dipadukan dengan tes alergi kulit atau tes darah untuk antibodi IgE spesifik alergen.[4] Namun, tes tersebut kadang memberi hasil positif palsu.[4] Gejala alergi menyerupai penderita pilek; namun, gejala tersebut sering kali berlangsung lebih dari dua pekan dan tanpa demam.[2]
Paparan pada binatang di awal dapat mengurangi risiko alergi di kemudian hari.[1] Sejumlah pengobatan dapat memperbaiki gejala misalnya steroid nasal, antihistamin seperti diphenhydramine, cromolyn sodium, dan leukotriene receptor antagonist seperti montelukast.[5] Namun, pengobatan memberi efek samping bagi kebanyakan orang.[2] Memaparkan pasien pada alergen yang lebih besar dan lebih banyak, yang dikenal sebagai imunoterapi alergen, sering kali efektif.[6] Alergen dapat diberikan sebagai injeksi bawah kulit atau sebagai tabel yang digunakan di bawah lidah.[6] Penanganan biasanya berlangsung selama tiga hingga lima tahun, setelah itu manfaatnya dapat berlangsung lama.[6]
Rinitis alergi adalah jenis alergi yang terjadi pada banyak orang. Di negara-negara Barat, sekitar 10–30% warga terjangkit pada tahun tertentu.[7] Penyakit ini kebanyakan terjadi antara umur 20-an dan 40-an.[2][7] Deskripsi akurat yang pertama datang dari tabib abad ke-10 Muhammad bin Zakariya ar-Razi.[8] Serbuk sari diidentifikasikan sebagai penyebab penyakit pada tahun 1859 oleh Charles Blackley.[9] Pada tahun 1906, mekanisme penyakit dikemukakan oleh Clemens von Pirquet.[10] Hubungan penyakit dengan jerami kira-kira muncul karena teori awal (dan tidak tepat) bahwa gejala penyakit mungkin dipicu oleh bau jerami segar.[11][12]