Prasetia Salib Kunan
From Wikipedia, the free encyclopedia
Prasetia Salib Kunan (bahasa Malayalam: കൂനൻ കുരിശ് സത്യം, Kunan Kurisu Satyam) atau Prasetia Salib Doyong, adalah prasetia yang diikrarkan beramai-ramai di Matanceri pada tanggal 3 Januari 1653 oleh umat Kristen Santo Tomas untuk tidak tunduk kepada padri-padri Yesuit, hierarki Katolik Latin, dan Padroado, baik dalam kehidupan bergereja maupun kehidupan bermasyarakat.[1][2][3] Ada bermacam-macam versi dari isi prasetia ini. Ada yang menyiratkan perlawanan terhadap bangsa Portugis, ada yang menyiratkan perlawanan terhadap padri-padri Yesuit, dan ada pula yang menyiratkan perlawanan terhadap kewibawaan Gereja Roma[4]
Bagian dari seri |
Umat Kristen Santo Tomas |
---|
Sejarah |
|
Agama |
|
Tokoh |
|
Budaya |
|
Bagian dari seri |
Kekristenan di India |
---|
Komunitas
|
Tokoh
|
Denominasi Denominasi-denominasi Kristen Santo Tomas Katolik Suryani Malabar, Katolik Suryani Malangkara, Katolik Latin Gereja Ortodoks Suryani Yakubi Malangkara, Gereja Suryani Ortodoks Malangkara
Gereja Suryani Mandiri Malabar Suryani Kasdim Suryani Mar Toma, Injili Santo Tomas Denominasi-denominasi Protestan |
Organisasi
|
Mulanya umat Kristen Santo Tomas bersatu dengan Gereja Persia, Gereja yang mengamalkan ritus liturgis Suryani Timur.[5] Bangsa Portugis mendustakan keabsahan tradisi-tradisi gerejawi umat Kristen Santo Tomas, bahkan memaksakan berbagai tata cara Gereja Latin kepada mereka.[6] Sinode Udayamperur tahun 1599, yang diketuai Aleixo de Menezes, Uskup Agung Goa dan Primat Hindia Timur yang diangkat Padroado, mengukuhkan sejumlah usaha latinisasi semacam itu. Sinode ini mewajibkan umat Kristen Santo Tomas untuk mendahulukan uskup-uskup berkebangsaan Portugis, mengubah suai liturgi, mengenakan vestimentum khas Ritus Romawi, mewajibkan selibat bagi rohaniwan Kristen Santo Tomas, dan membentuk Inkuisisi Goa dan Bombai-Basai yang menyelenggarakan kewenangan hukum gerejawi di Koci.[7][8][9][10]
Pada tahun 1653, sesudah setengah abad lamanya diatur-atur Gereja Latin, mayoritas umat Kristen Santo Tomas akhirnya menolak padri-padri Yesuit Padroado dan berprasetia di Matanceri, mengikrarkan tekad mereka untuk membebaskan diri dari usaha latinisasi maupun penjajahan bangsa Portugis. Mereka mendapuk Toma I menjadi diakon agung sekaligus pemimpin komunitas mereka, dan memutuskan untuk kembali membina persekutuan dengan Gereja-Gereja Timur.[11][2][12]