Playboy Indonesia
From Wikipedia, the free encyclopedia
Playboy Indonesia adalah edisi majalah Playboy dalam bahasa Indonesia. Edisi perdananya terbit pada bulan 7 April 2006 dan ditutup pada Maret 2007. [1]
![]() Playboy Indonesia edisi perdana dengan model sampul Andhara Early. | |
Mantan Pemimpin Redaksi | Erwin Arnada |
---|---|
Kategori | Majalah pria dewasa |
Frekuensi | Bulanan |
Penerbit | PT Velvet Silver Media |
Pendiri | Erwin Arnada |
Terbitan pertama | April 2006 |
Terbitan terakhir Angka | Maret 2007 11 |
Negara | ![]() |
Berpusat di | Jakarta Bali (sejak edisi ke-2) |
Bahasa | Indonesia |
Pengelola Playboy Indonesia adalah[2][3] Erwin Arnada, Pemimpin Redaksi; Ponti Corolus, Penerbit/Direktur PT Velvet Silver Media; dan Stephen Walangitang, Penerbit/Direktur PT Velvet Silver Media
Pada edisi perdananya, Playboy Indonesia memuat wawancara panjang dengan sastrawan Pramoedya Ananta Toer dalam rubrik Playboy Interview.[4] Artikel ini merupakan wawancara terakhir yang dilakukan media massa dengan Pram yang meninggal dunia pada 30 April 2006, sekitar tiga pekan setelah wawancaranya diterbitkan oleh Playboy.
Pembelian izin (lisensi) penerbitan Playboy Indonesia dikabarkan mencapai 3 miliar rupiah. Model sampul Playboy edisi perdana adalah Andhara Early dan Playmate pertama Kartika Oktaviani Gunawan. Menurut pemimpin redaksi Playboy Indonesia, majalah Playboy Indonesia berbeda dari pendahulunya di mana isinya 70 persen adalah isi lokal.
Banyak ormas Islam dan perkumpulan masyarakat yang tidak setuju seperti KAPMI (Kesatuan Aksi Pemudi Muslim Indonesia),[5] MAPPI (Masyarakat Anti Pembajakan dan Pornografi Indonesia)[6] yang menentang penerbitan majalah Playboy dan mendukung RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi disahkan. Koordinator Penyelidikan Ormas Islam FPI, Habib Alwi Usman, berkeras bahwa Majalah Playboy harus ditarik dari peredaran karena dalam bahasa betawi Playboy adalah bandot yang arti katanya berarti "lelaki yang merusak wanita dan anak-anak.[7] Beberapa minggu setelah penerbitannya, terkait dengan demonstrasi yang mengarah kepada perusakan, polisi memanggil Erwin Arnada. Setelah melalui pemeriksaan selama 6 jam, Erwin menyatakan penerbitan Playboy edisi kedua ditangguhkan. Pihak kepolisian sendiri berkata bahwa pernyataan ini berhubungan dengan masalah keamanan staf dan personel yang bekerja untuk majalah Playboy, menimbang ancaman dan perusakan yang terjadi. Polisi juga masih menyelidiki tuduhan yang dilayangkan oleh pihak yang anti, apakah majalah Playboy benar benar melanggar undang undang kesusilaan, pasal 282 KUHP, yang berlaku. Setelah pernyataan ini, situs lelang ebay asal Amerika Serikat mencatat penawaran untuk membeli Playboy Indonesia edisi pertama mencapai US$101 padahal harga eceran majalah ini hanya Rp. 39,000,- untuk daerah Jawa dan sekitarnya.
Setelah tidak terbit untuk edisi Mei 2006 akibat kontroversi dan ancaman yang merebak, Playboy Indonesia kembali terbit pada 7 Juni 2006. Kantor Playboy Indonesia pun pindah ke Bali setelah kantor di Jakarta beberapa kali dirusak oleh FPI dan ormas-ormas lain yang menolak kehadiran Playboy di Indonesia. Playboy edisi Juni 2006 tidak memiliki satu pun iklan di dalamnya, namun pada setiap halaman yang seharusnya diisi iklan tertuliskan "Halaman ini didedikasikan untuk klien-klien loyal kami yang menerima ancaman karena memasang iklan di majalah kami." Dan kemudian tertuliskan jenis iklan yang seharusnya tampil di halaman tersebut. (misalnya produk rokok, produk telepon genggam, dst.)