Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi dasar murni psikologis seseorang dalam melihat dunia dan membuat keputusan.[1] Psikotes ini berisi pertanyaan tentang bagaimana perasaan atau tindakan yang biasanya dirasakan atau dilakukan dalam situasi tertentu.[2] Tes ini memberikan nilai biner 4 kategori: introversi atau ekstraversi (introversion/extraversion), penginderaan atau intuisi (sensing/intuition), pemikiran atau perasaan (thinking/feeling), dan menghakimi atau mengamati (judging/perceiving). Satu huruf dari setiap kategori digabungkan untuk memberikan hasil tes 4-huruf yang mewakili satu dari 16 jenis, seperti "INFP" atau "ESTJ".[3][4]
MBTI dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan Isabel Briggs Myers pada 1940, yang terinspirasi oleh buku Jenis Psikologis oleh psikolog Swiss Carl Jung.[5][4] Isabel Myers tertarik pada konsep introversi dan ia menganggap dirinya sebagai "INFP". Namun, mereka merasa bahwa bukunya terlalu kompleks untuk masyarakat umum, dan oleh karena itu ia mencoba menata fungsi kognitif Jung untuk membuatnya lebih bisa diakses.[6]
Tes ini bergantung pada efek Barnum, sanjungan, dan bias konfirmasi, yang memicu peserta untuk mengidentifikasi diri dengan deskripsi yang agak diinginkan, tidak jelas, dan dapat diterapkan secara luas.[7] Sebagai indikator psikometrik, ada konflik mengenai validitas dan keandalan tesnya,[8][9][10][11] sementara tesnya ternyata mengukur kategori yang seharusnya dikotom yang tidak independen dan tidak komprehensif.[12][13][14][15] Sebagian besar studi yang mendukung validitas MBTI diproduksi oleh Center for Applications of Psychological Type, sebuah organisasi yang dijalankan oleh Yayasan Myers–Briggs, dan dipublikasikan dalam jurnal miliknya, Journal of Psychological Type (JPT), yang mengangkat pertanyaan independensi, bias, dan konflik kepentingan.[16] Hal ini menyebabkan sebagian peneliti mencapnya sebagai ilmu semu.[20]
Walaupun ada kontroversi mengenai validitasnya, MBTI merupakan instrumen yang paling banyak digunakan[5] dan memiliki pengaruh luas sejak diadopsi oleh Educational Testing Service di Amerika Serikat pada 1962. Telah diperkirakan bahwa 50 juta orang telah melewati tes MBTI dan 10.000 bisnis, 2.500 kampus dan universitas, dan 200 badan pemerintah di Amerika Serikat menggunakan MBTI.[21]
MBTI dikembangkan oleh Katherine Cook Briggs dan puterinya, Isabel Briggs Myers sejak Perang Dunia II (1939-1945). Mereka percaya bahwa pengetahuan akan kepribadian dapat membantu perempuan yang akan memasuki dunia kerja di bidang industri. Setelah mengalami pengembangan, akhirnya Tes MBTI ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962.
MBTI didasarkan dari teori tipologi yang diusulkan oleh Carl Gustav Jung dalam bukunya berjudul "Psychological Type" yang diterbitkan pada tahun 1921. Dalam bukunya, Jung berteori bahwa ada empat fungsi psikologis utama yang digunakan manusia dalam menjalani kehidupan, yaitu: sensasi (sensation), intuisi (intuition), perasaan (feeling), dan pemikiran (thinking).
Briggs memulai penelitian dia mengenai kepribadian pada 1917. Setelah bertemu dengan calon menantu dia, ia mengamati perbedaan menonjol antara kepribadian calon menantunya dan anggota keluarga lain. Briggs memulai proyek yang melibatkan membaca biografi dan kemudian mengembangkan tipologi dimana ia mengusulkan 4 perangai: meditatif (atau penuh pertimbangan), spontan, eksekutif, dan sosial.[22][23]
Setelah penerbitan terjemahan Inggris buku Carl Jung Jenis Psikologi (pertama diterbitkan dalam bahasa Jerman sebagai Psychologische Typen pada 1921), Briggs mengakui bahwa teori Jung menyerupai, tetapi jauh melampaui, teori dia.[24] 4 jenis Briggs nantinya diidentifikasi sebagai jenis yang sesuai dengan IXXX (Introvert: "meditatif"), EXXP (Ekstrovert & Pencari: "spontan"), EXTJ (Ekstrovert, Pemikir & Penghakim: "eksekutif"), dan EXFJ (Ekstrovert, Perasa & Penghakim: "sosial").[i][22][23] Penerbitan pertama dia adalah dua artikel yang menggambarkan teori Jung, di The New Republic, "Meet Yourself Using the Personality Paint Box" (1926)[25] dan "Up From Barbarism" (1926).[26] Setelah meneliti karya Jung secara menyeluruh, Briggs dan anak perempuan dia memperluas ketertarikan mereka terhadap perilaku manusia menjadi upaya untuk membuat teori jenis psikologis dapat digunakan dalam dunia nyata.[4][22]
Walaupun Myers lulus dari Swarthmore College di bidang ilmu politik pada 1919,[27] Myers dan Briggs tidak mendapatkan pendidikan formal keahlian psikologi, dan keduanya belajar bidang uji psikometri secara otodidak.[28] Karena itu, Myers magang pada Edward N. Hay (1891–1958), kepala personalia sebuah bank besar di Philadelphia. Dari Hay, Myers mempelajari metode tes konstruksi, penilaian, validasi, dan statistik secara dasar.[29]
Briggs dan Myers mulai membuat indikator mereka selama Perang Dunia II (1939–1945)[4] dengan keyakinan bahwa pengetahuan preferensi kepribadian akan membantu wanita yang memasuki tenaga kerja industri untuk pertama kalinya untuk mengidentifikasi pekerjaan masa perang yang "paling nyaman dan efektif" untuk mereka.[28] Buku Briggs Myers Type Indicator Handbook, yang diterbitkan pada 1944, diterbitkan kembali sebagai "Myers–Briggs Type Indicator" pada 1956.[30]
Karya Myers menarik perhatian Henry Chauncey, kepala Educational Testing Service, sebuah organisasi asesmen pribadi. Di bawah naungan tersebut, "manual" MBTI pertama diterbitkan, pada 1962. MBTI menerima dukungan lebih lanjut dari Donald W. MacKinnon, kepala Institute of Personality and Social Research di Universitas California, Berkeley; W. Harold Grant, seorang professor dari Universitas Negeri Michigan dan Universitas Auburn; dan Mary H. McCaulley dari Universitas Florida. Penerbitan MBTI dialihkan ke Consulting Psychologists Press pada 1975, dan Center for Applications of Psychological Type didirikan sebagai laboratorium penelitian.[31]
Setelah kematian Myers pada Mei 1980, Mary McCaulley memperbarui manual MBTI, dan edisi kedua diterbitkan pada 1985. Edisi ketiga muncul pada 1998.[32]
Briggs began her research into personality in 1917. Upon meeting her future son-in-law, she observed marked differences between his personality and that of other family members. Briggs embarked on a project of reading biographies and subsequently developed a typology wherein she proposed four temperaments: meditative (or thoughtful), spontaneous, executive, and social.[22][23]
Pada 1987, sistem penilaian lanjutan dikembangkan[33] untuk MBTI. Dari sini dikembangkan Type Differentiation Indicator (TDI),[n 1][34] yaitu sistem penilaian untuk MBTI yang lebih panjang, Form J,[35] yang mencakup 290 item yang ditulis oleh Myers yang telah melewati analisis item sebelumnya oleh dia. TDI memberikan 20 subskala (5 di bawah masing-masing dari 4 skala preferensi dikotomis), plus 7 subskala tambahan untuk faktor "kenyamanan-ketidaknyamanan" baru (yang mengikuti, walaupun tidak mengukur secara sempurna, faktor NEO-PI neurotisisme).[36][37] Skala faktor ini menandakan rasa kenyamanan dan keyakinan versus ketidaknyamanan dan kecemasan. Mereka juga memuat salah satu dari 4 jenis dimensi:[38]
Juga disertakan komposit dari hal tersebut yang dinamakan "strain". Ada juga skala untuk konsistensi jenis-skala dan konsistensi skala kenyamanan. Keandalan 23 dari 27 subskala TDI lebih dari 0.50, "hasil yang dapat diterima mengingat singkatnya subskala".[34]
Pada 1989, sistem penilaian dikembangkan[butuh rujukan] untuk 20 subskala dari 4 dikotomi asli. Ini awalnya dikenal[butuh rujukan] sebagai "Form K" atau "Expanded Analysis Report". Alat ini sekarang disebut MBTI Step II.[39]
Form J atau TDI mencakup item (diperoleh dari karya Myers dan McCaulley sebelumnya) yang diperlukan untuk menilai yang akan dikenal sebagai Step III.[40] (MBTI Manual 1998 melaporkan bahwa kedua instrumen tersebut adalah satu dan sama[41]) Step III dikembangkan dalam proyek bersama yang melibatkan organisasi berikut: Myers–Briggs Company, penerbit semua karya MBTI; Center for Applications of Psychological Type (CAPT), yang menyimpan semua karya asli Myers dan McCaulley; dan MBTI Trust yang diketuai oleh Katharine dan Peter Myers. CAPT mengiklankan Step III sebagai langkah untuk pengembangan jenis dan penggunaan "persepsi dan penilaian" oleh para responden.[42]
![]() | Gaya atau nada penulisan section ini tidak mengikuti gaya dan nada penulisan ensiklopedis yang diberlakukan di Wikipedia. |
MBTI didasarkan pada teori influensial jenis psikologis yang diajukan oleh psikiater Swiss Carl Jung pada 1921,[43] yang sebagian berdasar pada 4 elemen kosmologi klasik.[44] Jung berspekulasi bahwa orang mengalami dunia menggunakan 4 fungsi psikologis utama—sensasi (sensation), intuisi (intuition), perasaan (feeling), dan pemikiran (thinking)—dan bahwa salah satu dari 4 fungsi ini dominan pada seseorang, sebagian besar waktu. Dalam teori MBTI, keempat kategorinya adalah introversi/ekstraversi, penginderaan/intuisi (sensing/intuition), pemikiran/perasaan (thinking/feeling), dan penghakim/pengamat (judging/perceiving). Menurut MBTI, setiap orang dikatakan memiliki satu kualitas yang disukai dari setiap kategori, yang menghasilkan 16 jenis unik.[45]
MBTI menitikberatkan nilai perbedaan alami.[46] "Asumsi mendasar dari MBTI adalah kita semua memiliki preferensi tertentu dalam cara kita menafsirkan pengalaman kita, dan preferensi tersebut menopang minat, kebutuhan, nilai, dan motivasi kita".[47]
MBTI Manual menyatakan bahwa indikator ini "didesain untuk menerapkan sebuah teori; oleh karena itu, teorinya harus dipahami dulu untuk memahami MBTI".[48] Hal mendasar untuk MBTI adalah hipotesis jenis psikologis seperti yang sebelumnya dikembangkan oleh Carl Jung.[28] Jung mengusulkan adanya dua pasangan dikotomis dari fungsi kognitif:
Jung meyakini bahwa untuk setiap orang, setiap fungsi lebih sering diekspresikan dalam bentuk introvert atau ekstrovert.[49] Berdasarkan konsep asli Jung, Briggs dan Myers mengembangkan teori jenis psikologis mereka sendiri, yang dijelaskan di bawah, yang merupakan dasar MBTI. Menurut tulisan psikolog Hans Eysenck pada 1995, 16 jenis kepribadian yang digunakan dalam MBTI tidak lengkap, karena teori Jung menggunakan 32 jenis, 16 dari itu tidak dapat diukur melalui daftar pertanyaan. Menurut Eysenck, tidak semestinya Jung mengklaim bahwa skalanya mengukur konsep Jung secara akurat.[50] Baik model original Jung dan MBTI disederhanakan tetap hipotetis, tanpa adanya penelitian ilmiah terkontrol yang mendukung keduanya.[51]
Jung tidak melihat preferensi jenis (seperti introversi dan ekstraversi) sebagai sesuatu yang dualistik, namun sebagai kecenderungan: keduanya merupakan bawaan manusia dan memiliki potensi untuk menyeimbangkan.[52]
Teori tipologi Jung mendalilkan urutan 4 fungsi kognitif (pemikiran, perasaan, sensasi, dan intuisi), masing-masing memiliki satu dari dua kecenderungan (ekstraversi atau introversi), sehingga ada total 8 fungsi dominan. MBTI didasarkan pada 8 fungsi hipotesis tersebut, walaupun dengan beberapa perbedaan ekspresi dari model Jung. Sementara model Jung mengukur 3 dikotomi pertama, Myers dan Briggs menambahkan preferensi penghakim-persepsi.[53]
Penambahan ide Myers dan Briggs pada pemikiran asli Jung yang paling terkenal adalah konsep mereka bahwa huruf ke-4 dari sesuatu jenis (J atau P) menandakan fungsi ekstrover yang paling disukai, yang merupakan fungsi dominan untuk jenis ekstrover dan fungsi pendukung untuk jenis introver.[54]
Jung berhipotesis bahwa fungsi dominan beraksi sendiri dalam dunia yang diinginkan; di luar untuk orang ekstrovert dan di dalam untuk orang introvert. Ketiga fungsi yang tersisa tersebut, dia mengusulkan, beroperasi dengan orientasi berlawanan.[55] Namun, sebagian praktisi MBTI meragukan konsep ini sebagai kesalahan kategori dengan hampir tidak ada bukti empiris yang mendukungnya relatif dengan penemuan lain dengan bukti korelasi, tetapi sebagai sebuah teori, masih tetap menjadi bagian dari ekstrapolasi Myers dan Briggs dari teori mereka walaupun diabaikan.[56]
Hipotesis Jung dapat diringkas sebagai: jika fungsi kognitif dominan introver, maka fungsi lain ekstrover dan sebaliknya. MBTI Manual merangkum karya Jung pada keseimbangan jenis psikologis seperti berikut: "Ada beberapa referensi dalam tulisan Jung ke 3 fungsi tersisa memiliki karakter sikap yang berlawanan. Contohnya, dalam tulisan tentang introvert yang dominan berpikir ... Jung berkomentar bahwa fungsi penyeimbang tersebut memiliki karakter ekstrover".[32] Menggunakan jenis INTP sebagai contoh, orientasinya menurut Jung seperti berikut:
Model tipologis Jung menganggap jenis psikologis mirip dengan dominansi tangan kiri atau kanan: orang lahir dengan, atau mengembangkan, cara-cara tertentu yang lebih disukai untuk mengamati dan mengambil keputusan. MBTI menyortir sebagian perbedaan psikologis menjadi 4 pasangan berlawanan, atau "dikotomi", dengan hasil 16 jenis psikologis yang bisa didapatkan. Tidak ada jenis yang dianggap lebih "baik" atau "buruk"; namun, Briggs dan Myers berteori bahwa orang-orang secara naluri "lebih menyukai" satu kombinasi jenis.[57] Dengan cara yang sama seperti menulis dengan tangan kiri sulit untuk seseorang yang tidak kidal, jadi orang cenderung menemukan bahwa menggunakan preferensi psikologis yang berlawanan lebih sulit, walaupun mereka dapat menjadi lebih mapan (dan karena itu berperilaku fleksibel) dengan latihan dan pengembangan.
Jenis-jenis MBTI biasanya disebut dengan singkatan 4 huruf – yang merupakan huruf awal masing-masing 4 preferensi jenis dalam bahasa Inggris (kecuali intuisi, yang menggunakan singkatan "N" untuk membedakannya dari introversi). Misalnya:
Singkatan tersebut berlaku pada semua 16 jenis.
Interaksi dua, tiga, atau empat preferensi dikenal sebagai "dinamika jenis". Walaupun dinamika jenis mendapat sedikit atau nol dukungan empiris untuk mendukung kelayakannya sebagai teori ilmiah,[58][56] Myers dan Briggs menegaskan bahwa untuk masing-masing 16 jenis, satu fungsi menjadi paling dominan dan mungkin akan terlihat paling awal dalam kehidupan. Fungsi sekunder atau pendukung biasanya menjadi lebih jelas (berdiferensiasi) selama masa remaja dan memberikan keseimbangan pada fungsi dominan. Dalam perkembangan biasa, orang cenderung menjadi lebih lancar dengan fungsi ketiga, tersier selama tengah kehidupan, sementara fungsi keempat, inferior tetap menjadi fungsi yang paling sedikit dikembangkan secara sadar. Fungsi inferior sering dianggap lebih terkait dengan yang tidak sadar, dan paling tampak dalam situasi seperti stres tinggi (kadang-kadang dirujuk sebagai berada "dalam genggaman" fungsi inferior).[59]
Namun, penggunaan dinamika jenis sedang diperdebatkan: dalam kesimpulan berbagai studi dinamika jenis, James H. Reynierse menulis, "Dinamika jenis memiliki masalah logika yang terus-menerus dan pada dasarnya didasarkan pada serangkaian kesalahan kategori; itu memberikan, sebaik-baiknya, penjelasan yang terbatas dan tidak lengkap mengenai fenomena terkait jenis"; dan "dinamika jenis bergantung pada bukti anekdotal, gagal dalam sebagian besar tes efektivitas, dan tidak sesuai dengan fakta empiris". Penelitian dia memberikan hasil yang jelas bahwa deskripsi dan cara kerja dinamika jenis tidak cocok dengan perilaku nyata orang. Dia menyarankan untuk menyingkirkan dinamika jenis, karena itu tidak membantu, tetapi malah menghalangi pemahaman tentang kepribadian. Urutan fungsi 1 ke 4 yang diasumsikan hanya terjadi pada 1 dari 540 hasil tes.[56]
Subjektif | Objektif | |
---|---|---|
Persepsi | Intuition/Sensing | Introversi/Ekstraversi 1 |
Judging (menghakim) | Feeling/Thinking | Introversi/Ekstraversi 2 |
Subjektif | Objektif | ||
---|---|---|---|
Deduksi | Deduksi, Induksi | Intuition/Sensing | Introversi/Ekstraversi |
Intuition/Observing | |||
Induksi | Retroduksi | Feeling/Thinking | Perception/Judging |
Prospecting/Judging |
4 pasangan preferensi atau "dikotomi" ditampilkan dalam tabel sebelah kanan.
Istilah yang digunakan untuk setiap dikotomi memiliki arti teknis spesifik terkait MBTI, yang berbeda dengan penggunaannya sehari-hari. Contohnya, orang yang menyukai penilaian di atas persepsi tidak semestinya lebih "menghakimi" atau kurang "tanggap", atau bahwa instrumen MBTI mengukur bakat; itu hanya menandakan preferensi suatu hal di atas hal lain.[60] Seseorang yang melaporkan skor tinggi untuk ekstraversi daripada introversi tidak dapat digambarkan dengan tepat sebagai lebih ekstrover, mereka hanya memiliki preferensi yang jelas.
Skor poin pada masing-masing dikotomi dapat cukup bervariasi dari orang ke orang lain, bahkan di antara orang dengan jenis yang sama. Tetapi, Isabel Myers menganggap arah preferensi (misalnya, E vs. I) lebih penting daripada seberapa kuat preferensinya (misalnya, sangat jelas vs. sedikit).[32] Ekspresi jenis psikologis seseorang lebih dari sekadar total 4 preferensi individual. Preferensi-preferensi berinteraksi melalui dinamika jenis dan pengembangan jenis.
Literatur Myers–Briggs menggunakan istilah ekstraversi dan introversi sebagaimana Jung pertama menggunakannya. Secara harfiah, ekstraversi berarti beralih keluar, dan introversi berarti beralih kedalam.[61] Definisi khusus tersebut agak berbeda dari penggunaan umum kata-katanya. Ekstraversi adalah ejaan yang digunakan dalam publikasi MBTI.
Preferensi ekstraversi dan introversi sering dipanggil "sikap". Briggs dan Myers mengakui bahwa setiap fungsi kognitif dapat beroperasi di dunia luar perilaku, tindakan, orang, dan benda ("sikap ekstrover") atau dunia dalam ide dan refleksi ("sikap introver"). Asesmen MBTI menentukan preferensi keseluruhan untuk satu atau yang lain.
Orang yang menginginkan ekstraversi mendapatkan energi dari aksi: mereka cenderung bertindak, kemudian merenung, kemudian bertindak lanjut. Jika mereka tidak aktif, motivasi mereka cenderung menurun. Untuk meningkatkan energi mereka, ekstrovert membutuhkan istirahat dari waktu merenung. Sebaliknya, orang yang menginginkan introversi "menghabiskan" energi melalui aksi: mereka suka merenung, kemudian bertindak, kemudian merenung lagi. Untuk meningkatkan energinya, introvert membutuhkan waktu bersendirian, jauh dari aktivitas.[62]
Aliran ekstrovert diarahkan ke luar kepada orang dan objek, sementara untuk introvert diarahkan ke dalam kepada konsep dan ide. Karakteristik yang kontras antara orang introvert dan ekstrovert antara lain:
Jung mengidentifikasi dua pasangan fungsi psikologis:
Menurut model tipologi Jung, setiap orang lebih dominan dan mahir menggunakan salah satu dari 4 fungsi tersebut daripada 3 fungsi lain; namun, keempat fungsi digunakan pada waktu berbeda tergantung situasi. Karena setiap fungsi dapat terwujud sebagai sikap ekstrover atau introver, model Jung mencakup 8 kombinasi fungsi dan sikap, empat di antaranya sebagian besar sadar dan empat lainnya tidak sadar.[3] John Beebe membuat model yang menggabung ide pola dasar dan diri dialogis dengan fungsi-fungsi, setiap fungsi dipandang sebagai melakukan peran dari sebuah pola dasar dalam dialog internal.[64]
Penginderaan dan intuisi adalah fungsi pengumpulan informasi (mengamati). Mereka menggambarkan bagaimana informasi baru dipahami dan ditafsirkan. Orang yang menyukai sensasi cenderung lebih memercayai informasi yang konkret, nyata, dan ada saat ini: yaitu, informasi yang dapat dipahami oleh lima penginderaan. Mereka cenderung mencurigai firasat, yang tampaknya muncul "entah dari mana".[65] Mereka lebih suka mencari detail dan fakta. Untuk mereka, maknanya ada dalam data. Di sisi lain, orang yang menyukai intuisi cenderung memercayai informasi yang tidak terlalu bergantung pada indera, yang dapat dikaitkan dengan informasi lain (baik diingat atau ditemukan dengan mencari konteks atau pola yang lebih luas). Mereka mungkin lebih tertarik pada kesempatan masa depan. Untuk mereka, maknanya berada dalam teori dan prinsip mendasar yang dimanifestasikan dalam data.[3]
Pemikiran dan perasaan adalah fungsi pengambilan keputusan (menilai). Fungsi berpikir dan merasa keduanya digunakan untuk membuat pilihan rasional, berdasarkan data yang didapatkan dari fungsi pengumpulan informasi (penginderaan atau intuisi). Orang yang menyukai pemikiran cenderung menentukan sesuatu dari pandangan yang lebih terpisah, menilai keputusan dari apa yang tampaknya masuk akal, logis, kausal, konsisten, dan cocok dengan seperangkat aturan yang diberikan. Orang yang menyukai perasaan cenderung mengambil keputusan dengan berasosiasi atau berempati dengan situasi, melihatnya "dari dalam" dan mempertimbangkan situasinya untuk mencapai, secara seimbang, keharmonisan, konsensus, dan kesesuaian terbesar, mempertimbangkan kebutuhan orang yang terlibat. Pemikir biasanya kesulitan berinteraksi dengan orang yang tidak konsisten atau logis, dan cenderung memberikan umpan balik yang sangat langsung kepada orang lain. Mereka mementingkan kebenaran dan menganggapnya lebih penting.[66]
Seperti yang telah disebutkan, orang yang lebih suka memikir tidak selalu, dalam pengertian sehari-hari, "berpikir lebih baik" daripada orang yang lebih suka merasa, dalam pengertian umum; preferensi berlawanan dianggap cara yang sama rasionalnya dalam mengambil keputusan (dan, dalam hal apapun, asesmen MBTI adalah pengukuran preferensi, bukan kemampuan). Demikian pula, orang yang lebih suka perasaan tidak selalu memiliki reaksi emosional yang "lebih baik" daripada rekan mereka yang lebih suka pemikiran.
Menurut Jung, manusia menggunakan semua 4 fungsi kognitif. Namun, satu fungsi biasanya digunakan secara lebih sadar dan percaya diri. Fungsi dominan ini didukung oleh fungsi sekunder (pendukung), dan (pada tingkat yang lebih rendah) fungsi tersier. Fungsi keempat dan paling tidak sadar selalu berlawanan dengan fungsi dominan. Myers memanggil fungsi inferior sebagai "bayangan".[67]
Empat fungsi tersebut beroperasi bersama dengan sikap (ekstraversi dan introversi). Setiap fungsi digunakan secara ekstrover atau introver. Seseorang dengan fungsi dominan intuisi ekstrover, misalnya, menggunakan intuisi dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan seseorang dengan fungsi dominan intuisi introver.[68]
Myers dan Briggs menambahkan dimensi baru ke model tipologis Jung dengan mengidentifikasi bahwa orang juga memiliki preferensi untuk menggunakan fungsi menilai (pemikiran atau perasaan) atau fungsi mengamati (sensasi atau intuisi) ketika berhubungan dengan dunia luar (ekstraversi).
Mereka berpendapat bahwa jenis dengan preferensi untuk menilai menunjukkan kepada dunia fungsi menilai yang mereka sukai (pemikiran atau perasaan). Orang yang menyukai persepsi menunjukkan kepada dunia fungsi mengamati yang mereka sukai (sensasi atau intuisi). Menurut Myers,[69] jenis penilai ingin "menyelesaikan masalah", sementara jenis pengamat ingin "membiarkan pilihan terbuka". Jadi, jenis TJ cenderung terlihat logis dan jenis FJ terlihat berempati. Jenis SP cenderung tampak konkret dan jenis NP tampak abstrak.
J atau P menandakan fungsi dominan untuk orang ekstrovert, sementara untuk orang introvert, J atau P menandakan fungsi pendukungnya. Orang introvert cenderung menampilkan fungsi dominan mereka ke dunia luar hanya dalam hal "penting untuk dunia dalam mereka".[70]
Sebagai contoh, karena jenis ENTJ ekstrover, J menandakan bahwa fungsi dominan adalah fungsi menilai (pemikiran ekstrover), dan fungsi pendukungnya merupakan fungsi mengamati (intuisi introver). Fungsi tersiernya adalah penginderaan dan fungsi inferiornya adalah perasaan introver. Sebaliknya, karena jenis INTJ introver, J menandakan bahwa fungsi pendukung adalah fungsi menilai yang diinginkan (pemikiran ekstrover), dengan fungsi dominan berupa fungsi mengamati (intuisi introver). Fungsi tersier mereka adalah perasaan dan fungsi inferior mereka adalah sensasi ekstrover.[71]
... a major task in interpretation is to help respondents with less clear reported preferences arrive at a comfortable and accurate assessment of their type. This is accomplished in an interpretation session mainly through an exploration of how type preferences appear in client behaviors.
The MBTI Manual, Chapter 6: Interpreting Results of the MBTI and Verifying Type[72]
Despite its popularity, it has been widely regarded as pseudoscience by the scientific community.[18][17] The validity (statistical validity and test validity) of the MBTI as a psychometric instrument has been the subject of much criticism. Media reports have called the test "pretty much meaningless",[73] and "one of the worst personality tests in existence".[74] The psychologist Adam Grant is especially vocal against MBTI. He called it "the fad that won't die" in a Psychology Today article.[12] Psychometric specialist Robert Hogan wrote: "Most personality psychologists regard the MBTI as little more than an elaborate Chinese fortune cookie...".[75] Nicholas Campion comments that this is "a fascinating example of 'disguised astrology', masquerading as science in order to claim respectability."[76]
It has been estimated that between a third and a half of the published material on the MBTI has been produced for the special conferences of the Center for the Application of Psychological Type (which provide the training in the MBTI, and are funded by sales of the MBTI) or as papers in the Journal of Psychological Type (which is edited and supported by Myers–Briggs advocates and by sales of the indicator).[77] It has been argued that this reflects a lack of critical scrutiny.[77] Many of the studies that endorse MBTI are methodologically weak or unscientific.[14] A 1996 review by Gardner and Martinko concluded: "It is clear that efforts to detect simplistic linkages between type preferences and managerial effectiveness have been disappointing. Indeed, given the mixed quality of research and the inconsistent findings, no definitive conclusion regarding these relationships can be drawn."[14][78]
The test has been likened to horoscopes, as both rely on the Barnum effect, flattery, and confirmation bias, leading participants to personally identify with descriptions that are somewhat desirable, vague, and widely applicable.[7][79] MBTI is not recommended in counseling.[80]
As previously stated in the Pengguna:Dare2Leap/Bak pasir 4 § Four dichotomies section, Isabel Myers considered the direction of the preference (for example, E vs. I) to be more important than the degree of the preference. Statistically, this would mean that scores on each MBTI scale would show a bimodal distribution with most people scoring near the ends of the scales, thus dividing people into either, e.g., an extraverted or an introverted psychological type. However, most studies have found that scores on the individual scales were actually distributed in a centrally peaked manner, similar to a normal distribution, indicating that the majority of people were actually in the middle of the scale and were thus neither clearly introverted nor extraverted. Most personality traits do show a normal distribution of scores from low to high, with about 15% of people at the low end, about 15% at the high end and the majority of people in the middle ranges. But in order for the MBTI to be scored, a cut-off line is used at the middle of each scale and all those scoring below the line are classified as a low type and those scoring above the line are given the opposite type. Thus, psychometric assessment research fails to support the concept of type, but rather shows that most people lie near the middle of a continuous curve.[13][81][82][83][84]
Although we do not conclude that the absence of bimodality necessarily proves that the MBTI developers' theory-based assumption of categorical "types" of personality is invalid, the absence of empirical bimodality in IRT-based research of MBTI scores does indeed remove a potentially powerful line of evidence that was previously available to "type" advocates to cite in defense of their position.[84]
Some MBTI supporters argue that the application of type dynamics to MBTI (e.g., where inferred "dominant" or "auxiliary" functions like Se / "Extraverted Sensing" or Ni / "Introverted Intuition" are presumed to exist) is a logical category error that has little empirical evidence backing it.[56] Instead, they argue that Myers–Briggs validity as a psychometric tool is highest when each type of category is viewed independently as a dichotomy.[56]
The content of the MBTI scales is problematic. In 1991, a National Academy of Sciences committee reviewed data from MBTI research studies and concluded that only the I-E scale has high correlations with comparable scales of other instruments and low correlations with instruments designed to assess different concepts, showing strong validity. In contrast, the S-N and T-F scales show relatively weak validity. The 1991 review committee concluded at the time there was "not sufficient, well-designed research to justify the use of the MBTI in career counseling programs".[85] This study based its measurement of validity on "criterion-related validity (i.e. does the MBTI predict specific outcomes related to interpersonal relations or career success/job performance?)."[85] The committee stressed the discrepancy between popularity of the MBTI and research results stating, "the popularity of this instrument in the absence of proven scientific worth is troublesome."[86] There is insufficient evidence to make claims about utility, particularly of the four letter type derived from a person's responses to the MBTI items.[13]
The accuracy of the MBTI depends on honest self-reporting.[87] Unlike some personality questionnaires, such as the 16PF Questionnaire, the Minnesota Multiphasic Personality Inventory, or the Personality Assessment Inventory, the MBTI does not use validity scales to assess exaggerated or socially desirable responses.[15] As a result, individuals motivated to do so can fake their responses.[88] One study found a weak but statistically significant correlation between the MBTI judging scale and the Eysenck Personality Questionnaire lie scale, suggesting that more socially conformant individuals are more likely to be considered judging according to the MBTI.[89] If respondents "fear they have something to lose, they may answer as they assume they should."[90] However, the MBTI ethical guidelines state, "It is unethical and in many cases illegal to require job applicants to take the Indicator if the results will be used to screen out applicants."[91] The intent of the MBTI is to provide "a framework for understanding individual differences, and... a dynamic model of individual development".[92]
The terminology of the MBTI has been criticized as being very "vague and general",[93] so as to allow any kind of behavior to fit any personality type, which may result in the Barnum effect, where people give a high rating to a positive description that supposedly applies specifically to them.[13][51] Others argue that while the MBTI type descriptions are brief, they are also distinctive and precise.[94] Some theorists, such as David Keirsey, have expanded on the MBTI descriptions, providing even greater detail. For instance, Keirsey's descriptions of his four temperaments, which he correlated with the sixteen MBTI personality types, show how the temperaments differ in terms of language use, intellectual orientation, educational and vocational interests, social orientation, self-image, personal values, social roles, and characteristic hand gestures.[95]
Researchers have reported that the JP and the SN scales correlate with one another.[81] One factor-analytic study based on (N=1291) college-aged students found six different factors instead of the four purported dimensions, thereby raising doubts as to the construct validity of the MBTI.[96]
According to Hans Eysenck:
The main dimension in the MBTI is called E-I, or extraversion-introversion; this is mostly a sociability scale, correlating quite well with the MMPI social introversion scale (negatively) and the Eysenck Extraversion scale (positively).[97] Unfortunately, the scale also has a loading on neuroticism, which correlates with the introverted end. Thus introversion correlates roughly (i.e., averaging values for males and females) −.44 with dominance, +.37 with abasement, +.46 with counselling readiness, −.52 with self-confidence, −.36 with personal adjustment, and −.45 with empathy.[ii][iii] The failure of the scale to disentangle Introversion and Neuroticism (there is no scale for neurotic and other psychopathological attributes in the MBTI) is its worst feature, only equalled by the failure to use factor analysis in order to test the arrangement of items in the scale.[99]
The test-retest reliability of the MBTI tends to be low. Large numbers of people (between 39% and 76% of respondents) obtain different type classifications when retaking the indicator after only five weeks.[13][82][12] A 2013 Fortune Magazine article titled "Have we all been duped by the Myers-Briggs Test?" wrote:
“ | The interesting – and somewhat alarming – fact about the MBTI is that, despite its popularity, it has been subject to sustained criticism by professional psychologists for over three decades. One problem is that it displays what statisticians call low "test-retest reliability." So if you retake the test after only a five-week gap, there's around a 50% chance that you will fall into a different personality category compared to the first time you took the test. A second criticism is that the MBTI mistakenly assumes that personality falls into mutually exclusive categories. ... The consequence is that the scores of two people labelled "introverted" and "extraverted" may be almost exactly the same, but they could be placed into different categories since they fall on either side of an imaginary dividing line.[100] |
” |
Within each dichotomy scale, as measured on Form G, about 83% of categorizations remain the same when people are retested within nine months and around 75% when retested after nine months. About 50% of people re-administered the MBTI within nine months remain the same overall type and 36% the same type after more than nine months.[101] For Form M (the most current form of the MBTI instrument), the MBTI Manual reports that these scores are higher.[102]
In one study, when people were asked to compare their preferred type to that assigned by the MBTI assessment, only half of people chose the same profile.[103]
Robert and Mary Capraro in 2002 meta-analysis published in the journal Educational and Psychological Measurement found out that "In general, the MBTI and its scales yielded scores with strong internal consistency and test-retest reliability estimates, although variation was observed." The analysis found that of 210 studies from 1998 to 2001, 14 (7%) reported directly on the reliability of the data, 26% reported reliability via prior studies or the test manual, and 56% did not mention reliability at all.[104]
It has been argued that criticisms regarding the MBTI mostly come down to questions regarding the validity of its origins, not questions regarding the validity of the MBTI's usefulness.[105] Others argue that the MBTI can be a reliable measurement of personality, and "like all measures, the MBTI yields scores that are dependent on sample characteristics and testing conditions".[106]
A 1973 study of university students in the United States found the INFP type was the most common type among students studying the fine arts and art education subjects, with 36% of fine arts students and 26% of art education students being INFPs.[107] A 1973 study of the personality types of teachers in the United States found Intuitive-Perceptive types (ENFP, INFP, ENTP, INTP) were over-represented in teachers of subjects such as English, social studies and art, as opposed to science and mathematics, which featured more sensing (S) and judging (J) types.[108] A questionnaire of 27,787 high school students suggested INFP students among them showed a significant preference for art, English, and music subjects.[109]
Isabel Myers claimed that the proportion of different personality types varied by choice of career or course of study.[32][110] However, researchers examining the proportions of each type within varying professions report that the proportion of MBTI types within each occupation is close to that within a random sample of the population.[13] Some researchers have expressed reservations about the relevance of type to job satisfaction, as well as concerns about the potential misuse of the instrument in labeling people.[13][111]
The Myers–Briggs Company, then known as Consulting Psychologists Press (and later CPP), became the exclusive publisher of the MBTI in 1975. They call it "the world's most widely used personality assessment", with as many as two million assessments administered annually.[112] The Myers-Briggs Company and other proponents state that the indicator meets or exceeds the reliability of other psychological instruments.[82][113][114]
The MBTI has poor predictive validity of employees' job performance ratings.[13][85][115] As noted above under Precepts and ethics, the MBTI measures preferences, not ability. The use of the MBTI as a predictor of job success is expressly discouraged in the Manual.[116] It is argued that the MBTI only continues to be popular because many people are qualified to administer it, it is not difficult to understand, and there are many supporting books, websites and other sources which are readily available to the general public.[117]
David Keirsey developed the Keirsey Temperament Sorter after learning about the MBTI system, though he traces four "temperaments" back to Ancient Greek traditions. He maps these temperaments to the Myers–Briggs groupings SP, SJ, NF, and NT. He also gives each of the 16 MBTI types a name, as shown in the below table.
ISITEJ Inspector |
ISIFEJ Protector |
INIFEJ Counselor |
INITEJ Mastermind |
ISETIP Crafter |
ISEFIP Composer |
INEFIP Healer |
INETIP Architect |
ESETIP Promoter |
ESEFIP Performer |
ENEFIP Champion |
ENETIP Inventor |
ESITEJ Supervisor |
ESIFEJ Provider |
ENIFEJ Teacher |
ENITEJ Fieldmarshal |
McCrae and Costa based their Five Factor Model (FFM) on Goldberg's Big Five theory.[118] McCrae and Costa[81] present correlations between the MBTI scales and the Big Five personality constructs measured, for example, by the NEO-PI-R.[119] The five purported personality constructs have been labeled: extraversion, openness, agreeableness, conscientiousness, and neuroticism (emotional instability), although there is not universal agreement on the Big Five theory and the related Five-Factor Model (FFM).[120][121] The following correlations are based on the results from 267 men and 201 women as part of a longitudinal study of aging.[81]
Templat:MBTI study
These correlations refer to the second letter shown, i.e., the table shows that I and P have negative correlations with extraversion and conscientiousness, respectively, while F and N have positive correlations with agreeableness and openness, respectively. These results suggest that the four MBTI scales can be incorporated within the Big Five personality trait constructs, but that the MBTI lacks a measure for emotional stability dimension of the Big Five (though the TDI, discussed above, has addressed that dimension). Emotional stability (or neuroticism) is a predictor of depression and anxiety disorders.
These findings led McCrae and Costa to conclude that, "correlational analyses showed that the four MBTI indices did measure aspects of four of the five major dimensions of normal personality. The five-factor model provides an alternative basis for interpreting MBTI findings within a broader, more commonly shared conceptual framework." However, "there was no support for the view that the MBTI measures truly dichotomous preferences or qualitatively distinct types, instead, the instrument measures four relatively independent dimensions."[81]
At the time of the COVID-19 pandemic, MBTI testing became a fad among young South Koreans who were using it in an attempt to find compatible dating partners. The fad originated with a website called 16Personalities.com, which offers a free approximation of the official paid test.[122][123] Both independent experts and a representative of the MBTI publishing company have cautioned against using the MBTI test for dating, as the test was not designed for this purpose.[124] South Korea experienced a similar trend in the early 2000s with the blood type personality theory.[124][122][125]
One survey reported that by December 2021, nearly half of the population had taken the MBTI personality test. The MBTI personality test also became an issue in 2022 presidential election.[125] In March 2022, Korea JoongAng Daily reported that "A growing number of Korean companies are asking job candidates to reveal their MBTI personality test results, angering job hunters who argue that the test is an unreasonable standard to screen and evaluate their capabilities."[123] A survey of South Korean job-seekers in their twenties found that 60% opposed the use of the test for such purposes.[123]
16Personalities.com also influenced an MBTI fad in China, where some employers and job recruiters have asked applicants about their MBTI or 16Personalities results. The trend in China also led to MBTI-related products, paid services, and social media such as podcasts and memes.[126]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.