Pandemi Covid-19 di Taiwan
tinjauan umum pandemi koronavirus 2019–2020 di Taiwan pada 2020 / From Wikipedia, the free encyclopedia
Pandemi koronavirus di Taiwan diawali dengan temuan penderita penyakit koronavirus 2019 (COVID-19) pada 21 Januari 2020 di Bandar Udara Internasional Taoyuan. Penderita pertama tersebut adalah seorang perempuan berusia 55 tahun yang baru kembali ke Taiwan dari melaksanakan tugas mengajar di Wuhan.[3] Per 6 April 2020, Taiwan telah mengonfirmasi 373 kasus positif COVID-19. Hal ini berarti bertambah 10 kasus dari sebanyak 363 kasus yang tercatat pada 5 April 2020. Sembilan kasus merupakan kasus impor, sementara satu kasus merupakan hasil transmisi atau penularan dalam negeri.[4][5] Kasus penularan lokal dialami oleh seorang balita laki-laki berusia 5 tahun dan memiliki dua kerabat yang juga terdeteksi positif COVId-19. Sementara kasus impor terjadi pada sejumlah warga Taiwan yang memiliki riwayat bepergian ke Amerika Serikat, Inggris, Indonesia, dan Islandia. Rentang usia mereka adalah 20-49 tahun, memasuki Taiwan antara 21 Maret-4 April 2020 dan mulai menunjukkan gejala pada 10 Maret-4 April.[4]
Artikel ini mendokumentasikan suatu pandemi terkini. Informasi mengenai hal itu dapat berubah dengan cepat jika informasi lebih lanjut tersedia; laporan berita dan sumber-sumber primer lainnya mungkin tidak bisa diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini mengenai pandemi ini untuk semua bidang. |
Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. |
Penyakit | COVID-19 |
---|---|
Galur virus | SARS-CoV-2 |
Lokasi | Taiwan (Republik Tiongkok) |
Kasus pertama | Bandar Udara Internasional Taoyuan |
Tanggal kemunculan | 21 Januari 2020 (4 tahun, 6 bulan, 1 minggu dan 6 hari) |
Asal | Wuhan, Hubei, Tiongkok |
Kasus terkonfirmasi | 569[1][2] |
Kasus sembuh | 523[1] |
Kematian | 7[1] |
Wilayah terdampak | a |
Situs web resmi | |
Pandemi ini memiliki dampak yang moderat terhadap Taiwan secara keseluruhan dibanding dengan negara-negara lain, mengingat dekatnya jarak antara Tiongkok sebagai asal merebaknya COVID-19 dengan negara yang statusnya terisolasi secara internasional itu serta ramainya lalu lintas penerbangan antarselat yang mencapai ribuan penerbangan per pekan.[6] Per 5 Maret misalnya, Taiwan hanya memiliki 45 kasus positif COVID-19, lebih rendah lima kali lipat dibanding Belanda yang secara geografis, lokasinya jauh dari Tiongkok serta tidak memiliki lalu lintas transportasi yang semasif Taiwan dengan Tiongkok sendiri.[7] Keberhasilan Taiwan sejauh ini dalam mencegah meledaknya kasus positif COVID-19 dipuji banyak pihak.[8] Pencegahan yang efektif di Taiwan dihubungkan dengan sistem kesehatan negara itu yang merupakan salah satu yang terbaik di dunia, didukung pula dengan pengambilan keputusan yang cepat serta penggunaan teknologi tepat guna.[9]