Mania tulip
From Wikipedia, the free encyclopedia
Mania tulip (Belanda: tulpenmaniecode: nl is deprecated , har. "gila tulip") adalah periode semasa Era Keemasan Belanda ketika harga kontrak untuk beberapa umbi bunga tulip yang modis dan baru diperkenalkan mencapai tingkat yang luar biasa tinggi, dan kemudian secara dramatis runtuh pada bulan Februari 1637.[2] Umumnya dianggap sebagai gelembung spekulatif atau gelembung aset pertama yang tercatat dalam sejarah.[3] Dalam banyak hal, tulip mania lebih merupakan fenomena sosial-ekonomi yang tidak diketahui sampai sekarang dibanding krisis ekonomi yang signifikan. Tidak memiliki pengaruh kritis terhadap kemakmuran Republik Belanda, yang merupakan kekuatan keuangan dan ekonomi terkemuka dunia pada abad ke-17, dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia dari rentang 1600 hingga 1720.[4][5][6] Istilah "tulip mania" sekarang sering digunakan secara metaforis untuk merujuk pada gelembung ekonomi besar ketika harga aset menyimpang dari nilai intrinsik.[7][8]
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Mania tulip di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Di Eropa, pasar berjangka formal muncul di Republik Belanda pada abad ke-17. Di antara yang paling terkenal berpusat di pasar tulip, pada puncak tulip mania.[9][10] Di puncak tulip mania, pada bulan Februari 1637, beberapa umbi tulip terjual lebih dari 10 kali lipat pendapatan tahunan pengrajin terampil. Penelitian sulit dilakukan karena terbatasnya data ekonomi dari tahun 1630-an, yang sebagian besar berasal dari sumber yang bias dan spekulatif.[11][12] Beberapa ekonom modern telah mengusulkan penjelasan rasional, dibanding mania spekulatif, untuk naik turunnya harga. Misalnya, bunga lain, seperti eceng gondok, juga memiliki harga awal yang tinggi pada saat diperkenalkan, yang kemudian turun saat tanaman diperbanyak. Harga aset yang tinggi mungkin juga didorong oleh ekspektasi keputusan parlemen bahwa kontrak dapat dibatalkan dengan biaya rendah, sehingga menurunkan risiko bagi pembeli.
Peristiwa 1637 mendapat perhatian luas pada tahun 1841 dengan penerbitan buku Extraordinary Popular Delusions and the Madness of Crowds, ditulis oleh jurnalis Skotlandia Charles Mackay, yang menulis bahwa pada satu titik lahan seluas 12 acre (5 ha) telah ditawarkan untuk umbi Semper Augustus.[13] Mackay mengklaim bahwa banyak investor hancur oleh jatuhnya harga, dan perdagangan Belanda mengalami guncangan hebat. Meskipun buku Mackay adalah klasik, ceritanya diperdebatkan. Banyak sarjana modern merasa bahwa mania tidak luar biasa seperti yang dijelaskan Mackay dan berpendapat bahwa tidak cukup data harga yang tersedia untuk membuktikan bahwa gelembung umbi tulip benar-benar terjadi.[14][15][16][17]