![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ae/Darwin%2527s_finches_by_Gould.jpg/640px-Darwin%2527s_finches_by_Gould.jpg&w=640&q=50)
Linguistik evolusioner
From Wikipedia, the free encyclopedia
Linguistik evolusioner atau linguistik Darwinian adalah sebuah pendekatan sosiobiologis untuk studi bahasa.[1][2] Para ahli di bidang ini menganggap linguistik sebagai sebuah cabang dari sosiobiologi dan psikologi evolusioner. Pendekatan ini juga sangat berhubungan dengan antropologi evolusioner, linguistik kognitif dan biolinguistik. Mempelajari bahasa sebagai produk alam, ilmu ini mempelajari asal-usul biologis dan perkembangan bahasa.[3] Linguistik evolusioner berkontras dengan pendekatan-pendekatan humanistik, terkhususnya linguistik struktural.[4]
Bagian dari serial tentang |
Biologi evolusioner |
---|
![]() Ketilang Darwin. Lukisan oleh John Gould. |
Sejarah alam |
Sejarah teori evolusioner |
Bidang dan penerapan
|
Implikasi sosial
|
|
Tantangan utama pada cabang penelitian ini adalah kurangnya data empiris: tidak ada jejak-jejak arkeologis bahasa-bahasa awal manusia. Pemodelan sistem biologis dan penelitian klinis telah dilaksanakan untuk mengisi kesenjangan-kesenjangan pada pemahaman bidang ini. Meski biologi sudah memahami otak, yang memproses bahasa, tidak ada hubungan jelas antara biologi dan struktur-struktur spesifik abahsa manusia atau universal linguistik.[5]
Terkait kurangnya terobosan pada bidang ini, telah terdapat banyak debat mengenai fenomena alami apa bahasa itu. Beberapa peneliti berfokus pada aspek-aspek naluriah bahasa. Disarankan bahwa tata bahasa (grammar) telah muncul secara adaptasi dari genom manusia, yang menghasilkan naluri bahasa;[6] atau hal itu tergantung oleh satu mutasi[7] yang telah menyebabkan organ bahasa muncul di otak manusia.[8] Hal ini dihipotesiskan akan menghasilkan sebuah struktur tata bahasa tetap[9] yang ada di semua bahasa manusia. Beberapa lainnya menyarankan bahwa bahasa terus berubah (mirip cairan).[10] Beberapa bahkan menyamai bahasa dengan organisme hidup,[11] menganggapnya sebagai sebuah analogi parasit[12] atau populasi virus-pikiran. Hingga saat ini terdapat sedikit bukti ilmiah untuk klaim-klaim ini, dan bahkan beberapa lainnya melabeli mereka sebagai ilmu semu.[13][14]