Buku terakhir dari Perjanjian Baru Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Kitab Wahyu kepada Yohanes (singkatnya Kitab Wahyu)[2] adalah kitab terakhir dalam Perjanjian Baru, dan oleh karena itu merupakan kitab terakhir dalam Alkitab Kristen. Ditulis dalam bahasa Yunani, judulnya berasal dari kata pertama teks tersebut, apocalypse (Yunani Koine: ἀποκάλυψις, romanisasi: apokálypsis), yang berarti "wahyu" atau "penyingkapan".[3][4][5] Kitab Wahyu adalah satu-satunya kitab apokaliptik dalam kanon Perjanjian Baru, dan menempati posisi sentral dalam eskatologi Kristen.[3][4][5]
Penulis hanya menyebut dirinya sebagai "Yohanes" dalam teks,[3][4][5] tetapi identitas pastinya masih menjadi perdebatan akademis. Citra Wahyu yang terkadang samar dan berlebihan, dengan banyak kiasan dan simbolisme numerik yang berasal dari Perjanjian Lama, telah memungkinkan beragamnya penafsiran Kristen sepanjang sejarah Kekristenan.[3][4][6]
Akademisi Alkitab modern memandang Kitab Wahyu sebagai pesan apokaliptik abad pertama yang memperingatkan komunitas Kristen awal untuk tidak berasimilasi ke dalam budaya kekaisaran Romawi, menafsirkan simbolisme yang jelas melalui lensa sejarah, sastra, dan budaya. Denominasi Kristen memiliki interpretasi yang beragam terhadap teks tersebut.[8][9][10]
Remove ads
Struktur
Menurut Metzger, kitab Wahyu ini dapat dibagi sebagai berikut:[11]
Wahyu 1:8: (Yesus berfirman:) "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."
Wahyu 1:17–18: (Yesus berfirman:) "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, 18dan Yang Hidup. Aku telah mati, tetapi lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut."
Wahyu 3:20: (Yesus berfirman:) "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."
Wahyu 22:20: Ia (Yesus) yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus!
Ayat terakhir Wahyu 22:21: Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.
Remove ads
Latar Belakang
Ringkasan
Perspektif
Penulis
Penulis kitab ini menyebut nama Yohanes,[12][13] sebagai "saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus."[14] Jelas ia tidak menulis secara anonim[15]
Sejumlah pakar menganggap penulisnya adalah rasul Yohanes bin Zebedeus.[16] Hal ini juga didukung oleh pendapat Yustinus Martir yang tertulis dalam Dialog dengan Trypho pada tahun 135.[17] Penulis Wahyu memperkenalkan diri sebagai seorang nabi (Wahyu 1:2–3; Wahyu 22:6,9,19).[16] Ia berkarya di Asia Kecil dan merupakan seorang keturunan Yahudi.[16] Pada masa itu umat Kristen disiksa dan dikejar-kejar karena kepercayaan mereka kepada YesusKristus sebagai Anak Allah, sehingga dengan menulis kitab ini sang penulis berharap ingin memberi semangat kepada para pembaca dan pendengarnya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu situasi demikian.[16]
Kitab Wahyu adalah sebuah nubuat apokaliptik, dengan pengantar surat yang ditujukan kepada "Tujuh Jemaat" di Asia Kecil.[3][4][5] Tujuh kota tempat jemaat-jemaat ini berada berdekatan, dan Pulau Patmos terletak di dekat pantai barat Semenanjung Anatolia.[4][5][18] Kata pertama dari teks ini, apocalypse (bahasa Yunani Koine: ἀποκάλυψις, translit. apokálypsis), yang berarti "wahyu" atau "penyingkapan",[3][4][5] merujuk kepada penyingkapan misteri ilahi;[19] Yohanes harus menuliskan apa yang diwahyukan (apa yang ia lihat dalam penglihatannya) dan mengirimkannya kepada ketujuh jemaat.[18] Seluruh kitab ini merupakan nubuat—surat-surat kepada ketujuh jemaat tersebut merupakan pengantar untuk bagian selanjutnya dari kitab ini, yang ditujukan kepada ketujuh jemaat tersebut.[18] Meskipun genre yang dominan adalah apokaliptik, penulisnya menganggap dirinya sebagai seorang nabi Kristen: Kitab Wahyu menggunakan kata tersebut dalam berbagai bentuk sebanyak 21 kali, lebih banyak daripada kitab Perjanjian Baru lainnya.[20]
Sumber
Santo Yohanes menerima Wahyu-Nya, Saint-Sever Beatus, abad ke-11Santo Yohanes Penginjil di Patmos, lukisan karya Hieronymus Bosch, ca1489
Pandangan yang dominan adalah bahwa Kitab Wahyu menyinggung Perjanjian Lama, meskipun sulit di antara para sarjana untuk menyetujui jumlah pasti kiasan atau kiasan itu sendiri.[21] Kitab Wahyu jarang mengutip langsung dari Perjanjian Lama, namun komposisinya menyinggung atau menggemakan ide-ide dalam kitab suci Ibrani yang lebih tua.[3][5] Lebih dari setengah referensi berasal dari Daniel, Yehezkiel, Mazmur, Yesaya, dan Zakharia, dengan Daniel menyediakan jumlah terbesar dalam proporsi dengan panjangnya dan Yehezkiel menonjol sebagai yang paling berpengaruh.[3][4][5] Karena referensi-referensi ini muncul sebagai kiasan daripada sebagai kutipan, sulit untuk mengetahui apakah penulis menggunakan versi Ibrani atau Yunani dari kitab suci Ibrani, tetapi ia sering dipengaruhi oleh bahasa Yunani.[22]
Situasi Sosial dan Politik
Kaisar Titus Flavius Caesar Domitianus Augustus
Setelah kekaisaran Romawi mengalahkan kerajaan Yunani/Greece pada tahun 168 sebelum masehi, maka pemerintah mengharuskan rakyat menyembah dewi Roma. Namun, dewi ini tidak memiliki wujud dan terdapat sebuah pemikiran apabila dewi ini nantinya akan disembah maka akan sulit untuk mendapat dukungan dari berbagai suku bangsa yang berbeda. Oleh karena hal inilah, maka kekaisaran Romawi mulai memberlakukan pemujaan terhadap kaisar. Pada saat itu kaisar Nerolah yang memimpin bangsa Romawi. Ia melakukan kekerasan dan penganiayaan pada orang Kristen hingga akhirnya pada tahun 64Nero membakar kota Roma dan orang Kristen dijadikan kambing hitam atas kebakaran tersebut. Bagaimana bisa Nero membakar umat Kristen pada waktu sebelum masehi. Sedangkan umat Kristen ada setelah masehi.
Pada masa pemerintahan Domitian, kaisar dengan giat melaksanakan pendewaan atas dirinya sendiri. Ia menyebut dirinya sebagai allah, bagi siapa saja yang tidak setia kepada dia akan dinyatakan menghujat allah serta dinilai sebagai penghianat kerajaan. Ia juga membuat peraturan di dalam kerajaan, salah satunya adalah setiap pembesar kerajaan yang ingin berbicara dengannya atau datang memberikan laporan kepadanya haruslah menyapanya dengan Tuhan.
Setelah kuasa politik pemerintahan kekaisaran Romawi stabil, misalnya sistem transportasi yang maju, jaminan keamanan bagi masyarakat, serta jaminan keamanan perdagangan, maka tercetuslah sebuah istilah dalam sejarah politik Romawi yaitu Pax Romana. Pax Romana merupakan sebuah istilah yang dipakai oleh rakyat untuk mengucapkan tanda terima kasih pada kaisar. Setiap tahun juga telah ditetapkan bahwa rakyat wajib untuk membakar kemenyan untuk menyembah kaisar dalam kuil. Orang-orang Kristen yang hidup pada masa ini mengalami tekanan dari para pembesar pemerintah. Namun, demi iman kepercayaan mereka yang terus mereka pertahankan mereka rela untuk dianiaya dan dibunuh. Hal ini menyebabkan banyak orang Kristen yang menjadi martir.
Remove ads
Apokaliptik
Kitab Wahyu merupakan sebuah kitab yang mengutarakan pemikiran serta kesusasteraan apokaliptik.[16] Pemikiran dan jenis sastra apokaliptik sebetulnya sudah berkembang di kalangan orang-orang Yahudi sejak zaman kelompok Makabe (abad ke-2 SM) sampai akhir abad ke-2Masehi (sekitar tahun 200).[16] Kesusasteraan apokaliptik dalam kitab Wahyu diperlihatkan dengan adanya berbagai macam bentuk penglihatan.[16] Penglihatan yang disampaikan terutama menyangkut pada zaman terakhir.[16] Pada zaman terakhir ini, kuasa-kuasa jahat akan menindas umat yang setia pada ajaran agama, tetapi pada akhirnya kejahatan itu akan dihancurkan dan umat yang beriman akan diselamatkan.[16]Kristus akan menang melawan kejahatan dan membebaskan semua umat beriman.[16]
Penglihatan-penglihatan dalam kitab Wahyu penuh dengan kiasan dan lambang yang sulit untuk dipahami.[16] Namun, kiasan dan lambang dalam kitab Wahyu tidak dapat dimengerti secara harafiah.[16] Lambang tersebut tidak dapat digambarkan atau dikhayalkan sebagai suatu kenyataan.[16]
Remove ads
Memahami Kitab Wahyu
Ringkasan
Perspektif
Dalam memahami Kitab Wahyu, terdapat tiga macam pandangan teologis yang sangat menentukan cara pendekatan untuk memahami Kitab Wahyu antara lain pandangan profetis, pandangan spiritualistis, dan pandangan historis-kritis.
Pandangan Profetis
Pandangan profetis menganggap Wahyu sepenuhnya merupakan nubuatan tentang akhir zaman, terutama jika dihubungkan dengan Kitab Daniel dan bagian-bagian eskatologis lain dalam Alkitab. Pandangan profetis terbagi dalam tiga aliran yaitu pandangan preteris, pandangan futuris, dan pandangan historis. Pandangan preteris berusaha memahami Kitab Wahyu dengan melihat peristiwa-peristiwa pada abad pertama, misalnya mengenai penganiayaan terhadap gereja yang digambarkan seperti metafora "ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi" (Wahyu 17:5). Hal lain lagi yaitu Harmagedon (Wahyu 16:6) dipandang sebagai penghakiman Allah atas orang-orang Yahudi yang dilakukan oleh prajurit-prajurit Romawi yang digambarkan sebagai binatang.
Pandangan futuris menganggap semua atau sebagian besar nubuat Wahyu adalah mengenai peristiwa yang akan terjadi pada masa depan, menjelang kedatangan Kristus kedua. Pandangan futuris juga memercayai bahwa kesengsaraan dahsyat akan terjadi yakni periode tujuh tahun, ketika orang percaya di seluruh dunia akan mengalami penganiayaan dan kesyahidan serta akan disucikan dan dikuatkan olehnya. Pandangan futuris ini pertama kali dimunculkan oleh dua orang penulis Katolik yaitu Manuel Lacunza dan Ribera. Pandangan historis menganggap Wahyu sebagai nubuat untuk rentang waktu dari abad pertama hingga kedatangan Yesus yang kedua. Secara politis, simbol-simbol dalam kitab ini dimaknai sebagai nubuat mengenai perpecahan tahap demi tahap dan kejatuhan kekaisaran Romawi, timbulnya perpecahan di EropaBarat dan bangkitnya kerajaan Islam di Timur. Secara gerejawi Wahyu dipahami`sebagai nubuat mengenai perluasan gereja, bahwa setelah penganiayaan yang dialami, gereja terus berkembang hingga menaklukkan seluruh dunia.
Pandangan Spiritualistis
Pandangan ini menekankan makna spiritual di balik pewartaan Kitab Wahyu. Penglihatan-penglihatan yang dipaparkan dalam kitab ini dipahami sebagai ungkapan kebenaran rohani yang kekal, yang selalu dinyatakan di sepanjang sejarah. Dalam pandangan ini, pewartaan kitab Wahyu selalu dimaknai secara alegoris. Gambaran-gambaran yang ada di dalamnya dianggap sebagai alegori peristiwa-peristiwa di akhir zaman.
Pandangan Historis Kritis
Pandangan ini memahami Kitab Wahyu dengan pendekatan historis-kritis. Menurut pandangan ini, pesan kitab Wahyu tidak mungkin dipahami tanpa analisis historis atas latar belakang penulisannya. Bahasa-bahasa apokaliptis yang digunakan dapat dipahami apabila latar belakang konteksnya lebih dahulu diketahui. Pandangan historis-kritis memahami kitab wahyu dalam konteks historis abad pertama dalam sastra apokaliptikYahudi dan Kristen.
Garis Besar
Garis Besar Kitab Wahyu:
Ilustrasi dari Kiamat Bamberg tentang Anak Manusia di antara tujuh kaki dian.
Wahyu Yesus Kristus
Wahyu Yesus Kristus disampaikan kepada Yohanes melalui penglihatan kenabian. (1:1–9)
Yohanes diperintahkan oleh "seorang yang seperti Anak Manusia" untuk menuliskan semua yang ia dengar dan lihat, dari penglihatan-penglihatan nubuat, kepada Tujuh Jemaat di Asia Kecil. (1:10–13)
Penampakan "seorang yang seperti Anak Manusia" diberikan, dan ia menyingkapkan apa yang dilambangkan oleh ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian. (1:14–20)
Peta Anatolia Barat (dahulu termasuk Asia Kecil) menunjukkan pulau Patmos dan tujuh kota yang disebutkan dalam Kitab Wahyu.Pesan untuk tujuh gereja di Asia. Surat-surat ini berbentuk sastra "surat-surat penguasa" Persia: konon merupakan dekrit kerajaan yang ditulis di kuil-kuil pagan besar untuk membuktikan "kebenaran" kuno mereka dengan menunjukkan manajemen kerajaan: bentuk yang masih kontemporer ini biasanya berisi kalimat-kalimat proklamasi, pengetahuan, pujian, teguran, dan penghakiman.[23]
Efesus: Dari gereja ini, "barangsiapa menang, ia akan diberi makan dari pohon kehidupan yang ada di tengah-tengah Taman Firdaus Allah." (2:1–7)
Dipuji karena tidak menoleransi orang-orang jahat, menguji mereka yang mengaku rasul padahal bukan, dan mendapati mereka pendusta; membenci perbuatan Nikolai; bertekun dan memiliki kesabaran.
Dinasihati untuk "melakukan pekerjaan yang semula" dan bertobat karena telah meninggalkan "kasih mereka yang semula."
Smirna (modern İzmir): Dari gereja ini, mereka yang setia sampai mati, akan diberikan "mahkota kehidupan." Barangsiapa menang, ia tidak akan disakiti oleh kematian kedua. (2:8–11)
Dipuji karena menjadi "kaya" saat miskin dan dalam kesengsaraan.
Dinasihati untuk tidak takut pada "jemaah Setan", atau takut pada kesengsaraan sepuluh hari dengan dijebloskan ke dalam penjara.
Pergamus: Dari gereja ini, siapa pun yang menang akan diberi manna yang tersembunyi untuk dimakan dan batu putih dengan nama rahasia di atasnya." (2:12–17)
Dipuji karena berpegang teguh pada "nama-Ku", tidak menyangkal "iman-Ku" bahkan pada zaman Antipas, "martir-Ku yang setia."
Ditegur untuk bertobat karena telah memegang ajaran Bileam, yang mengajar Balak untuk menaruh batu sandungan di hadapan bangsa Israel; memakan persembahan berhala, melakukan percabulan, dan memegang "ajaran pengikut Nikolaus."
Kepada Jemaat di Pergamus dan Tiatira.Tiatira: Dari jemaat ini, barangsiapa menang sampai akhir, akan diberikan kuasa atas bangsa-bangsa untuk menghancurkan mereka dengan tongkat besi; kepadanya juga akan diberikan "bintang timur." (2:18–29)
Dipuji atas pekerjaan, kasih, pelayanan, iman, dan kesabaran mereka.
Ditegur untuk bertobat karena membiarkan seorang "nabi perempuan" mempromosikan percabulan dan memakan persembahan berhala.
Sardis: Dari gereja ini, dia yang menang akan dikenakan pakaian putih, dan namanya tidak akan dihapus dari Kitab kehidupan; namanya juga akan diakui di hadapan Bapa dan para malaikat-Nya. (3:1–6)
Diperingatkan untuk berjaga-jaga dan menguatkan karena pekerjaan mereka belum sempurna di hadapan Tuhan.
Filadelfia (sekarang Alaşehir): Dari gereja ini, siapa pun yang menang akan dijadikan pilar di bait suci Allah, yang memiliki nama Allah, nama kota Allah, "Yerusalem Baru", dan nama baru Anak Allah. (3:7–13)
Dipuji karena memiliki kekuatan, menaati "firman-Ku", dan tidak menyangkal "nama-Ku."
Diingatkan untuk berpegang teguh pada apa yang mereka miliki, agar tidak seorang pun dapat mengambil mahkotanya.
Laodikia: Dari gereja ini, siapa pun yang menang akan diberi kesempatan untuk duduk bersama Anak Allah di takhta-Nya. (3:14–22)
Dinasihati untuk bersemangat dan bertobat dari sikap "suam-suam kuku"; mereka diinstruksikan untuk membeli "emas yang dimurnikan dalam api", agar mereka menjadi kaya; untuk membeli "pakaian putih", agar mereka dapat berpakaian, agar aib ketelanjangan mereka tidak terungkap; untuk mengurapi mata mereka dengan salep mata, agar mereka dapat melihat.
Anak Domba dengan Kitab dan Tujuh Meterai.Dihadapan Tahta Tuhan
Takhta Allah tampak, dikelilingi oleh dua puluh empat takhta dengan dua puluh empat tua-tua yang duduk di dalamnya. (4:1–5)
Keempat makhluk hidup diperkenalkan. (4:6–11)
Sebuah gulungan dengan tujuh meterai dipersembahkan dan dinyatakan bahwa Singa dari suku Yehuda, dari "Tunas Daud", adalah satu-satunya yang layak membuka gulungan ini. (5:1–5)
Ketika "Anak Domba bertanduk tujuh dan bermata tujuh" itu mengambil gulungan itu, makhluk-makhluk surga tersungkur di hadapan Anak Domba untuk memuji-Nya, bersama dengan berjuta-juta malaikat dan makhluk-makhluk di bumi. (5:6–14)
"Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan." Penunggang Putih dari Tolkovy Apocalyps, Moskow, abad ke-17Meterai Pertama: Seekor kuda putih muncul, yang penunggangnya yang bermahkota memiliki busur untuk menaklukkan. (6:1–2)
Meterai Kedua: Seekor kuda merah muncul, yang penunggangnya diberikan "pedang besar" untuk mengambil kedamaian dari bumi. (6:3–4)
Meterai Ketiga: Seekor kuda hitam muncul, dan penunggangnya memegang "sepasang neraca di tangannya", lalu terdengar suara yang berkata, "Sesuka gandum seharga satu dinar, dan tiga suka jelai seharga satu dinar; dan engkau tidak merusakkan minyak dan anggur itu." (6:5–6)
Meterai Keempat: Seekor kuda pucat muncul, yang penunggangnya adalah Kematian, dan Hades mengikutinya. Maut diberikan seperempat bagian bumi, untuk membunuh dengan pedang, dengan kelaparan, dengan maut, dan dengan binatang-binatang buas di bumi. (6:7–8)
Meterai Kelima: "Di bawah mezbah", muncullah jiwa-jiwa para martir demi "firman Allah", yang berseru menuntut pembalasan. Mereka diberi jubah putih dan diperintahkan untuk beristirahat sampai kemartiran saudara-saudara mereka selesai. (6:9–11)
Meterai Keenam: (6:12–17)
Terjadi gempa bumi besar dimana “matahari menjadi hitam seperti kain kabung rambut, dan bulan seperti darah” (6:12).
Bintang-bintang di langit jatuh ke bumi dan langit surut seperti gulungan yang digulung (6:13–14).
Setiap gunung dan pulau dipindahkan dari tempatnya (6:14).
Orang-orang bumi berlindung di gua-gua di pegunungan (6:15).
Para penyintas berseru agar gunung-gunung dan batu-batu jatuh menimpa mereka, agar mereka terlindungi dari "murka Anak Domba". (6:16).
Interlude: 144.000 orang Ibrani dimeteraikan.
144.000 dari Dua Belas Suku Israel dimeteraikan sebagai hamba Tuhan di dahi mereka (7:1–8)
Suatu kumpulan besar orang berdiri di hadapan Tahta Allah, yang keluar dari Kesusahan Besar, berpakaian jubah yang dibuat "putih dalam darah Anak Domba" dan memegang daun palem di tangan mereka.(7:9–17)
Meterai Ketujuh: Memperkenalkan tujuh terompet (8:1–5)
"Keheningan di surga selama kira-kira setengah jam" (8:1).
Tujuh malaikat masing-masing diberi sangkakala (8:2).
Malaikat kedelapan mengambil "pedupaan emas", yang diisi dengan api dari mezbah surgawi, dan melemparkannya ke bumi (8:3-5). Yang terjadi selanjutnya adalah "gemuruh guntur, gemuruh, kilat, dan gempa bumi" (8:5).
Setelah malaikat kedelapan menghancurkan bumi, ketujuh malaikat yang disebutkan di ayat 2 bersiap untuk meniup sangkakala mereka (8:6).
Tujuh Terompet dan malaikat dengan pedupaan.Tujuh sangkakala dibunyikan (Terlihat di Bab 8, 9, dan 11).
Terompet Pertama: Hujan es dan api, bercampur darah, dilemparkan ke bumi, membakar habis sepertiga pepohonan dan rumput hijau. (8:6–7)
Terompet Kedua: Sesuatu yang menyerupai gunung besar, terbakar api, jatuh dari langit dan mendarat di lautan. Ia membunuh sepertiga makhluk laut dan menghancurkan sepertiga kapal di laut. (8:8–9)
Terompet Ketiga: Sebuah bintang besar, bernama Apsintus, jatuh dari langit dan meracuni sepertiga sungai dan mata air. (8:10–11)
Terompet Keempat: Sepertiga matahari, bulan, dan bintang-bintang menjadi gelap, menciptakan kegelapan total selama sepertiga siang dan malam. (8:12–13)
Terompet Kelima: Celaka Pertama (9:1–12)
Sebuah "bintang" jatuh dari langit (9:1).
“Bintang” ini diberikan “kunci jurang maut” (9:1).
"Bintang" itu kemudian membuka jurang maut. Ketika ini terjadi, "asap mengepul dari [Jurang Maut] seperti asap dari tungku raksasa. Matahari dan langit menjadi gelap karena asap dari Jurang Maut" (9:2).
Malaikat Keempat membunyikan terompetnya, Kiamat 8, Komentar tentang Kiamat, ca950Dari dalam asap itu keluarlah belalang-belalang yang "diberikan kuasa seperti kalajengking di bumi" (9:3), yang diperintahkan untuk tidak menyakiti siapa pun atau apa pun, kecuali orang-orang yang tidak diberi "meterai Allah" di dahi mereka (dari pasal 7) (9:4).
"Belalang-belalang" digambarkan memiliki rupa manusia (wajah dan rambut) tetapi bertaring singa, dan mengenakan "baju zirah besi"; suara sayap mereka menyerupai "gemuruh banyak kuda dan kereta perang yang sedang bergegas ke medan perang" (9:7-9).
Sangkakala Keenam: Celaka Kedua (9:13-21)
Keempat malaikat yang terikat ke sungai besar Efrat dilepaskan untuk mempersiapkan dua ratus juta pasukan berkuda.
Bala tentara ini membunuh sepertiga umat manusia dengan tulah api, asap, dan belerang.
Interlude: Gulungan kecil. (10:1–11)
Seorang malaikat muncul, dengan satu kaki di laut dan satu kaki di darat, memegang sebuah kitab kecil yang terbuka di tangannya.
Setelah malaikat berseru, tujuh guruh mengungkapkan misteri dan rahasia yang tidak boleh dituliskan oleh Yohanes.
Yohanes diperintahkan untuk memakan gulungan kitab kecil yang terasa manis di mulutnya, tetapi pahit di perutnya, dan untuk bernubuat.
Yohanes diberi tongkat pengukur untuk mengukur Bait Allah, mezbah, dan orang-orang yang beribadah di sana.
Di luar Bait Suci, di pelataran kota suci, kota itu diinjak-injak oleh bangsa-bangsa selama empat puluh dua bulan(3½ tahun).
Dua orang saksi bernubuat selama 1.260 hari, sambil mengenakan kain kabung. (11:1–14)
Bait Allah terbuka di surga, tempat tabut perjanjian-Nya terlihat. Ada kilat, suara gemuruh, guntur, gempa bumi, dan hujan es yang dahsyat.
Tujuh Tokoh Rohani. (Peristiwa menjelang Malapetaka Ketiga)
Wanita dan Naga.Seorang perempuan "berpakaian jubah putih, dengan matahari di punggungnya, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya" sedang hamil anak laki-laki. (12:1–2)
Seekor naga besar (dengan tujuh kepala, sepuluh tanduk, dan tujuh mahkota di kepalanya) menyeret sepertiga bintang di langit dengan ekornya, lalu melemparkannya ke bumi. (12:3–4). Naga itu menunggu kelahiran anak itu agar ia dapat melahapnya. Namun, beberapa saat setelah anak itu lahir, ia diangkat ke takhta Allah sementara perempuan itu melarikan diri ke padang gurun ke tempatnya yang telah dipersiapkan Allah untuk mereka makan di sana selama 1.260 hari. (3½ tahun). (12:5–6). Perang pecah di surga antara Mikail dan Naga, yang diidentifikasi sebagai Ular tua itu, Iblis, atau Setan (12:9). Setelah pertarungan hebat, Naga dan para malaikatnya diusir dari Surga untuk selamanya, diikuti dengan pujian kemenangan bagi kerajaan Allah. (12:7–12). Naga itu berniat menganiaya Perempuan itu, tetapi ia diberi bantuan untuk menghindarinya. Tindakan menghindar perempuan itu membangkitkan amarah Naga, mendorongnya untuk berperang melawan keturunannya yang lain, yang menaati perintah-perintah Allah dan memiliki kesaksian Yesus Kristus. (12:13–17)
Binatang yang mirip macan tutul berkepala tujuh.Seekor Binatang (dengan tujuh kepala, sepuluh tanduk, dan sepuluh mahkota di tanduk-tanduknya dan di kepalanya tertulis nama-nama penghujatan) muncul dari Laut, dengan satu kepala yang terluka parah yang kemudian disembuhkan. Orang-orang di dunia takjub dan mengikuti Binatang itu. Naga itu memberinya kuasa dan otoritas selama empat puluh dua bulan. (13:1–5)
Binatang Laut menghujat nama Allah (beserta kemah pertemuan Allah dan kerajaan-Nya dan semua yang diam di Surga), berperang melawan orang-orang kudus, dan mengalahkan mereka. (13:6–10)
Kemudian, seekor Binatang muncul dari Bumi, bertanduk dua seperti anak domba, dan berbicara seperti seekor naga. Ia memerintahkan orang-orang untuk membuat patung Binatang Laut yang terluka namun tetap hidup, menghembuskan nafas kehidupan ke dalamnya, dan memaksa semua orang untuk menanggung "tanda Binatang". Angka binatang itu menurut Alkitab adalah "666". Peristiwa-peristiwa menjelang Malapetaka Ketiga:
Anak Domba berdiri di Gunung Sion bersama 144.000 "buah sulung" yang ditebus dari Bumi dan menang atas Binatang beserta tanda dan patungnya. (14:1–5)
Pernyataan tiga malaikat. (14:6–13)
Seseorang seperti Anak Manusia menuai bumi. (14:14–16)
Malaikat kedua menuai "pohon anggur di Bumi" dan melemparkannya ke dalam "kilang anggur besar, yaitu murka Allah... dan dari kilang anggur itu mengalir darah... sampai seribu enam ratus stadia." (14:17–20)
Bait Suci Kemah Suci, di Surga, dibuka (15:1–5), menandai dimulainya pewahyuan "Tujuh Cawan".
Tujuh malaikat diberi sebuah cawan emas, dari Empat Makhluk Hidup, yang berisi tujuh tulah terakhir yang membawa murka Allah. (15:6–8)
Cawan Pertama: Sebuah "bisul yang busuk dan ganas" menimpa para pengikut Binatang itu. (16:1–2)
Cawan Kedua: Laut berubah menjadi darah dan segala isinya mati. (16:3)
Cawan Ketiga: Semua air tawar berubah menjadi darah. (16:4–7)
Cawan Keempat: Matahari menghanguskan Bumi dengan panas yang menyengat dan bahkan membakar beberapa orang dengan api. (16:8–9)
Cawan Kelima: Kegelapan total dan penderitaan yang hebat melanda kerajaan Binatang itu. (16:10–11)
Cawan Keenam: Sungai Besar Efrat mengering dan persiapan dilakukan untuk raja-raja Timur dan pertempuran terakhir di Armagedon antara kekuatan baik dan jahat. (16:12–16)
Cawan Ketujuh: Gempa bumi dahsyat dan hujan es yang lebat: "setiap pulau lenyap dan gunung-gunung tidak ditemukan lagi." (16:17–21)
Akibatnya: Penglihatan Yohanes diberikan oleh "seorang malaikat yang membawa ketujuh cawan"
Pelacur besar yang duduk di atas Binatang merah tua (dengan tujuh kepala dan sepuluh tanduk dan nama-nama hujat di sekujur tubuhnya) dan di tepi banyak udara: Babel Besar. Malaikat yang menunjukkan kepada Yohanes penglihatan tentang Pelacur dan Binatang merah tua mengungkapkan identitas dan nasib mereka (17:1–18)
Babel Baru dihancurkan. (18:1–8)
Penduduk bumi (raja, pedagang, pelaut, dll.) berduka atas kehancuran Babilonia Baru. (18:9–19)
Keabadian kehancuran Babel Baru. (18:20–24)
Perjamuan Kawin Anak Domba
Banyak orang memuji Tuhan. (19:1–6)
Perjamuan Kawin Anak Domba. (19:7–10)
Penghakiman atas dua Binatang, Naga, dan Orang Mati (19:11–20:15)
Binatang dan Nabi Palsu dilemparkan ke dalam Lautan Api. (19:11–21)
Naga dipenjarakan di Jurang Maut selama seribu tahun. (20:1–3)
Para martir yang dibangkitkan hidup dan memerintah bersama Kristus selama seribu tahun. (20:4–6)
Setelah Seribu Tahun
Naga itu dilepaskan dan pergi menyesatkan bangsa-bangsa di keempat penjuru bumi—Gog dan Magog—dan mengumpulkan mereka untuk berperang di kota suci. Naga itu berperang melawan umat Allah, tetapi dikalahkan. (20:7–9)
Naga itu dilemparkan ke dalam Lautan Api bersama Binatang Buas dan Nabi Palsu. (20:10)
Penghakiman Terakhir: orang-orang jahat, bersama Maut dan Hades, dilemparkan ke dalam Lautan Api, yang merupakan kematian kedua. (20:11–15)
Malaikat yang menunjukkan kepada Yohanes Yerusalem Baru, dengan Anak Domba Allah di tengahnya.Langit dan Bumi Baru, dan Yerusalem Baru
"Langit baru" dan "bumi baru" menggantikan langit dan bumi yang lama. Tidak ada lagi penderitaan atau kematian. (21:1–8)
Allah datang untuk tinggal bersama umat manusia di Yerusalem Baru. (21:2–8)
Deskripsi Yerusalem Baru. (21:9–27)
Sungai Kehidupan dan Pohon Kehidupan muncul untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Kutukan dosa telah berakhir. (22:1–5)
Kesimpulan
Keyakinan Kristus bahwa kedatangan-Nya sudah dekat. Peringatan terakhir. (22:6–21)
Remove ads
Muatan Teologi
Ringkasan
Perspektif
Eskatologi
Pemahaman eskatologis kitab ini terdapat dalam Wahyu 1:7, di sana digambarkan mengenai peristiwa kedatangan Kristus yang kedua kalinya.[24] Selain itu, eshkatologi kitab ini juga bukan lagi peristiwa masa depan yang dinantikan, melainkan peristiwa masa kini yang mendemonstrasikan kuasa Allah, karena Yesus berkata "Aku datang segera". Selain itu, tema kerajaan Allah dalam kitab Wahyu dipengaruhi oleh pengertian kerajaan seribu tahun.[24] Sebelum adanya kerajaan seribu tahun, pasti akan ada kesusahan yang besar, tetapi kesusahan tersebut akan hilang ketika Kristus mengalahkan sumber kesusahan.[24]
Etika
Dasar etika Kristen dalam kitab Wahyu dikemukakan dalam Wahyu 1:5, "...memang Tuhan menyelamatkan umatnya dari tanah Mesir, tetapi sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya." Secara simbolis dan tipologis, pengalaman Israel ini merupakan ilustrasi bagi gereja. Dalam Yesus, Allah telah menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka pada masa lalu, tetapi mereka yang tidak percaya akan dibinasakan. Berita ini merupakan dasar perintah di mana orang beriman dipanggil untuk menarik garis pembatas dengan orang yang tidak beriman, sebab semua akan dihakimi berdasarkan perbuatannya. Perbuatan memiliki arti sebuah respons yang tepat terhadap karya keselamatan Allah dalam Yesus, yang telah diterima oleh orang-orang percaya.
Eklesiologi
Eklesiologi kitab Wahyu mencerminkan bahwa jemaat terdiri dari saudara-saudara laki-laki dan saudara-saudara perempuan dalam satu keluarga Allah. Semua anggota jemaat disebut sebagai hamba-hamba atau pelayan-pelayan. Bahkan malaikat pun disebutkan sebagai sesama hamba (Wahyu 22:9). Gagasan dasar ini menjelaskan struktur jabatan gereja yang diduga telah diterapkan di Asia Kecil pada akhir abad pertama. Satu-satunya jabatan khusus dalam kitab Wahyu adalah nabi, tetapi tidak menunjukkan bahwa jabatan tersebut dilembagakan. Dilihat dari sudut pandang ekumenis, penulis Wahyu sangat memperhatikan situasi jemaat lokal, sebab jemaat itu merupakan komponen yang menentukan masa depan gereja secara keseluruhan.
Remove ads
Tujuh Gereja di Asia
Yohanes diperintahkan untuk menulis surat kepada ke tujuh jemaat/gereja di Asia Kecil (Wahyu 1:4, 11) yaitu:
Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.[25]
Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka."[26]
"Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya."[27]
Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."[28]
Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.[29]
"Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!"[30]
Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.[31]
Menurut Terjemahan Baru Edisi Kedua (2023):
Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat. - Wahyu 1:3
Kemudian aku mendengar suara dari surga berkata, "Tuliskan: Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." - Wahyu 14:13
"Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya." - Wahyu 16:15
Lalu ia berkata kepadaku, "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku, "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah." - Wahyu 19:9
Berbahagia dan kuduslah orang yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia selama seribu tahun. - Wahyu 20:3
Berbahagia dan kuduslah orang yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia selama seribu tahun. - Wahyu 22:7
Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu. - Wahyu 22:14