Remove ads
Kota kuno di Turki Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Filadelfia (bahasa Yunani: Φιλαδέλφεια, translit. Filadélfeia), artinya "(kota) kasih sayang persaudaraan"; sekarang Alaşehir (pengucapan bahasa Turki: [aˈɫaʃehiɾ]), adalah sebuah kota dalam zaman kuno sampai Abad Pertengahan, sekarang dinamakan kota Alaşehir di Provinsi Manisa, di daerah Aegea, negara Turki. Terletak di Lembah Kuzuçay (Cogamus, pada zaman kuno), di kaki Gunung Bozdağ (gunung Tmolus pada zaman kuno). Dataran tinggi di wilayah ini dipenuhi tanah luas dan subur dari sungai Gediz, (nama kuno: Hermus)) yang memberikan pemandangan luar biasa. Filadelfia merupakan pusat kekristenan penting pada zaman gereja mula-mula (abad pertama M) dan terus sampai ke periode Kekaisaran Bizantin. Sampai sekarang, tempat ini tetap dianggap sebagai takhta tituler Gereja Katolik.[1]
Kota yang sekarang bernama Alaşehir ini mungkin adalah salah satu kota pertama dengan nama "Filadelfia". Didirikan pada tahun 189 SM oleh Raja Eumenes II dari Pergamum (197-160 SM). Eumenes II menamai kota ini karena kasihnya pada saudara laki-lakinya, yang kelak menggantikannya, Attalus II (159-138 SM), yang kesetiaannya menyebabkan Ia diberi julukan, "Philadelphus", arti harafiahnya "orang yang mengasihi saudara laki-lakinya". Karena tidak memiliki ahli waris, Attalos III Filomitor, raja terakhir dari dinasti Attalid di Pergamum, menyerahkan kerajaannya, termasuk kota Filadelfia, kepada sekutunya, Kerajaan Romawi, pada waktu Ia meninggal pada tahun 133 SM. Roma membentuk Provinsi Asia pada tahun 129 SM dengan menggabungkan Ionia dan bekas wilayah Kerajaan Pergamum.
Filadelfia berada dalam distrik administratif Sardis.[2] Pada tahun 17 M, kota ini rusak berat akibat gempa bumi, sehingga Kaisar Tiberius memberi pembebasan pajak (Tacitus Annales 2.47, cf. Strabo 12.8.18, 13.4.10, John Lydus de mensibus 4.115). Sebagai balasan, kota itu memberikan berbagai penghormatan kepada Tiberius. Bukti dari mata uang logam menunjukkan bahwa kaisar Caligula pernah membantu kota ini. Di bawah pemerintahan kaisar Vespasian, Filadelfia menerima cognomen-nya, Flavia. Di bawah Caracalla, Filadelfia menjadi tempat berdirinya satu kultus imperial; mata uang logamnya bertuliskan Neokoron (arti harafiahnya, "penyapu kuil"/"temple-sweeper"--pengurus kuil). Sebuah teater kecil berada di pinggiran utara bukit Toptepe, merupakan apa yang tersisa dari kota ini dari zaman Romawi.
Meskipun sejumlah kota kuno juga bernama Filadelfia, kota ini jelas adalah salah satu dari tujuh kota di Asia Kecil yang disebutkan oleh Yohanes (pada waktu di pulau Patmos) dalam tiga pasal pertama kitab tulisannya, Wahyu kepada Yohanes.[3] Kitab ini diyakini ditulis di akhir abad pertama Masehi, kemungkinan besar pada zaman kaisar Domitian. Filadelfia adalah kota keenam dari tujuh kota yang dikirimi surat oleh Yohanes.[4] Bagian surat yang secara khusus ditujukan kepada jemaat gereja di Filadelfia tercantum dalam Wahyu 3:7–13.
Filadelfia merupakan kota makmur pada zaman Bizantin, sehingga disebut "Athena kecil" ("little Athens") pada abad ke-6 M karena banyaknya festival dan kuil-kuil.[5] Hal ini mengindikasikan bahwa saat itu kota ini tidak seluruhnya beralih ke agama Kristen. Ada catatan seorang nabiah Kristen, Ammia, berasal dari Filadelfia.[6] Sekitar tahun 600 Basilika Santo Yohanes yang berkubah bulat mulai dibangun, reruntuhannya menjadi atraksi arkeologi utama sampai sekarang. Kota ini juga menjadi pusat pemberontakan melawan para penguasa Bizantin:
Pada waktu itu, keuskupan (bishopric) Filadelfia ditingkatkan menjadi metropolis.[7] Dalam abad ke -14, Filadelfia dijadikan metropolis Lydia oleh patriarkh Gereja Ortodoks Yunani di Konstantinopel, sebuah status yang masih dipegang sampai sekarang. Kehormatan ini diberikan karena kota itu tidak menyerah kepada Kekaisaran Utsmaniyah (Ottoman). Kota ini makmur terutama pada abad ke-13 dan 14; ada koloni dagang Genovese (dari Genoa) dan kota ini menjadi produsen penting barang-barang kulit dan sutera yang diwarnai merah (karena itulah sekarang diberi nama Turki, Alaşehir, yang berarti "kota merah").[8]
Tentara Yunani menguasai kota ini selama perang Yunani-Turki (1919–1922). Menurut sejumlah sumber, tentara Yunani yang mundur melakukan kebijakan bumi-hangus ketika mundur dari Anatolia selama fase akhir perang ini.[9] James Loder Park, Vice-Consul Amerika Serikat di Konstantinopel saat itu, menijau lokasi yang hancur segera setelah penduduk Yunani diungsikan, menggambarkan situasi di kota-kota sekitar daerah İzmir yang dilihatnya sebagai berikut:[10]
"Di Alaşehir, pompa tangan digunakan untuk membasahi tembok-tembok bangunan dengan Kerosen. Ketika memeriksa puing-puing kota, kami menemukan sejumlah tulang-tulang dan tengkorak, hangus dan hitam, dengan sisa rambut dan daging melekat padanya. Atas desakan kami, sejumlah kuburan yang tampaknya baru dibuat, telah digali kembali untuk kami dan kami dapat memastikan bahwa jenazah-jenazah ini tidak lebih dari empat minggu sebelumnya."
Menurut Park, 70% bangunan di Alaşehir dihancurkan oleh api, sementara Kinross menulis "Alaşehir tidak lebih dari lobang yang gelap hangus, seluruh daerah bukit rusak. Desa demi desa telah hancur menjadi tumpukan abu."[11] Diperkirakan sebanyak 3.000 jiwa telah lenyap dalam pembakaran Alaşehir.[12]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.