In vivo
From Wikipedia, the free encyclopedia
Percobaan yang bersifat in vivo (bahasa Latin untuk "di dalam makhluk hidup"; sering kali tidak dicetak miring dalam bahasa Inggris[1][2][3]) adalah studi yang menguji pengaruh berbagai entitas biologis terhadap organisme atau sel hidup secara keseluruhan; biasanya hewan, manusia, dan tumbuhan, dibandingkan dengan ekstrak jaringan atau organisme mati. Hal ini berbeda dengan eksperimen yang dilakukan secara in vitro (“di dalam kaca”), yaitu di lingkungan laboratorium yang menggunakan tabung reaksi, cawan Petri, dll. Contoh investigasi in vivo meliputi: patogenesis penyakit dengan membandingkan efek dari infeksi bakteri akibat paparan racun bakteri yang dimurnikan; pengembangan obat non-antibiotik, antiviral, dan obat baru secara umum; dan prosedur bedah baru. Oleh karena itu, percobaan pada hewan dan uji klinis merupakan elemen utama penelitian in vivo. Pengujian in vivo sering digunakan dibandingkan in vitro karena lebih cocok untuk mengamati dampak keseluruhan percobaan pada subjek hidup. Dalam penemuan obat misalnya, verifikasi kemanjuran in vivo sangatlah penting, karena pengujian in vitro terkadang memberikan hasil yang menyesatkan dengan molekul kandidat obat yang tidak relevan secara in vivo (misalnya, karena molekul tersebut tidak dapat mencapai tempat kerjanya secara in vivo, misalnya akibat katabolisme yang cepat di hati).[4]
Mikrobiolog asal Inggris, yakni Profesor Harry Smith dan rekan-rekannya pada pertengahan tahun 1950an menemukan bahwa filtrat steril serum dari hewan yang terinfeksi bakteri Bacillus anthracis bersifat mematikan bagi hewan lain; sedangkan ekstrak cairan kultur dari organisme yang sama, yang ditanam secara in vitro tidak mematikan. Penemuan toksin antraks melalui penggunaan percobaan in vivo mempunyai dampak besar pada studi patogenesis penyakit menular.
Pepatah in vivo veritas ("dalam makhluk hidup [ada] kebenaran")[5] adalah plesetan dari in vino veritas ("dalam minuman anggur [ada] kebenaran"), sebuah pepatah terkenal.