Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Hethum I (1213—21 Oktober 1270) (juga ditransliterasikan Hethoum, Hetoum, Het'um, atau Hayton dari bahasa Armenia: Հեթում Armen) adalah seorang raja yang memerintah Kerajaan Armenia Kilikia (juga dikenal sebagai "Armenia Kecil") dari tahun 1226 hingga 1270. Dia adalah putra Konstantinus, Penguasa Baberon (wafat tahun 1263) dan Putri Alix Pahlavouni dari Lampron (sepupu ketiga dari Leo I ) dan merupakan pendiri dinasti yang menyandang namanya: Hethumid. Karena hubungan diplomatik dengan Kekaisaran Mongol, Hethum sendiri melakukan perjalanan ke istana Mongol di Karakorum, Mongolia,[1] yang dicatat dalam laporan terkenal The Journey of Haithon, King of Little Armenia, To Mongolia and Back ("Perjalanan Haithon, Raja Armenia Kecil, Ke Mongolia dan Kembali") oleh kompatriotnya, sejarawan Armenia Kirakos Gandzaketsi.
Ayah Hethum, Konstantinus, telah menjadi wali bagi Ratu Isabella dari Armenia selagi muda.[2] Isabella awalnya menikah dengan Philip (1222-1225), putra Bohemond IV dari Antiokhia.[2] Namun, Konstantinus telah mengusir Philip, dan sebaliknya memaksa Isabella untuk menikah dengan putranya sendiri, Hethum, pada 4 Juni 1226, untuk menjadikan Isabella dan Hethum sebagai penguasa bersama.[2] Pasangan ini memiliki enam anak:
Hethum adalah pemain utama dalam pergumulan politik dan pergeseran persekutuan di seluruh negara-negara Tentara Salib, karena bangsa Armenia memiliki hubungan dengan semua pihak. Mereka terutama bersekutu dengan bangsa Eropa, tetapi selama masa pemerintahan Hethum, Kekaisaran Mongol yang berkembang pesat menjadi perhatian. Ketika pasukan Mongol mendekati perbatasan Kapadokia dan Kilikia, Raja Hethum membuat keputusan strategis untuk tunduk kepada suzerenitas Mongol,[5][6][7][8] dan mengirim saudara laki-lakinya Sempad ke istana Mongol di Karakorum. Di sana, Sempad bertemu Khan Agung Güyük, dan membuat sebuah perjanjian resmi pada tahun 1247 dengan Armenia Kilikia dianggap sebagai negara vasal Kekaisaran Mongol. Pada tahun 1254, Hethum sendiri melakukan perjalanan melalui Asia Tengah ke Mongolia untuk memperbarui perjanjian, melewati negara-negara Turki di Asia Kecil timur, kamp Mongol di Kars di Armenia Raya, Gerbang Besi Derbent di pantai barat Laut Kaspia, dan dari sana melintasi Asia ke Karakorum.[9] Dia membawa banyak hadiah mewah, dan bertemu dengan Möngke Khan (sepupu Güyük). Laporan perjalanannya dicatat oleh seorang anggota rombongannya, Kirakos Gandzaketsi dalam The Journey of Haithon, King of Little Armenia, To Mongolia and Back ("Perjalanan Haithon, Raja Armenia Kecil, Ke Mongolia dan Kembali"). "Perjalanan Haithon" kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia, Prancis, Inggris,[10] dan Tionghoa. Narasi tersebut penting untuk pengamatannya mengenai Mongol, Buddhis, dan budaya, geografi, dan satwa liar Tiongkok.
Dalam perjalanan kembali dari Karakorum, Hethum melewati Samarkand dan Persia utara, juga mengunjungi pemimpin Mongol Bayju, dan dia hadir di kampnya untuk menjadi saksi kemenangan Bayju di Asia Kecil melawan pasukan Turk Seljuk.[11]
Hethum sangat mendorong para penguasa Franka lainnya untuk mengikuti langkahnya dan tunduk kepada suzerenitas Mongol, tetapi satu-satunya yang melakukannya adalah menantu Hethum, Bohemond VI dari Antiokhia, yang menyatakan tunduk sekitar tahun 1259. Pasukan Armenia bersama pasukan Mongol yang merebut Baghdad pada tahun 1258, dan pasukan Armenia maupun Antiokhia bertempur dalam Tentara Mongol di bawah Hulagu pada Pengepungan Aleppo dan Kejatuhan Damaskus tahun 1260.[12][13] Catatan-catatan sejarah, mengutip tulisan dari sejarawan abad pertengahan Templar dari Tirus, sering menceritakan kisah dramatis tentang tiga penguasa Kristen (Hethum, Bohemond, dan Jenderal Mongol Kitbuqa) yang memasuki kota Damaskus bersama-sama dalam kemenangan,[13][14] meskipun para sejarawan modern telah meragukan cerita ini sebagai apokrifa.[15][16][17]
Terlepas dari perluasan teritorial Mongol, pada bulan September 1260, pasukan Mamluk Mesir bersatu kembali, mengalahkan pasukan Mongol dalam pertempuran bersejarah di Ain Jalut dan memukul mundur mereka melintasi Sungai Eufrat. Pasukan Mongol tidak merebut Suriah lagi hingga tahun 1299–1300, ketika mereka kembali menguasainya hanya selama beberapa bulan.
Selama tahun-tahun terakhir masa pemerintahan Hethum, sebagian besar sebagai akibat dari dukungan aktif Hethum terhadap kekaisaran Mongol,[18] kerajaannya mengalami peningkatan serangan oleh Mamluk, yang menyerbu pada tahun 1266, membawa 40.000 tawanan Armenia, (termasuk putra Hethum, Leo) dalam Bencana Mari. Hethum bisa menebus putranya dengan menyerahkan wilayah kepada Mesir. Pada Mei 1268, sekutunya Kepangeranan Antiokhia dikuasai oleh Mesir.
Hethum turun takhta pada tahun 1270 demi putranya Leo, dan menjalani sisa hidupnya di sebuah biara, sebagai seorang biarawan.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.