Loading AI tools
kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Enggano adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, Indonesia. Enggano merupakan sebuah pulau yang berada di wilayah barat daya provinsi Bengkulu dan secara administratif merupakan kecamatan paling jauh dari kabupaten Bengkulu Utara. Ibu kota kecamatan Enggano berada di desa Apoho.
Marco Polo diduga adalah orang pertama yang mencatat keberadaan Pulau Enggano saat melakukan perjalanan kembali ke Venesia setelah 24 tahun di Asia.[2] Pada 1345 atau 53 tahun setelah Marco Polo, Ibnu Batutah juga mencatat keberadaan "Pulau Telanjang" di selatan Pulau Sumatra.[3][4][5][6] Meski demikian, tidak diketahui apakah keduanya mendarat di Pulau Enggano.
Terdapat catatan-catatan awal pendaratan pelaut-pelaut Eropa ke Pulau Enggano. Pelaut Eropa yang tercatat pertama kali mendarat di Pulau Enggano adalah pelaut Portugis di bawah pimpinan Alvaro Talesso atau Alonzo Talesso. Pada 1506, kapalnya terhempas badai sehingga mereka terdampar di Pulau Enggano. Pada 5 Juni 1596, ekspedisi Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman tercatat mendarat di Pulau Enggano.[7]
Sejak 1596 hingga 1771, tidak ada orang Eropa yang hadir secara terus menerus di Pulau Enggano.[7] Meski Belanda pernah melakukan ekspedisi dari Batavia pada 1645, Pulau Enggano termasuk pulau yang mereka telantarkan. Pada 1684, Pulau Enggano berada di bawah kekuasaan Inggris bersamaan dengan keberhasilan mereka merebut Bengkulu dari Belanda.[7] Catatan pertama tentang keberadaan masyarakat adat Enggano berasal dari buku catatan pelayaran pelaut Inggris bernama Charles Miller yang berlayar dari Bengkulu ke Pulau Enggano pada 1771.[8]
Enggano saat ini sudah memiliki beberapa sarana dan prasarana yang lumayan bagus walaupun beberapa diantaranya masih dalam tahap pembangunan dan pengerjaan. Enggano memiliki 1 kantor camat yang berlokasi di desa Apoho, 2 buah puskesmas yang masih-masing terletak di Apoho dan Banjarsari, 2 buah dermaga yakni di Kahyapu dan Malakoni, 1 buah bandara di perbatasan antara Meok dan Banjarsari, 1 buah area peluncuran satelit dalam tahap awal, jalan raya beraspal sepanjang 35,5 km, jalan tanah sepanjang 18 km, 1 buah SMA di Malakoni, 2 buah SMP di Kahyapu dan Apoho, 5 buah SD inpress dan 1 buah perpustakaan di Meok. Bandara juga sudah dibangun di pulau ini, yakni Bandar Udara Enggano, khususnya tujuan Kota Bengkulu.[9]
Penduduk asli Pulau Enggano adalah Suku Enggano, yang terbagi menjadi lima puak asli (penduduk setempat menyebutnya suku). Semuanya berbahasa sama, bahasa Enggano. Suku atau Puak Kauno yang mulai menempati tempat ini pada zaman Belanda (sekitar tahun 1934). Di Pulau Enggano masyarakat terbagi atas sukusuku dimana masing-masing suku dikepalai seorang Ketua Suku. Penduduk asli Pulau Enggano terdiri dari Suku Kauno, Suku Kaahoao, Suku Kaharuba, Suku Kaitaro, Suku Kaaruhi, dan Suku Kaamay.[10]
Penduduk pulau ini rata-rata hidup dari perkebunan kakao dan merica atau lada yang hasilnya dijual ke Kota Bengkulu. Perkebunan terbesar di Enggano adalah perkebunan pisang yang hasilnya dijual ke Provinsi Lampung.
Sebagian besar masyarakat Pulau Enggano beragama Islam yakni 55,30%, dan sebagian lainnya beragama Kristen Protestan yakni 44,70%. Kondisi kerukunan antar umat beragama di Enggano sangat terjaga dengan baik sehingga tidak pernah terjadi konflik horizontal diantara penduduk.[10] Jumlah masjid di Enggano sebanyak 13 masjid, dan gereja Protestan di pulau Enggano sebanyak 9 bangunan gereja.[11]
Areal persawahan saat ini terdapat di Desa Kaana dan Desa Banjar Sari, luas sekitar 25 Ha dan hanya ada satu buah sungai (Sungai Kikuba) yang telah dijadikan sumber irigasi teknis. Produksi sawah di Enggano sekitar 75 ton beras per tahun. Sedangkan areal perkebunan tersebar cukup luas mulai dari Desa Kahyapu sampai dengan Desa Banjar Sari.
Perkebunan yang dikembangkan merupakan jenis perkebunan rakyat jenis cokelat, melinjo, cengkeh, kelapa, buah-buahan dan kopi. Masyarakat Pulau Enggano mengelola peternakan kerbau, sapi, kambing, ayam, dan itik dalam skala kecil. Hasil peternakan ini biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam bidang kehutanan, Pulau Enggano memiliki beragam jenis vegetasi hutan yang beraneka ragam dan cukup bernilai ekonomis. Beberapa produk kehutanan antara lain kayu merbau, kayu jambu, nehek, abihu, rengas, cemara laut, bakau,dan beringin. Berdasarkan potensi sumber daya alam yang ada, industri yang dapat dikembangkan adalah industri kerajinan tangan (seperti dari bahan rotan, kerang, mutiara dll), industri pengolahan cokelat, melinjo dan buah-buahan,industri pengawetan atau pengolahan ikan, industri budidaya seperti rumput laut dan anggrek hutan.
Beberapa obyek wisata alam yang ada di Enggano, termasuk berupa kawasan konservasi diantaranya Hutan Suaka Alam Kioyo I dan Hutan Suaka Alam Kioyo II. Kemudian ada puala Hutan Suaka Alam Teluk Klowel, Hutan Wisata Alam Tanjung Laksaha, Hutan Suaka Alam Bahuewo. Ada tempat penjelajahan hutan mangrove di Pulau Merbau dan Banjar Sari, kemudian ada tempat pengataman yang disebut Kaana.[10]
Kawasan Pulau Enggano juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari seperti selancar, memancing, wisata selam, snorkeling, wisata pantai, berenang, dan wisata desa binaan. Dalam hal wisata bahari, potensi Enggano sama dengan Mentawai, Simeulue dan Nias. Lokasi wisata bahari terdapat di perairan Pulau Dua, Pulau Merbau, Kahyapu, Pantai Teluk Harapan, TelukLabuho, Teluk Berhawe, Tanjung Kioyo, Tanjung Koomang, dan pantai di Kaana. Potensi wisata bahari lainnya yang belum banyak terungkap adalah wisata sejarah di perairan Tanjung Laksaha – Teluk Berhau, tempat di mana harta karun berada.
Berikut adalah wisata di pulau Enggano
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.