Bahasa Orang Kanaq
bagian dari rumpun bahasa Austronesia / From Wikipedia, the free encyclopedia
Bahasa Orang Kanaq atau Melayu Orang Kanaq adalah dialek bahasa Melayu yang dituturkan di Malaysia.[5] Bahasa Orang Kanaq termasuk dalam kelompok bahasa Melayu.[6]
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Bahasa Orang Kanaq di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Pemberitahuan | |
---|---|
Templat ini mendeteksi bahwa artikel bahasa ini masih belum dinilai kualitasnya oleh ProyekWiki Bahasa dan ProyekWiki terkait dengan subjek. | |
Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Terjadi [[false positive]]? Silakan laporkan kesalahan ini. | |
19.32, Jumat, 26 Juli, 2024 (UTC) • Sebanyak 1.355 artikel belum dinilai | |
![Tentang artikel](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/06/OOjs_UI_icon_add.svg/20px-OOjs_UI_icon_add.svg.png)
![Cari artikel bahasa](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/de/OOjs_UI_icon_search-ltr.svg/20px-OOjs_UI_icon_search-ltr.svg.png)
Penuturnya, Orang Kanaq tinggal di kawasan Selat Melaka dan di bagian selatan Johor.[7]
The Orang Kanaq were originally from Pulau Sekanak in the Riau Islands of Indonesia. They started to migrate to Peninsula Malaysia in around 1784. Initially, they settled at Mawai Lama, Kota Tinggi but relocated to Selayang during the Malayan Emergency during the 1950s.[8] Currently, they are situated at Kampung Sungai Selangi, Mawai, Kota Tinggi. They are considered to be one of the country's earliest inhabitants even though they have been living on the Peninsula for only about 200 years.
Out of the 147,412 Orang Asli from 18 tribes in Malaysia, the Kanaqs make up the smallest number. The inhabitants of the Sungai Selangi village comprise 87 Orang Kanaq people, including 3 Malays, from 23 families. The village took shape in 1965, with only 40 Kanaq residents from 10 families.[9]
In the past, the Orang Kanaq were slave workers tapping trees in rubber plantations. Today, they lag behind in modern technology and education and are still working as labourers in rubber and shrub plantations. It is difficult for the close-knitted Orang Kanaq community to be separated as they avoid marrying outsiders. They believe that such unions will bring curses upon their tribe. Low birthrates have caused their numbers to dwindle over the years.[10]
Although, the population of the Orang Kanaq is dwindling, according to the Center of Orang Asli concern, the Orang Kanaq language is still very much vibrant.[11]