![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e5/MCC-31231_Mozes_toont_de_wetstafelen_%25281%2529.tif/lossy-page1-640px-MCC-31231_Mozes_toont_de_wetstafelen_%25281%2529.tif.jpg&w=640&q=50)
Akulah Tuhan Allahmu
From Wikipedia, the free encyclopedia
"Akulah TUHAN, Allahmu", juga "Akulah Yahweh Allahmu" (NJB, WEB), adalah frasa pembuka dari Sepuluh Perintah Allah, yang dipahami secara luas sebagai imperatif atau keharusan moral oleh para sejarawan hukum kuno serta akademisi Alkitab Yahudi dan Kristen.[1][2]
Bagian dari sebuah serial tentang |
Sepuluh Perintah Allah |
---|
![]() |
Artikel terkait |
|
Teks dari Sepuluh Perintah Allah menurut Kitab Keluaran dimulai dengan:
Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
Kata konvensional "TUHAN" dalam terjemahan Indonesia merujuk pada kata יהוה dalam teks Ibrani (yang ditransliterasikan menjadi "YHWH"), nama diri dari Allah Israel, yang sering direkonstruksi menjadi Yahweh.[3] Terjemahan "Allah" merujuk pada kata אֱלֹהִים (yang ditransliterasikan menjadi "Elohim"), kata Ibrani biblis yang lazim untuk "allah, dewata, deitas".[butuh rujukan]
Pengantar Sepuluh Perintah Allah ini menetapkan identitas Allah melalui kedua nama pribadi-Nya dan tindakan historis-Nya membebaskan Israel dari Mesir. Bahasa dan polanya merefleksikan perjanjian-perjanjian kerajaan kuno yang di dalamnya seorang raja agung mengidentifikasi diri dan tindakan-tindakan kemurahan hati yang pernah dilakukannya ditujukan kepada seorang raja atau bangsa.[4]
Dengan membangun identitas melalui penggunaan nama diri, tindakan-tindakan-Nya yang dahsyat membedakan TUHAN dari allah-allah Mesir yang dihakimi dalam peristiwa pembunuhan semua anak sulung Mesir (Keluaran 12), dari allah-allah Kanaan, semua allah bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan allah-allah yang disembah sebagai berhala, benda-benda di langit ataupun di alam, serta allah-allah yang dikenal dengan nama diri lainnya.[5] Melalui pembedaan tersebut, TUHAN menuntut kesetiaan ekslusif dari bangsa Israel kuno.[6] Frasa "Akulah TUHAN, Allahmu", juga ditemukan pada sejumlah bagian lain dalam Alkitab.