Gunungan
From Wikipedia, the free encyclopedia
Gunungan atau kayonan (juga kayon, "kayuan" dalam bahasa Jawa) adalah binaan berbentuk kerucut atau segitiga (bahagian atas meruncing) yang dimunculkan dalam pertunjukan wayang kulit serata Nusantara. Ia sering dibentuk diilhamkan gunung[1][2] mahupun pokok.

Rupa gunungan mempunyai nilai rohani yang tinggi mengajarkan mengenai kebijaksanaan tercermin dalam lakon wayang dipersembahkan.
Fungsi
Sebelum wayang dimainkan, "gunungan" atau "kayonan" ini dipacakkan di tengah-tengah layar atau kelir.[2][3] Alat ini dicondongkan sedikit ke kanan menandakan lakon wayang belum dimulakan bagaikan dunia yang belum beriwayat. Gunungan dicabut dan dijajarkan di sebelah kanan sebaik bermulanya persembahan ini.[2] Gunungan atau kayonan ini selanjutnya boleh dipakai menandakan bergantinya adegan atau tahapan sesebuah cerita lakon di mana ia pacakkan mencondong ke kiri.
Selain itu juga, gunungan digunakan juga untuk melambangkan keberadaan api atau angin dengan adanya rupa berwarna kemerahan di sisi belakang alat yang dihadapkan arah layar. Gunungan turut dipergunakan untuk melambangkan latar hutan rimba, tanah, jalanan dan sebagainya, yakni mengikuti dialog dari dalang.
Jenis
Dalam wayang Jawa

Pada fungsi standar, yaitu sebagai pembuka dan penutup suatu babak pertunjukan, tergambar dua hal pada dua sisi yang berbeza. Pada salah satu sisi, terdapat gambar pintu gerbang yang dijaga oleh dua raksasa bersenjatakan pedang dan perisai.[2] Bahagian itu melambangkan pintu gerbang istana, dan pada waktu dimainkan gunungan dipergunakan sebagai istana. Di sebelah atas gunung terdapat pohon kehidupan (kalpataru) yang dibelit oleh seekor ular naga. Pada cabang pohon digambarkan beberapa binatang hutan, seperti harimau, banteng, kera, dan burung. Gambar secara keseluruhan menggambarkan keadaan di dalam hutan belantara.[2] Sisi ini melambangkan keadaan dunia beserta isinya. Pada sisi sebaliknya, digambarkan kobaran api menyala-nyala. Ini melambangkan kekacauan dan neraka.
Gunungan ada dua macam, yaitu Gunungan Gapuran dan Gunungan Blumbangan. Gunungan Blumbangan digubah oleh Sunan Kalijaga dalam zaman Kerajaan Demak. Kemudian pada zaman Kartasura digubah lagi dengan adanya Gunungan Gapuran.
Lihat pula
Catatan kaki
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.