Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Zhou Yu (Hanzi: 周瑜, 175-210M) nama kehormatan Gongjin (Hanzi: 公瑾) adalah penasihat militer Tiongkok yang pertama dan terpenting dari Wu di Zaman Tiga Negara. Ia bernama lengkap Zhou Gong Jin, ia adalah anak seorang bangsawan dari daerah Lujiang. Di dalam Kisah Tiga Negara, ia dideskripsikan sebagai seseorang yang tampan yang cakap dalam hal kemiliteran dan kebangsaan.
Saat Sun Jian berkuasa di wilayah Changsha, ia bertemu dengan Sun Ce, anak pertama dari Sun Jian. Mereka belajar bersama dan bersahabat karib hingga akhirnya bersumpah-saudara. Setelah itu karena paman Zhou Yu, Zhou Shang diangkat menjadi Gubernur Danyang, Zhou Yu pindah ke sana dan mengabdi kepada Yuan Shu.
Sun Ce yang menggantikan ayahnya yang meninggal ketika ia berumur 17 tahun (Sun Jian meninggal tahun 192), mulai menunjukkan kebolehannya pada tahun 194. Ia meminjam 3000 prajurit dari Yuan Shu dengan jaminan cap kekaisaran warisan ayahnya (Sun Jian menemukannya saat berada di Luo Yang, setelah peperangan di Gerbang Hulao), kemudian menuju ke daerah Wu. Zhou Yu, yang mendengar berita ini, langsung saja bergabung dengan Sun Ce sebagai ahli strategi dan membantunya mengalahkan Liu Yong, Yan Baihu, dan Wang Lang sehingga berhasil merebut kota Mo Ling (selanjutnya diganti menjadi Jian Ye oleh Sun Ce), Wu, dan Hui Ji serta mendapatkan Jenderal baru yang sangat berkualitas yaitu Taishi Ci, semua dituntaskan hanya dalam waktu yang sangat singkat. Atas keberhasilan ini Sun Ce mendapat julukan "Penguasa Muda" dan Zhou Yu mendapat julukan "Zhou si Pemuda Ganteng".
Tahun 199, Sun Ce dan Zhou Yu berhasil menumpas Liu Xun, sehingga memperluas wilayah kekuasaan. Pada sekitar tahun ini jugalah Sun Ce dan Zhou Yu menikahi Da Qiao, anak Qiao Xuan seorang pintar dan kritikus. Sun Ce menikahi anak sulung Da Qiao dan Zhou Yu menikahi anak bungsu Xiao Qiao. Mereka berdua adalah wanita yang terkenal akan kecantikannya. Dari pernikahan ini Zhou Yu mempunyai 3 anak, 2 anak laki-laki Zhou Xun dan Zhou Yin dan 1 anak perempuan Zhou Ying.
Sekitar tahun 191, Sun Jian mengumpulkan pasukan untuk bergabung dalam Kampanye melawan Dong Zhuo dan memindahkan keluarganya dari Shouchun (寿春; sekitar Kabupaten Shou saat ini, Anhui) ke kampung halaman Zhou Yu di Kabupaten Shu. Zhou Yu berteman dengan putra sulung Sun Jian, Sun Ce, yang lahir pada tahun yang sama dengannya. Keduanya menjadi sahabat karib. Zhou Yu tidak hanya menawarkan agar Sun Ce dan keluarganya tinggal di rumah keluarga Zhou, tetapi juga memberi penghormatan kepada ibu Sun Ce, Nyonya Wu, seolah-olah dia adalah ibunya.
Jiang Bao Zhuan (江表傳) berisi kisah yang sedikit berbeda tentang bagaimana Zhou Yu dan Sun Ce bertemu satu sama lain. Disebutkan bahwa Zhou Yu mendengar reputasi Sun Ce dan ingin bertemu dengannya, jadi ia melakukan perjalanan dari Kabupaten Shu ke Shouchun untuk mengunjungi Sun Ce. Keduanya menjalin persahabatan yang begitu dekat sehingga Sun Ce mengindahkan saran Zhou Yu untuk membawa serta keluarganya dan pindah dari Shouchun ke Kabupaten Shu.
Pada tahun 200 M, Sun Ce wafat dan digantikan oleh adiknya, Sun Quan, yang masih sangat muda, saat itu umurnya baru 18 tahun. Atas wasiat dari Sun Ce yang berisi "masalah dalam negeri diskusikan dengan Zhang Zhao dan masalah luar negeri diskusikan dengan Zhou Yu", maka Zhou Yu memegang kekuasaan militer dan Zhang Zhao mengurusi masalah domestik. Hal ini menunjukkan loyalitas Zhou Yu yang sangat tinggi karena sebenarnya calon kuat penerus Sun Ce adalah Zhou Yu sendiri, tetapi dia lebih memilih mengabdi kepada Sun Quan dan tidak memikirkan kekuasaan.
Saat Sun Ce meninggal, Cao Cao yang memegang pemerintahan Han dan Kaisar Xian sebagai sanderanya berhasil mengalahkan Yuan Shao di Pertempuran Guandu dan sedang melancarkan kampanye sukses untuk mempersatukan Tiongkok utara. Pada 202, Cao Cao mengirimkan surat kepada Sun Quan memintanya untuk mengirimkan anaknya sebagai sandera ke Xuchang dengan dalih Sun Quan tunduk dengannya. Sun Quan mengumpulkan semua rakyatnya, termasuk Zhang Zhao dan Qin Song, untuk berdiskusi, tetapi mereka tidak dapat mencapai kesimpulan.
Ragu, Sun Quan mengadakan pertemuan dengan ibunya, Nyonya Wu dan Zhou Yu. Zhou Yu berpendapat:
Di masa lalu, ketika negara Chu pertama kali berdiri, wilayahnya hanya meliputi sebagian Pegunungan Jingshan dan kurang dari 100 li persegi. Kemudian, karena kompetensi para penguasanya, negara itu mampu memperluas batas wilayahnya dan membangun fondasinya di Ying, lalu menaklukkan wilayah dari provinsi Jing dan Yang hingga Nanhai. Warisannya bertahan selama lebih dari 900 tahun. Sekarang, Anda telah mewarisi sumber daya yang tersisa dari ayah dan kakak laki-laki Anda. Anda mengendalikan enam wilayah komando, memiliki banyak pasukan dan banyak perbekalan, dan orang-orang Anda bersedia berjuang untuk Anda dengan nyawa mereka. Anda mengekstrak tembaga dari pegunungan untuk membuat koin dan Anda memperoleh garam dari air laut. Wilayah kekuasaan Anda makmur dan rakyat Anda damai. Ketika rakyat Anda menaikkan layar pada perahu mereka, mereka berlayar di pagi hari dan baru kembali di sore hari. Pasukan Anda kuat dan memiliki moral yang tinggi sehingga tidak terkalahkan. Mengapa Anda harus mengirim sandera hanya karena Anda telah menerima ancaman? Begitu Anda mengirim sandera, Anda akan membangun hubungan antara Anda dan keluarga Cao, dan saat mereka menggunakan wewenang Kaisar untuk memerintah Anda, Anda tidak punya pilihan selain mengikuti perintah mereka. Ini akan mengakibatkan Anda jatuh di bawah kendali mereka. Saat itu terjadi, Anda tidak lebih dari sekadar tuan tanah bawahan dengan puluhan pelayan, kereta, dan kuda, dan apakah ini lebih baik dibandingkan menjadi kekuatan besar di Tiongkok selatan? Saya sarankan Anda tidak mengirim sandera, dan perhatikan bagaimana situasinya berubah. Jika keluarga Cao benar-benar berhasil menyatukan Kekaisaran dengan cara yang benar, masih belum terlambat bagi Anda untuk tunduk kepada mereka setelah itu. Jika mereka menggunakan kekerasan, mereka akan berakhir menghancurkan diri mereka sendiri jika mereka tidak menyerah karena memulai perang sama saja dengan menyalakan api. Anda harus tetap bersikap rendah hati tetapi terus melawan agresi mereka dan menunggu takdir Anda. Jadi, mengapa Anda harus mengirim sandera?
Nyonya Wu sependapat dengan Zhou Yu dan berkata: "Apa yang dikatakan Gongjin adalah benar. Gongjin seumuran dengan Bofu dan ia hanya sebulan lebih muda dibandingkan Bofu. Saya menganggap Gongjin sebagai putra saya sendiri, jadi kamu harus menganggapnya sebagai kakakmu." Sun Quan memutuskan untuk tidak mengirimkan sandera kepada Cao Cao.
Pada akhir musim gugur tahun 208, Cao Cao memulai kampanye yang bertujuan untuk memusnahkan semua kekuatan lawan di Tiongkok selatan. Ketika pasukannya tiba di Provinsi Jing (meliputi Hubei dan Hunan saat ini), gubernur provinsi Liu Cong menyerah tanpa melakukan perlawanan apa pun. Ketika pasukan Sun Quan mendengar bahwa Cao Cao telah memperoleh puluhan ribu pasukan darat dan laut Provinsi Jing, mereka semua sangat takut karena mereka tahu target Cao Cao berikutnya adalah wilayah Sun Quan di Jiangdong.
Cao Cao menulis surat kepada Sun Quan sebagai berikut: "Akhir-akhir ini, saya telah memimpin kampanye hukuman sesuai dengan dekrit kekaisaran. Liu Cong menyerah ketika saya memimpin pasukan kekaisaran ke selatan. Sekarang, saya memiliki 800.000 pasukan angkatan laut di bawah komando saya, dan saya ingin berpartisipasi dalam ekspedisi perburuan di Wu bersama Anda, Jenderal." Sun Quan memanggil semua rakyatnya untuk mengadakan pertemuan guna membahas cara melawan invasi yang akan datang oleh Cao Cao. Banyak dari mereka menjadi pucat ketika dia menunjukkan surat itu kepada mereka.
Beberapa pengikut Sun Quan kemudian menyarankan Sun Quan untuk tunduk kepada Cao Cao karena Sun Quan tidak memiliki pasukan yang cukup untuk melawannya. Zhou Yu memiliki opini yang berbeda:
Tidak! Walaupun Cao Cao adalah kanselir agung hanya di nama saja, dia adalah seorang penjahat yang mau merebut kekuatan pemerintah pusat. Jenderal, dengan kecemerlanganmu dan kecakapan militer ayah dan saudaramu, kau telah mengukir untuk dirimu sendiri sebuah wilayah di Jiangdong yang membentang ribuan li. Prajuritmu terlatih dengan baik dan cakap, dan kau memiliki pahlawan yang bersedia mengabdi di bawahmu. Kau harus pergi berperang dan membantu Dinasti Han menghilangkan ancamannya. Cao Cao telah menjebloskan dirinya ke gerbang kematian, jadi mengapa kita harus menyerah padanya? Jenderal, mohon pertimbangkan dengan saksama. Dengan asumsi Tiongkok utara telah ditenangkan dan Cao Cao tidak memiliki ancaman internal, dapatkah ia bertahan lama dalam pertempuran, dan dapatkah ia bersaing dengan kita dalam peperangan laut? Sekarang, utara tidak sepenuhnya damai; Ma Chao dan Han Sui di Guanxi (barat Jalur Hangu) tetap menjadi duri di daging Cao Cao. Selain itu, orang-orang di Tiongkok tengah terbiasa bertempur di darat dan tidak ahli dalam peperangan di laut, jadi apakah mereka masih dapat berharap untuk bersaing dengan kita, orang-orang Wuyue? Musim dingin sudah dekat. Kuda perang Cao Cao kekurangan makanan, pasukannya telah menempuh perjalanan jauh melintasi Tiongkok tengah, dan anak buahnya pasti akan jatuh sakit karena mereka tidak terbiasa dengan perubahan iklim. Dia telah melakukan empat kesalahan serius dalam strategi militer, tetapi dia masih bertahan dengan caranya. Jenderal, Anda akan segera dapat menangkap Cao Cao. Saya meminta 30.000 pasukan elit untuk ditempatkan di Xiakou, dan saya jamin, Jenderal, bahwa saya akan mengalahkan musuh.
Sun Quan lega dengan penjelasan Zhou Yu dan membalasnya: "Si penjahat tua itu telah menyimpan hasrat untuk merebut Dinasti Han sejak lama, tetapi ia takut terhadap si Dua Yuan (Yuan Shao dan Yuan Shu), Lü Bu, Liu Biao dan saya. Sekarang, yang lain telah musnah dan hanya tinggal saya yang masih berdiri. Penjahat tua itu dan saya tidak bisa hidup berdampingan. Idemu untuk mendeklarasi perang persis dengan pemikiran saya. Ini adalah tanda suci dari Langit yang dianugerahimu kepadaku". Sun Quan kemudian menghunus pedang dan memotong meja di depannya dan berkata: "Siapapun di antara kalian yang berani berbicara tentang menyerah kepada Cao Cao akan berakhir seperti meja ini!". Kemudian pada malam hari, Zhou Yu mengunjungi Sun Quan dan menjawab:
Pagi ini, tuan-tuan menjadi takut setelah membaca surat Cao Cao karena Cao menyatakan bahwa ia memiliki 800,000 pasukan darat dan laut. Mereka tidak peduli untuk memeriksa apakah (klaim Cao Cao) itu benar atau tidak, dan dengan cepat menyarankan untuk menyerah. Itu benar-benar tidak masuk akal. Sekarang, menurut penilaian saya, pasukan Cao Cao dari Tiongkok tengah tidak bisa lebih banyak dari 150,000 sampai 160,000 dan mereka sudah lelah berpergian jauh. Bahkan dengan pasukan yang diambil dari Liu Biao, jumlahnya tidak bisa lebih dari 70,000 sampai 80,000 dan ada jumlah signifikan yang tidak percaya (dengan Cao Cao). Walaupun Cao Cao memiliki keuntungan di jumlah pasukan, pasukannya telah lelah dan tidak bersatu, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan. Kita hanya memerlukan 50,000 pasukan untuk mengalahkannya. Jenderal, jangan khawatir dan berhentilah ragu-ragu.
Sun Quan menaruh tangannya di pundak Zhou Yu dan membalas:
Gongjin, apa yang kamu katakan persis seperti apa yang saya pikirkan. Orang-orang seperti Zibu dan Yuanbiao[a] hanya memedulikan keluarga dan kepentingan pribadi mereka. Mereka telah membuat saya kecewa. Hanya kamu dan Zijing yang sepemikiran dengan saya. Langit telah menanugerahi kalian berdua untuk membantu saya. Tidak gampang untuk membentuk 50,000 pasukan pada satu waktu, tetapi saya telah memilih 30,000 orang, dan kapal, persediaan, dan perlengkapan semua sudah disediakan. Kamu, Zijing, dan Cheng Tua silakan berangkat duluan dengan pasukan ini. Saya akan memberikan cadangan dengan terus menerus merelokasikan pasukan dan mengirimkan persediaan dan perlengkapan kepadamu. Jika kamu mengalahkan Cao Cao, itu akan menjadi hal yang bagus. Tapi jika kamu mengalami kemunduran apapun, kamu boleh kembali ke saya dan ikut berjuang dengan saya melawan Cao Cao di pertempuran akhir.
Pei Songzhi, yang memberi anotasi pada biografi Zhou Yu di Sanguozhi, berpendapat bahwa Lu Su sebenarnya adalah orang pertama yang mendesak Sun Quan untuk melawan Cao Cao. Zhou Yu berada di Kabupaten Poyang sebelum Sun Quan mengadakan diskusi dengan rakyatnya, dan Lu Su menyarankan kepada Sun Quan untuk memanggil Zhou Yu kembali untuk pertemuan tersebut. Zhou Yu dan Lu Su memberikan saran yang sama kepada Sun Quan, yang mengakibatkan Sun Quan sampai pada keputusannya untuk berperang dengan Cao Cao. Pei Songzhi berpendapat bahwa hal itu tidak adil bagi Lu Su karena biografi Zhou Yu memberikan penghargaan penuh kepada Zhou Yu sebagai satu-satunya orang yang mendesak Sun Quan untuk melawan Cao Cao, dan gagal menyebutkan bahwa Lu Su telah mendesak Sun Quan untuk melawan Cao Cao sebelum Zhou Yu melakukannya.
206 M, Zhou Yu berhasil menumpas bandit lokal, menangkap ribuan bandit. Setelah itu Zhou Yu berhasil menangkis serangan Liu Biao, yang pada prosesnya Zhou Yu juga berhasil menangkap jenderal Liu Biao, Deng Long.
Antara tahun 207-208 M, Zhou Yu mendapat tugas dari Sun Quan untuk menghancurkan Huang Zu (penyebab wafatnya Sun Jian). Dengan bantuan Gan Ning (yang sebelumnya adalah anak buah Huang Zu), Lu Meng, Ling Tong, Dong Xi, dan Xu Sheng, Zhou Yu berhasil merebut daerah Xia Kou, dan membunuh Huang Zu.
Pada tahun 208 M, Sun Quan beraliansi dengan Liu Bei untuk bekerja sama mengalahkan Cao Cao yang ingin menyerang daerah selatan. Zhou Yu diangkat oleh Sun Quan menjadi Panglima Besar membawahi 30.000 pasukan dan menjadi wakil Sun Quan untuk berdiskusi dengan ahli strategi Liu Bei Zhuge Liang, total pasukan aliansi berjumlah 50.000. Mereka setuju untuk melakukan serangan api terhadap kapal-kapal milik Cao Cao. Alhasil, setelah Zhou Yu menggunakan berbagai macam strategi dan bantuan ahli strategi lain yaitu Pang Tong serta pengorbanan diri oleh Huang Gai, aliansi Liu Bei-Sun Quan berhasil membakar kapal-kapal perang milik Cao Cao yang mengangkut 200.000 pasukan dan memenangkan perang Chibi atau yang lebih dikenal dengan Perang Tebing Merah. Setelah itu Zhou Yu maju ke daerah Jing, dan berhasil merebut daerah Nan Jun(Jiang Ling) dari tangan Cao Ren dan Niu Jin. Karena keberhasilan ini Zhou Yu diangkat menjadi Gubernur Nan.
Tahun 210, Zhou Yu mengusulkan kepada Sun Quan tentang rencana dua kerajaan, yang terdiri dari Sun Quan di selatan dan Cao Cao di utara. Sun Quan menerima rencana ini, dan untuk mensukseskan rencana ini, negeri Wu harus merebut wilayah Yi dan di daerah barat Cina dari tangan Liu Zhang dengan cara bekerjasama dengan Zhang Lu. Sungguh sangat disayangkan Zhou Yu meninggal di Baqiu dalam persiapan untuk perjalanan ke wilayah Yi pada usia 36 tahun. Perannya sebagai ahli strategi dan komandan Wu kemudian digantikan oleh Lu Su.
Sun Quan sangat terpukul dengan kematian Zhou Yu. Ia hendak menangisi kematiannya dan berkata: "Zhou Yu memiliki sebuah kaliber penasihat hebat ataupun seorang penguasa. Sekarang ia meninggal dengan usia yang sangat muda, siapa yang bisa saya andalkan?". Sun Quan bahkan menggunakan baju biasa untuk mengekspresikan rasa sedihnya yang menyentuh banyak orang. Setelah prosesi kematiannya di Baqiu, jasadnya dibawa ke Kabupaten Wu. Sun Quan menerima prosesinya di Wuhu, membiayai prosesi kematian tersebut dan memperbolehkan keluarga Zhou Yu untuk memiliki pembantu staf sendiri.
Setelah menjadi Kaisar dan mendeklarasi negara Dong Wu 2 dekade setelah kematian Zhou Yu, Sun Quan berkata kepada pemerintahannya: "Saya tidak bakal menjadi seorang Kaisar hari ini jika tidak ada Zhou Yu yang membantu saya".
Zhou Yu memiliki dua orang putra dan seorang putri. Tidak diketahui apakah ketiga anaknya lahir dari Xiao Qiao.
Putrinya, Nyonya Zhou, menikah dengan anak sulung Sun Quan, Sun Deng yang menjadi putra mahkota setelah Sun Quan menjadi seorang kaisar di Dong Wu pada 225. Sun Deng seperti Zhou Yu meninggal muda pada usia 32.
Di dalam Kisah Tiga Negara, Zhou Yu diceritakan kalah dari Zhuge Liang dalam kepintaran berperang maupun kenegaraan, namun dalam catatan sejarah sebenarnya Zhou Yu mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan Zhuge Liang terutama dalam hal berperang. Dia juga dikenal akan ketampanannya. Dia seorang yang sangat terbuka dalam pertemanan. Cheng Pu, seorang jenderal tua dari masa Sun jian meremehkannya, ia menganggap Zhou Yu terlalu muda, tetapi Zhou Yu tidak memedulikan itu dan akhirnya mereka berteman baik setelah Cheng Pu melihat kemampuan Zhou Yu. Zhou Yu seorang yang mempunyai banyak talenta, di antaranya musik dan puisi. Ada perkataan pada zaman itu "jika ada nada yang salah, datanglah ke Zhou Yu".
Zhou Yu juga terkenal akan loyalitasnya. Walaupun Sun Quan menganggap Zhou Yu sebagai saudara tua, Zhou Yu tidak pernah melewati batas, dan selalu setia mengabdi kepada Sun Quan.
Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong menempatkan Zhou Yu sebagai salah satu karakter utama. Novel tersebut mendramatisasikan persaingan antara Zhuge Liang dengan dia. Zhou Yu dideskripsikan sebagai seseorang yang iri dengan keahlian Zhuge Liang dan terus mencoba untuk mengakali Zhuge Liang di berbagai kesempatan namun tidak berhasil. Perannya di berbagai peristiwa menjelang Pertempuran Chibi dibayangi peran Zhuge Liang. Bahkan kematian Zhou Yu juga didramatisasi dan Zhuge Liang dengan sengaja memicunya. Zhou Yu menerima luka panah dari pemanah Cao Ren saat Zhou Yu melawannya di Pertempuran Jiangling dan kondisinya terus memburuk setelah Zhuge Liang membuatnya geram setelah berhasil mengagalkan siasat Zhou Yu. Pada ketiga kalinya, Zhou Yu batuk berdarah dan meninggal.
Zhou Yu muncul di cerita misi diplomatik Zhuge Liang, dimana mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya. Zhuge Liang, Zhou Yu, dan Lu Su bercerita mengenai usulan perang melawan Cao Cao di kediaman Zhou Yu. Zhuge Liang bersiasat bahwa ada satu cara untuk menghentikan Cao Cao: Berikanlah dia Qiao bersaudari. Zhuge Liang juga berpura pura tidak mengenal siapa Qiao bersaudari tersebut, walaupun ia mengenal bahwa Da Qiao adalah janda Sun Ce dan Xiao Qiao adalah istri Zhou Yu. Zhou Yu meminta bukti kepada Zhuge Liang dan Zhuge Liang menjawab bahwa Cao Cao meminta putranya, Cao Zhi untuk menulis sebuah puisi yang berjudul "Ode untuk Platform Burung Pipit Perunggu". Zhuge Liang membacakan puisi tersebut dihadapan Zhou Yu dan mengutarakan niat Cao Cao untuk memiliki kedua Qiao bersaudari dan Zhou Yu yang mendengarkan ini naik pitam dan membulatkan tekadnya untuk melawan Cao Cao.[1]
Zhou Yu dan Huang Gai melakukan pertemuan rahasia untuk merencanakan siasat untuk melawan Cao Cao dan Huang Gai menyarankan Zhou Yu untuk melakukan tipu musilat dengan rencananya untuk menyerah kepada Cao Cao. Zhou Yu bersedia untuk melaksanakan siasat ini dan pada keesokan harinya Zhou Yu memanggil seluruh jenderal perang dan memberikan perintah yang kemudian dilawan oleh Huang Gai yang berpura pura marah dan menantang Zhou Yu. Zhou Yu yang juga berpura pura marah kepada Huang Gai kemudian meminta Huang Gai dihukum mati. Gan Ning dan jenderal lainnya memohon Zhou Yu untuk tidak mengeksekusi Huang Gai maka Zhou Yu melakukan hukum cambuk kepadanya. Huang Gai kemudian menulis sebuah surat kepada Cao Cao, menyatakan bahwa ia siap membelot kepada Cao Cao. Cao Cao awalnya tidak percaya berita tersebut sampai dikonfirmasi oleh mata-matanya. Saat Huang Gai mendekati armada kapal Cao Cao dan menyalakan api, Cao Cao telat menyadari bahwa pembelotan Huang Gai hanya omong kosong dan saat itulah Zhou Yu memerintah pasukannya untuk ikut menyerang bersama Huang Gai.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.