Loading AI tools
istilah dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk konten dan genre yang melibatkan kisah percintaan antara dua perempuan Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Yuri (Jepang: 百合 , terj. har. "bunga bakung"), juga dikenal dengan bentukan wasei-eigo girls' love (ガールズラブ , gāruzu rabu, terj. har. "percintaan wanita"), adalah genre media Jepang yang berfokus pada hubungan intim antar karakter wanita. Meskipun secara umum sering dikaitkan dengan hubungan lesbian, genre ini juga mencakup karya-karya yang menggambarkan hubungan emosional dan spiritual antara perempuan yang belum tentu bersifat romantis atau seksual. Yuri paling sering dikaitkan dengan anime dan manga, walaupun kini istilah ini juga sering digunakan untuk permainan video, novel ringan, dan karya sastra lainnya.
Tema yang terkait dengan yuri berasal dari karya fiksi lesbian Jepang awal abad ke-20, terutama tulisan karya Nobuko Yoshiya dan sastra bergenre Kelas S. Manga yang menggambarkan homoerotisme perempuan mulai muncul pada tahun 1970-an dalam karya seniman dari Grup Nijūyo-nen Gumi, terutama Ryoko Yamagishi dan Riyoko Ikeda. Genre ini mendapatkan popularitas yang lebih luas mulai tahun 1990-an, ditandai dengan munculnya Yuri Shimai pada tahun 2003 sebagai majalah manga pertama yang ditujukan khusus untuk genre yuri, diikuti oleh penerusnya Comic Yuri Hime pada tahun 2005.
Sebagai sebuah genre, yuri tidak secara inheren menargetkan satu demografi gender, tidak seperti manga homoerotik laki-laki yaoi (dipasarkan untuk pemirsa perempuan) dan manga gay (dipasarkan untuk pemirsa laki-laki gay). Meskipun yuri berasal dari genre yang ditargetkan untuk pemirsa wanita, pada perkembangannya karya-karya yuri juga menargetkan pemirsa pria, seperti dalam manga dari majalah saudari Comic Yuri Hime yang menargetkan pria, Comic Yuri Hime S.
Kata yuri (百合 ) jika diterjemahkan secara harfiah berarti "bakung" atau "lili", yang merupakan nama feminin Jepang yang relatif umum.[1] Bunga bakung putih telah digunakan sejak era Romantisisme sastra Jepang untuk melambangkan kecantikan dan kemurnian wanita, dan merupakan simbol de facto dari genre yuri.[2]
Pada tahun 1976, Ito Bungaku, editor dari majalah gay Barazoku (薔薇族 , terj. har. "suku mawar-mawaran"), menggunakan istilah yurizoku (百合族 , terj. har. "suku lili-lilian") untuk merujuk pada pembaca wanita majalah tersebut dalam sebuah kolom surat berjudul Yurizoku no Heya (百合族の部屋 , terj. har. "kolom suku lili-lilian").[3][4] Meski tidak semua wanita yang suratnya muncul di Yurizoku no Heya adalah lesbian, dan tidak jelas apakah kolom tersebut merupakan contoh pertama istilah yuri dalam konteks ini, keterkaitan yuri dengan lesbianisme kemudian berkembang.[5] Misalnya, majalah percintaan sesama pria Allan mulai menerbitkan Yuri Tsūshin (百合通信, terj. har. "Komunikasi Lili") pada bulan Juli 1983 sebagai kolom iklan pribadi bagi "lesbiennes" untuk berkomunikasi.[6]
Istilah ini kemudian dikaitkan dengan manga pornografi lesbian yang muncul pada tahun 1990-an, terutama melalui majalah manga "Lady's Comic Misuto" (1996–1999), yang banyak menampilkan bunga lili simbolis.[6] Ketika istilah yuri mulai digunakan di negara-negara Barat pada tahun 1990-an, istilah tersebut juga digunakan hampir secara eksklusif untuk menggambarkan manga pornografi yang ditujukan untuk pembaca pria yang menampilkan pasangan lesbian.[4] Seiring berjalannya waktu, terutama setelah berdirinya majalah manga khusus yuri Yuri Shimai dan Comic Yurihime, istilah tersebut beralih dari konotasi pornografi yang menggambarkan penggambaran cinta intim, seks, atau hubungan emosional antar perempuan,[7] menjadi nama genre untuk karya yang menggambarkan keintiman perempuan sesama jenis pada pertengahan tahun 2000-an.[6] Penggunaan yuri di Barat kemudian meluas mulai tahun 2000-an, dengan konotasi yang sama seperti di Jepang.[7] Perusahaan penerbitan Amerika seperti ALC Publishing dan Seven Seas Entertainment juga telah mengadopsi penggunaan yuri sama seperti di Jepang untuk mengklasifikasikan publikasi manga yuri mereka.[8][9]
Di Korea dan Tiongkok, "lily" digunakan sebagai pinjaman semantik dari penggunaan bahasa Jepang untuk menggambarkan media percintaan antar perempuan, yang masing-masing menggunakan terjemahan langsung dari istilah tersebut, seperti baekhap (백합) di Korea dan bǎihé (百合) di Tiongkok.[10]
Bentukan wasei-eigo "girls' love" (ガールズラブ , gāruzu rabu, terj. har. "percintaan gadis") dan singkatannya "GL" diadopsi oleh penerbit Jepang pada tahun 2000-an, kemungkinan besar merupakan antonim dari genre roman boys love (BL).[4][11] Meskipun istilah ini umumnya dianggap sinonim dengan yuri, dalam beberapa kasus juga digunakan untuk menunjukkan media yuri yang terang-terangan secara seksual, setelah penerbitan antologi manga erotis yuri Girls Love oleh Ichijinsha pada tahun 2011. Namun, perbedaan ini jarang ditemukan, yuri dan "girls' love" hampir selalu digunakan secara bergantian.[12]
Pada tahun 1990-an, penggemar barat mulai menggunakan istilah shōjo-ai (少女愛 , terj. har. "percintaan wanita") untuk mendeskripsikan karya yuri yang tidak menggambarkan seks secara terang-terangan. Penggunaannya meniru istilah barat shōnen-ai (少年愛 , terj. har. "percintaan laki-laki") untuk menggambarkan karya yaoi yang tidak menampilkan konten seksual terang-terangan. Di Jepang, istilah shōjo-ai tidak digunakan dengan arti ini,[4] justru digunakan untuk menunjukkan hubungan pedofil antara pria dewasa dan anak perempuan.[13][14]
Penulis Jepang pertama yang menciptakan karya tentang cinta antar wanita adalah Nobuko Yoshiya,[15] seorang novelis yang aktif pada periode Taishō dan Shōwa.[16] Yoshiya adalah pelopor literatur lesbian di Jepang, termasuk genre Kelas S yang muncul pada awal abad ke-20.[17] Karya-karyanya mempopulerkan banyak ide dan kiasan yang menggerakkan genre yuri selama bertahun-tahun yang akan datang.[18] Cerita Kelas S menggambarkan keterikatan lesbian sebagai hubungan yang intens secara emosional namun platonis, yang ditakdirkan untuk dibatasi oleh kelulusan sekolah, pernikahan, atau kematian.[16] Akar dari genre ini adalah kepercayaan kontemporer bahwa cinta sesama jenis hanyalah bagian sementara dan normal dari perkembangan seorang wanita yang pada akhirnya akan mengarah pada heteroseksualitas dan sifat keibuan.[19] Genre Kelas S terus berkembang pada tahun 1930-an melalui majalah-majalah gadis Jepang, namun menurun akibat penyensoran yang disebabkan oleh Perang Tiongkok-Jepang Kedua pada tahun 1937.[20] Meskipun homososialitas antar wanita muncul kembali sebagai tema umum dalam manga shōjo pasca-perang, genre Kelas S secara bertahap menurun popularitasnya demi karya-karya yang berfokus pada romansa pria-wanita normal.[21]
Awalnya, cerita Kelas S berfokus pada ikatan emosional yang kuat antara kakak kelas dan adik kelas,[17] atau dalam kasus yang jarang terjadi, antara siswa dan gurunya.[22] Sekolah swasta putri adalah latar umum untuk cerita genre Kelas S, yang digambarkan sebagai dunia homososial indah yang diperuntukkan bagi kaum wanita. Karya-karya dalam genre ini berfokus pada keindahan dan kepolosan protagonisnya, tema yang kemudian akan muncul kembali dalam yuri modern.[23] Para kritikus menolak anggapan bahwa Kelas S adalah genre yang sama dengan yuri,[24] namun mereka beranggapan bahwa Kelas S sebagai genre "proto-yuri",[25] dan merupakan komponen dari genre yuri.[24]
Pada tahun 1970, mangaka Masako Yashiro menerbitkan manga shōjo Shīkuretto Rabu (シークレットラブ , "Cinta Rahasia"), yang menceritakan cinta segitiga antara dua gadis dan seorang anak laki-laki. Manga tersebut merupakan manga pertama yang menggambarkan hubungan intim antara wanita diluar genre Kelas S. Kemudia para ahli menganggap Shīkuretto Rabu sebagai karya pertama dalam genre yuri.[26] Karena Yashiro dan Shīkuretto Rabu memiliki alur yang relatif tidak jelas dan karya tersebut sebagian justru berfokus pada roman pria-wanita, sebagian besar kritikus berpendapat bahwa Shiroi Heya no Futari oleh Ryōko Yamagishi, yang diterbitkan pada tahun 1971, sebagai manga yuri pertama.[27][28][29] Pada tahun 1970-an mulai banyak manga shōjo yang terbit dengan alur cerita berkaitan dengan karakter transgender, dimana karakter wanitanya melakukan cross-dressing,[30] yang terinspirasi oleh Takarazuka Revue, sebuah grup teater wanita di mana semua anggota wanitanya memainkan peran sebagai pria.[31] Ciri-ciri ini paling menonjol dalam karya-karya Riyoko Ikeda,[32] termasuk The Rose of Versailles (1972–1973), Dear Brother (1975), dan Claudine (1978).[33] Beberapa karya shōnen pada periode ini menampilkan karakter lesbian, meskipun mereka biasanya digambarkan sebagai fan service dan karakter lawak.[34]
Sekitar selusin manga yuri terbit dari tahun 1970-an hingga awal 1990-an, kebanyakan diterbitkan pada tahun 1970-an.[35] Sebagian besar manga yang terbit ini bergenre tragedi, menceritakan hubungan sesama jenis yang hancur dan berakhir dengan perpisahan atau kematian.[36] Karena jumlah karya yuri yang terbit selama periode ini relatif sedikit jika dibandingkan periode sebelumnya, dan kebanyakan berfokus ke genre tragedi, Yuri Shimai menyebut tahun 1970-an dan 1980-an sebagai "zaman kegelapan" yuri.[37] Beberapa teori telah muncul akibat banyaknya manga yuri yang berfokus ke tragedi dalam periode ini. Penulis dan penerjemah Frederik L. Schodt menyebut bahwa rata-rata manga shōjo yang terbit selama periode ini bergenre tragedi, terlepas dari apakah mereka yuri atau tidak.[36][38] Sementara itu, Yukari Fujimoto berpendapat bahwa akhir tragis dalam karya yuri disebabkan oleh budaya patriarki.[36]
Pada tahun 1990-an, konsep cerita tragedi dalam manga mulai menurun popularitasnya.[39] Di tahun 1992 terdapat perilisan dua karya penting dalam perkembangan yuri, yakni Jukkai me no Jukkai (1992) oleh Wakuni Akisato , yang mengakhiri streotip manga yuri selalu memiliki alur tragis;[40] dan Sailor Moon (1991–1997) oleh Naoko Takeuchi, serial manga dan anime yang menampilkan penggambaran "positif" dari hubungan lesbian antara Sailor Uranus dan Sailor Neptune.[7][32] Popularitas manga Sailor Moon yang luar biasa menjadikan serial tersebut mendapat adaptasi menjadi anime, film, hingga akhirnya dapat rilis secara internasional. Kejadian ini memengaruhi genre shōjo dan yuri secara signifikan.[41] Sailor Uranus dan Neptunus menjadi karakter populer dalam dōjinshi (manga yang diterbitkan secara independen, biasanya berupa komik penggemar) dan berkontribusi pada pengembangan budaya dōjinshi yuri.[42][43]
Kesuksesan Sailor Moon secara signifikan memengaruhi perkembangan yuri, dan pada pertengahan 1990-an, anime dan manga yang menampilkan hubungan intim antar wanita mendapat kesuksesan dan popularitas yang tinggi.[32] Sutradara Sailor Moon, Kunihiko Ikuhara kemudian membuat Revolutionary Girl Utena (1997–1999), sebuah serial anime shōjo dengan hubungan sesama jenis antara wanita sebagai fokus utamanya.[44] Periode ini juga merupakan kebangkitan genre Kelas S melalui serial novel ringan terlaris Maria-sama ga Miteru (1998–2004) oleh Oyuki Konno ,[45][46] yang pada tahun 2010 telah dicetak sebanyak 5,4 juta kopi.[47] Penulis yuri terkemuka lainnya pada periode ini adalah Kaho Nakayama, yang aktif sejak awal 1990-an dengan karya-karya yang melibatkan kisah cinta di antara wanita.[45] Majalah-majalah Jepang pertama yang secara khusus ditujukan kepada kaum lesbian, yang banyak di antaranya memuat bagian-bagian yang menampilkan manga yuri, juga muncul selama periode ini.[48] Cerita-cerita dalam majalah-majalah ini berkisar dari kisah asmara murid SMA hingga keseharian dalam percintaan lesbian, bahkan terkadang menampilkan konten seksual yang eksplisit.[48][49]
Bagian dari seri tentang |
Anime dan manga |
---|
Portal Anime dan manga |
Menghadapi menjamurnya cerita-cerita yang berfokus pada homososialitas, homoerotisme, dan homoseksualitas perempuan, beberapa penerbit berusaha untuk mengeksploitasi pasar yuri dengan membuat majalah-majalah manga yang dikhususkan untuk genre tersebut.[6] Pada tahun 2003, Yuri Tengoku dan ,Yuri Shimai diluncurkan sebagai majalah manga pertama yang dikhususkan secara eksklusif untuk genre yuri.[50] Kemudian diikuti oleh Comic Yuri Hime yang berorientasi pada pembaca perempuan pada tahun 2005 dan Comic Yuri Hime S yang berorientasi pada pembaca pria pada tahun 2007. Comic Yuri Hime S kemudian digabung dengan Comic Yuri Hime pada tahun 2010.[51]
Cerita-cerita dalam majalah-majalah ini membahas berbagai tema, dari hubungan emosional intens seperti yang digambarkan dalam Voiceful (2004–2006), hingga romansa anak sekolahan yang eksplisit secara seksual seperti yang digambarkan dalam First Love Sisters (2003–2008),[52] dan kisah realistis tentang cinta antar wanita dewasa seperti yang terlihat dalam The Conditions of Paradise (2007).[53] Beberapa tema ini terlihat dalam karya-karya yang ditargetkan untuk pembaca pria pada periode ini,[54][55] terkadang dikombinasikan dengan tema-tema lain, termasuk mecha dan fiksi ilmial.[56][57] Contohnya seperti Kannazuki no Miko (2004–2005), Blue Drop (2004–2008), dan Kashimashi: Girl Meets Girl (2004–2007). Selain itu, cerita-cerita yang ditargetkan untuk pembaca pria biasanya menggunakan moefikasi dan bishōjo secara ekstensif.[58]
Terbitnya banyak majalah yuri berdampak pada tumbuhnya "budaya yuri" yang mempengaruhi seniman untuk menciptakan karya-karya yang menggambarkan hubungan sesama jenis antara perempuan.[29] Lebih jauh lagi, artikel-artikel dalam majalah-majalah ini berkontribusi pada sejarah genre ini dengan secara retroaktif melabeli karya-karya tertentu sebagai yuri, sehingga mengembangkan "kanon sejarah genre yuri."[59] Verena Maser mencatat dalam analisisnya terhadap terbitan Yuri Shimai, Comic Yurihime, dan Comic Yurihime S yang terbit dari tahun 2003 hingga 2012, bahwa delapan dari sepuluh seri yang paling banyak direferensikan di majalah tersebut bukan "yuri formal", karena yuri sendiri baru muncul sebagai sebuah genre penerbitan di tahun 2003: Apurōzu - Kassai (1981–1985), Sakura no Sono (1985–1986), Sailor Moon (1992–1996), Cardcaptor Sakura (1996–2000), Revolutionary Girl Utena (1997–1999), Maria-sama ga Miteru (1998–2012), Loveless (2002–sekarang), dan Strawberry Marshmallow (2002–sekarang).[6]
Sementara genre roman siswi sekolah tetap populer hingga tahun 2010-an dan 2020-an, terutama dengan munculnya karya seperti Kase-san (2010–2017), Citrus (2012–2018), Bloom Into You (2015–2019), dan Whisper Me a Love Song (2019–sekarang), karya yuri selama periode ini mulai menggabungkan genre, tema, dan materi subjek baru.[60] Pada pertengahan 2010-an, karya yuri berkembang ke genre seperti fiksi ilmiah dan isekai, serta formalisasi shakaijin yuri (社会人百合 , terj. har. "anggota masyarakat yuri") sebagai subgenre yang berfokus pada cerita melibatkan wanita dewasa.[60] Pertumbuhan platform digital seperti Pixiv, Twitter, dan Shōsetsuka ni Narō memungkinkan terciptanya karya yuri yang luas di luar majalah manga tradisional dan penerbitan dōjinshi. Sebagai contoh, My Lesbian Experience With Loneliness (2016) awalnya diterbitkan sebagai komik web, sementara karya fantasi yuri seperti Sexiled (2018–2019), Roll Over and Die (2018–sekarang), dan I'm in Love with the Villainess (2018–sekarang) dimulai sebagai novel web di Shōsetsuka ni Narō sebelum kemudian diadaptasi ke media lain.[60] Cerita yuri oleh kreator lesbian terbuka juga menjadi lebih menonjol, seperti My Lesbian Experience With Loneliness.[61]
Yuri sebagai genre menggambarkan hubungan intim antara perempuan, sebuah bahasan yang jika didefinisikan secara luas maka akan mencakup cinta yang bersifat romantis, persahabatan yang intens, cinta spiritual, atau rivalitas.[62] Sementara lesbianisme adalah tema yang umumnya dikaitkan dengan yuri, karena tidak semua karakter dalam media yuri tentu non-heteroseksual; Welker menyatakan bahwa pertanyaan apakah karakter yuri adalah lesbian adalah "masalah yang sangat rumit".[63] Karakter dalam karya yuri sering kali tidak mendefinisikan orientasi seksual mereka secara eksplisit, dan masalahnya diserahkan pada interpretasi para pembaca.[64]
Rica Takashima mencatat bahwa penggemar Barat dan Jepang sering kali memiliki ekspektasi yang berbeda untuk tingkat keintiman hubungan yang digambarkan dalam yuri, yang ia kaitkan dengan perbedaan budaya antara kelompok tersebut.[65] Ia mencatat bahwa karya yuri yang menikmati popularitas internasional cenderung eksplisit dan berfokus pada "gadis-gadis cantik yang bermesraan satu sama lain", sementara penggemar Jepang "memiliki kecenderungan untuk membaca yang tersirat, menangkap isyarat halus, dan menggunakan imajinasi mereka sendiri untuk menenun permadani makna yang kaya dari benang-benang kecil".[65]
Meskipun yuri secara historis dan tematik dikaitkan dengan manga shōjo sejak kemunculannya pada tahun 1970-an, karya yuri telah diterbitkan dalam semua kelompok demografi untuk manga, tidak sebatas shōjo (anak perempuan) saja, tetapi juga josei (wanita dewasa), shōnen (anak laki-laki) dan seinen (pria dewasa). Karya yuri shōjo cenderung berfokus pada narasi penuh khayalan dan terinspirasi dari dongeng yang mengidolakan karakter "pangeran gadis" yang terinspirasi dari Takarazuka Revue, sementara karya yuri dalam demografi josei cenderung menggambarkan pasangan wanita sesama jenis dengan tingkat realisme yang lebih tinggi. Sebaliknya, manga shōnen dan seinen cenderung menggunakan yuri untuk menggambarkan hubungan antara "siswi sekolah yang polos" dan " lesbian predator". Majalah manga yang didedikasikan khusus untuk yuri cenderung tidak sesuai dengan satu demografi tertentu, dan dengan demikian mencakup konten yang berkisar dari romansa siswi sekolah hingga konten yang eksplisit secara seksual.[66]
Seringkali, karya-karya yang dianggap dan dikategorikan sebagai yuri di Jepang tidak dianggap demikian oleh khalayak internasional. Misalnya, sementara di barat Sailor Moon dianggap sebagai serial gadis penyihir (mahō shōjo) dengan beberapa elemen yuri, di Jepang serial tersebut dianggap oleh majalah yuri sebagai "karya monumental" dari genre tersebut.[67] Contoh Sailor Moon lebih lanjut menggambarkan bagaimana penggemar, bukan penerbit atau kreator, sering menentukan apakah sebuah karya adalah yuri; Sailor Moon tidak dipahami sebagai manga atau anime yuri, tetapi "menjadi teks yuri"[68] berdasarkan bagaimana karya tersebut ditafsirkan dan dikonsumsi oleh penggemar yuri.[69][66]
Karya-karya yuri umumnya tidak menggambarkan adegan seks yang gamblang. Tidak seperti kisah cinta boys love dan yaoi, di mana penggambaran eksplisit tindakan seksualnya merupakan hal yang biasa dan biasanya mencapai klimaks dengan pasangan utama yang melakukan hubungan seks anal. Tindakan seksual dalam yuri jarang tidak lebih eksplisit dari berciuman dan membelai payudara.[29] Kazumi Nagaike dari Universitas Oita berpendapat bahwa penggambaran konten seks yang minim pada karya yuri "tidak akan membuat hasrat seksual perempuan terhapus", justru "dapat memperkuat ikatan spiritual antar perempuan" dalam karya itu sendiri.[29]
Mayoritas cerita yuri yang diterbitkan pada tahun 1970-an dan 1980-an bergenre tragedi, yang berfokus pada hubungan yang hancur dan berakhir dengan perpisahan atau kematian (lihat Sejarah di atas).[36] Yukari Fujimoto, seorang sarjana yang meneliti manga di Universitas Meiji, mencatat jika plot tragis dari Shiroi Heya no Futari menjadi pola dasar dari alur cerita yuri umum yang kemudian ia juluki alur "Crimson Rose and Candy Girl" (bahasa Indonesia: Mawar Merah dan Gadis Permen). Menurut Yukari, alur-alur ini menggambarkan "Candy", karakter yang secara fisik lebih kecil dengan rambut yang lebih terang dan kepribadian naif, mengagumi "Rose", yang umumnya lebih tinggi, dengan rambut hitam panjang dan sikap serius.[36] Karakter-karakter tersebut terikat pada ketidakbahagiaan yang sama, yang biasanya berasal dari kehidupan rumah tangga mereka masing-masing.[70] Keterikatan antara Candy dan Rose menjadi subjek rumor atau bahkan pemerasan, bahkan ketika Candy dan Rose tumbuh untuk mengakui bahwa hubungan mereka telah menjadi romantis. Cerita diakhiri dengan kematian Rose untuk melindungi Candy dari skandal.[36] Walaupun formula cerita tragis dalam yuri mulai menurun popularitasnya pada tahun 1990an,[39] arketipe Rose dan Candy masih mempengaruhi cerita yuri kontemporer, khususnya cerita yang menggambarkan hubungan senpai dan kōhai seperti Bloom Into You.[70]
Dalam budaya lesbian Jepang, partisipan dalam hubungan lesbian kadang-kadang disebut sebagai tachi (タチ , terj. har. "atas", yang berasal dari tachiyaku, peran laki-laki dalam kabuki) , yang mengacu pada partisipan aktif, dan neko (ネコ , terj. har. "kucing"), yang mengacu pada partisipan yang tunduk.[71] Perbedaan ini sebanding dengan perbedaan seme dan uke dalam BL, atau perbedaan butch dan femme dalam budaya lesbian yang lebih luas.[72] Karakter dalam yuri kontemporer jarang sesuai dengan dikotomi ini,[29] meskipun dinamika pasangan aktif dan pasangan pasif yang diwakili oleh perbedaan tachi dan neko muncul kembali dalam genre tersebut.[72]
Pada pertengahan tahun 1990-an sampai awal tahun 2000-an, sejumlah majalah gaya hidup lesbian Jepang membuat kolom khusus untuk bagian manga, seperti majalah Anise (1996–97, 2001–03) dan Phryné (1995) yang sekarang sudah tidak aktif.[48] Carmilla, majalah lesbian erotis,[48] merilis antologi manga lesbian yang disebut Girl's Only.[73] Selain itu, Mist (1996–99), majalah manga komik wanita, turut memuat manga bertema lesbian yang eksplisit secara seksual sebagai bagian khusus untuk topik-topik yang berhubungan dengan lesbian.[48]
Publikasi majalah pertama yang dipasarkan secara eksklusif untuk genre yuri adalah majalah antologi manga Yuri Shimai dari Sun Magazine, yang dirilis antara Juni 2003 dan November 2004, terbit tiap aign bulan dan beragan mempublikasikan lima edisi saja.[74] Setelah majalah tersebut dihentikan, Comic Yuri Hime dirilis oleh Ichijinsha pada bulan Juli 2005 sebagai "kebangkitan" dari majalah Yuri Shimai,[75] yang berisi manga oleh banyak penulis yang sebelumnya karyanya telah diserialkan di Yuri Shimai.[76] Seperti pendahulunya, Comic Yuri Hime juga diterbitkan tiap triwulantigaebulan mudian diterbitkan dua bulanan pada bulan ganjil dari Januari 2011 hingga Dsampai 2016, setelah hinggaisetelah itu cara bulanan.[76][77][78] Majalah saudari dari Comic Yuri Hime, bernama Comic Yuri Hime S, dirilis sebagai publikasi triwulanan oleh Ichijinsha pada bulan Juni 2007.[79] Tidak seperti Yuri Shimai atau Comic Yuri Hime, Comic Yuri Hime S ditujukan untuk pembaca laki-laki.[58] Namun pada tahun 2010 Comic Yuri Hime S digabungkan dengan Comic Yuri Hime.[80] Ichijinsha menerbitkan adaptasi novel ringan dari karya Comik Yuri Hime dan novel yuri orisinil di bawah lini penerbit novel ringan shōjo mereka Ichijinsha Bunko Iris mulai Juli 2008.[81]
Setelah Comic Yuri Hime membantu membangun pasar genre yuri, beberapa antologi yuri lainnya turut dirilis, seperti Yuri Koi Girls Love Story , Mebae,[82] Yuri Drill,[83] Yuri+Kanojo,[84] dan Eclair.[85] Houbunsha dan Shinshokan juga mulai menerbitkan majalah yuri mereka sendiri, yakni Tsubomi dan Hirari. Tsubomi terbit dari Februari 2009 hingga Desember 2012 dengan total 21 edisi,[86][87] dan Hirari terbit dari April 2010 hingga Juli 2014 dengan total 14 edisi.[88][89] Majalah antologi yuri milik kreator Galette diterbitkan pada tahun 2017 setelah sukses mengadakan gerakan urun dana.[90][91]
Perusahaan pertama yang merilis manga bertema yuri di Amerika Utara adalah Yuricon, divisi penerbitan dari ALC Publishing.[92] Karya yang mereka rilis diantaranya adalah Rica 'tte Kanji!? oleh Rica Takashima (1995–1996) dan antologi manga yuri tahunan mereka, Yuri Monogatari. Keduanya diterbitkan pada tahun 2003.[92] Terakhir, Yuricon mengumpulkan cerita-cerita karya pencipta dari Amerika, Eropa, dan Jepang, termasuk Akiko Morishima, Althea Keaton, Kristina Kolhi, Tomomi Nakasora, dan Eriko Tadeno.[93][94] Karya-karya ini berkisar dari cerita fantasi hingga kisah yang lebih realistis dengan membahas tema-tema seperti melela dan orientasi seksual.[94]
Selain ALC Publishing, Seven Seas Entertainment yang berpusat di Los Angeles juga ikut terlibat dalam publikasi genre ini, dengan merilis versi bahasa Inggris dari judul-judul terkenal seperti Kashimashi: Girl Meets Girl (2004–2007) dan Strawberry Panic! (2003–2007).[95] Pada tanggal 24 Oktober 2006, Seven Seas mengumumkan peluncuran lini manga yuri khusus mereka, yang terdiri dari manga Strawberry Panic! , The Last Uniform (2004–2006),[95] serta kompilasi dari Comic Yuri Hime seperti Voiceful (2004–2006) dan First Love Sisters (2003–2008).[52] Antara tahun 2011 dan 2013, JManga merilis beberapa judul manga yuri ke pelantar berlangganan digitalnya, sebelum mengakhiri layanan mereka pada tanggal 13 Maret 2013.[96] Pada tahun 2017, Viz Media dan Yen Press mulai menerbitkan manga yuri,[97][98] dengan Tokyopop menyusul pada tahun 2018.[99] Kodansha Comics mengumumkan debutnya dalam menerbitkan manga yuri dan BL pada tahun 2019, serta Digital Manga meluncurkan lini penerbit baru yang mengkhususkan diri dalam manga dōjin yuri.[100][101]
Seiring makin dikenalnya yuri di luar Jepang, sejumlah seniman mulai membuat manga orisinil berbahasa Inggris yang diberi label yuri atau memiliki unsur dan alur cerita yuri. Contoh awal komik yuri berbahasa Inggris orisinil diantaranya adalah Steady Beat (2003) oleh Rivkah LaFille dan 12 Days (2006) oleh June Kim, yang terbit antara tahun 2005 dan 2006. Selain itu, semakin banyak novel visual dan permainan video indie yang dikembangkan dalam bahasa Inggris dengan memasarkan diri mereka sebagai permainan video yuri.[102] Hal ini dibantu dengan adanya Yuri Game Jam, sebuah game jam yang mulai diprakarsai pada tahun 2015 dan diadakan tiap tahun.[103]
Pada pertengahan tahun 2010-an, permainan video yuri mulai diterjemahkan secara resmi ke dalam bahasa Inggris. Pada tahun 2015, MangaGamer mengumumkan bahwa mereka akan merilis A Kiss for the Petals, menjadikannya sebagai permainan video pertama yuri yang memiliki lisensi resmi terjemahan bahasa Inggris. MangaGamer kemudian merilis Kindred Spirits on the Roof pada tahun 2016, yang merupakan salah satu novel visual dewasa yang dirilis tanpa sensor di Steam.[104]
Meskipun yuri awalnya ditujukan untuk karya-karya kaum hawa (shōjo, josei), genre ini telah berkembang seiring waktu dan juga menyasar pembaca pria. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memeriksa demografi kepenggemaran yuri.[105]
Majalah pertama yang mempelajari demografi pembacanya adalah Yuri Shimai (2003–2004), yang memperkirakan proporsi pembaca perempuan hampir 70%, dan mayoritas dari mereka adalah remaja atau wanita berusia tiga puluhan yang sebelumnya sudah tertarik pada shōjo dan manga BL.[106] Pada tahun 2008, Ichijinsha membuat studi demografi untuk dua majalahnya, Comic Yuri Hime dan Comic Yuri Hime S, dengan majalah pertama pertama ditujukan untuk pembaca wanita, yang kedua untuk pria. Studi ini mengungkap bahwa perempuan menyumbang sebesar 73% pembaca Comic Yuri Hime, sementara pada Comic Yuri Hime S, laki-laki menyumbang sebesar 62%. Penerbit mencatat, bagaimanapun, pembaca Comic Yuri Hime S juga cenderung membaca Comic Yuri Hime, sehingga penerbit memutuskan agar keduanya digabungkan pada tahun 2010.[80] Mengenai usia pembaca wanita untuk Comik Yuri Hime, 27% dari mereka berusia di bawah 20 tahun, 27% berusia antara 20 dan 24 tahun, 23% berusia antara 25 dan 29 tahun, dan 23% berusia di atas 30 tahun.</ref name="Beautiful and Innocent"> Pada tahun 2017, rasio antara pembaca pria dan wanita untuk majalah ini dikatakan telah bergeser menjadi sekitar 6:4, sebagian berkat penggabungan Comik Yuri Hime S dan sebagian besar berkat para pembaca YuruYuri.[107]
Verena Maser melakukan studi tentang demografi kepenggemaran yuri Jepang antara September dan Oktober 2011. Studi ini terutama berorientasi pada komunitas Yuri Komyu! dan jaringan sosial Mixi, dengan total 1.352 tanggapan valid yang diterima. Studi ini menemukan bahwa 52,4% responden adalah perempuan, 46,1% adalah laki-laki dan 1,6% memilih tidak mengidentifikasi diri dengan salah satu gender.[108] Responden juga diminta untuk memilih seksualitas mereka dengan dua kategori: "heteroseksual" dan "non-heteroseksual". Hasilnya adalah sebagai berikut: 39,5% adalah laki-laki heteroseksual, 30% adalah perempuan non-heteroseksual, 15,2% adalah perempuan heteroseksual, 4,7% adalah laki-laki non-heteroseksual, dan 1,2% mengidentifikasi diri sebagai “lainnya”.[108] Mengenai usia responden, 69% responden berusia antara 16 dan 25 tahun. Penelitian Maser memperkuat gagasan bahwa kepenggemaran yuri terbagi rata antara pria dan wanita, serta menyoroti perbedaan seksualitas di dalamnya.[109]
Hubungan antara yuri dan lesbianisme bersifat lemah di Jepang. Meskipun yuri sangat erat kaitannya dengan lesbianisme di Jepang pada tahun 1970an dan 1980an, korelasi antara kedua istilah tersebut telah melemah seiring berjalannya waktu.[110] Meski para penggemar, jurnalis, dan penerbit Jepang mengakui bahwa yuri dan lesbianisme memiliki karakteristik yang sama, mereka secara khusus memisahkan istilah-istilah tersebut sebagai sebuah konsep, dengan editor Comic Yurihime, Seitarō Nakamura menyatakan bahwa "secara umum, [yuri] tidak [tentang] lesbian [rezubian] yang adalah hubungan duniawi."[110] Majalah lesbian dan queer Jepang pada tahun 1990-an sering menentang penyamaan yuri dengan lesbianisme, mungkin karena konotasi sebelumnya dengan pornografi yang berorientasi pada laki-laki.
Erin Subramian dari Yuricon menjelaskan bahwa kebanyakan orang Jepang melihat istilah "lesbian" untuk mendeskripsikan "orang-orang abnormal dalam pornografi atau orang-orang aneh di negara lain."[111] Maser setuju bahwa yuri adalah genre yang terutama berfokus pada cita-cita kecantikan, kemurnian, kepolosan, dan spiritualitas sebelum identitas seksual; fokus ditempatkan pada "hubungan antara hati" daripada "hubungan antara tubuh".[112] Nagaike mencatat dalam analisisnya terhadap surat-surat yang diterbitkan di Comic Yuri Hime bahwa banyak pembaca perempuan majalah tersebut mengidentifikasi diri sebagai seorang heteroseksual; dengan demikian ia berpendapat yuri lebih erat kaitannya dengan homososialitas daripada dengan homoseksualitas, bahkan jika kedua konsep tersebut tidak saling eksklusif.[29] Maser menganalisis sumber-sumber yang bertentangan dan menyimpulkan bahwa "batas antara yuri dan lesbian/homoseksualitas adalah...abu-abu". Dia mencatat bahwa dalam sumbernya, "istilah rezubian [lesbian] digunakan dalam banyak kasus, tetapi hampir tidak pernah dijelaskan dengan jelas apa sebenarnya yang dimaksud".[113]
Nagaike berpendapat bahwa yuri adalah produk sampingan dari shōjo kyōdōtai (少女 共同体 , terj. har. "komunitas para gadis") yang dibentuk di sekolah khusus perempuan sebelum perang di Jepang. Terisolasi dari pengaruh patriarki, gadis remaja menciptakan "budaya shōjo" yang menggunakan literatur Kelas S untuk menyebarkan dan berbagi budaya homososial. Meskipun budaya ini penting dalam membentuk sikap anak perempuan terhadap kewanitaan dan kemandirian, pada akhirnya budaya ini hanya bertahan sebentar; setelah meninggalkan lingkungan sekolah yang hanya menerima satu jenis kelamin, anak perempuan menjadi sasaran ekspektasi patriarki terhadap pernikahan dan keluarga.
Ketika pendidikan campuran jenis kelamin menjadi lebih umum di era pasca perang dan literatur Kelas S menurun sebagai sarana untuk menyebarkan ikatan homososial, kegiatan berlintas-busana dan BL muncul sebagai cara utama dalam literatur bagi perempuan untuk mengkritik dan melawan patriarki.[111][114] Munculnya yuri memungkinkan kembalinya homososialitas gaya Kelas S, yang salah satu komponennya adalah homoseksualitas.[29] Dengan demikian, Nagaike menyatakan bahwa yuri tidak sesuai dengan visi politik lesbianisme yang dianut oleh filsuf seperti Monique Wittig yang melihat lesbianisme sebagai sesuatu yang menggulingkan "interpretasi politik dan sosiologis atas identitas perempuan"; sebaliknya, yuri lebih dekat dengan visi Adrienne Rich tentang "kontinum lesbian" yang berusaha menggulingkan heteroseksualitas wajib[29]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.