William James Sidis (1898-1947) adalah tokoh Amerika Serikat yang dikenal akan kecerdasannya yang tinggi. Menurut laporan Montour (1977), saat umurnya sekitar tiga tahun, ia sudah bisa membaca dengan lancar, dan enam bulan sesudahnya Sidis sudah bisa menggunakan pensil. Pada saat ia berumur empat tahun, ia sudah bisa mengetik, dan saat ia berusia enam tahun, ia sudah lancar berbahasa Inggris, Rusia, Prancis, Jerman, dan Ibrani, dan pada saat yang sama ia juga menguasai bahasa Latin dan Yunani. Kemudian, ketika Sidis berusia delapan tahun, ia lulus ujian masuk di Institut Teknologi Massachussetts, dan bahkan ia sudah mengembangkan tabel logaritma baru dengan dasar 12 dan bukan 10. Ia juga lulus ujian Sekolah Kedokteran Harvard dalam bidang anatomi, tetapi ia akhirnya ditolak karena usianya belum mencukupi.[1]
Pada tahun 1909, ketika ia masih berumur sebelas tahun, ia sudah bersekolah di Harvard College. Setahun sesudahnya, ia menjadi pengajar matematika tingkat lanjut di Klub Matematika Harvard. Pada tahun 1914, ia mendapatkan gelar BA. Ia juga pernah menjalani pendidikan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan hukum, walaupun ia tidak pernah mendapatkan gelar resmi. Setelah sempat menjadi profesor di Universitas Rice saat berumur 20 tahun, ia menolak menjalani tugas-tugas sebagai akademisi. Pada akhirnya ia menjadi pemurung yang menarik diri dari masyarakat dan bekerja di bidang tata usaha tingkat rendah sampai akhirnya ia menjemput ajalnya pada umur 49 tahun akibat stroke.[1]
Di bidang akademis, ia telah bersumbangsih dengan menerbitkan dua buku. Pada tahun 1926, ia menerbitkan Notes on the Collection of Transfers. Pada tahun 1925, ia juga mengeluarkan buku The Animate and Inanimate yang bertujuan untuk membuktikan teori Sidis tentang energi cadangan.[1]
William James Sidis telah menjadi bahan kajian dalam literatur-literatur yang menentang akselerasi pendidikan. Sidis konon menarik diri karena ia memberontak melawan ayahnya yang dirasa terlalu menguasai dan mendominasi. Walaupun begitu, Montour (1977) mengamati bahwa sebenarnya ada lebih banyak contoh akselerasi yang berhasil, seperti Norbert Wiener, John Stuart Mill, Merrill Kenneth Wolf, dan David Noel Freedman. Montour (1977) sendiri bukan menyalahkan akselerasi, tetapi perilaku ayah kandung Sidis.[1]