Wiku Adisasmito
dokter asal Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
dokter asal Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc., Ph.D., (lahir 20 Februari 1964 ) adalah seorang ahli dalam bidang kebijakan kesehatan dan penanggulangan penyakit infeksi yang memprakarsai dibentuknya Indonesia One Health University Network (INDOHUN). Wiku telah dikukuhkan menjadi Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia di bidang Kebijakan Kesehatan pada tahun 2010. Ia juga dikukuhkan menjadi Adjunct Professor di bidang Infectious Disease and Global Health oleh Tufts University pada 2018 dan Affiliate Professor oleh University of Minnesota di bidang Environmental Health Science pada tahun yang sama.[1] Wiku juga adalah sekretaris Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Indonesia.
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. |
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Juli 2020) |
Wiku Adisasmito | |
---|---|
Ketua Tim Pakar dan Juru Bicara Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional | |
Mulai menjabat 21 Juli 2020 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 20 Februari 1964 Singosari, Malang |
Suami/istri | Lilik Sudarwati Adisasmito |
Anak | Prananda D. Adisasmito Shitta Aspendira D. Adisasmito |
Almamater | Institut Pertanian Bogor Colorado State University |
Profesi | Ahli Kebijakan Kesehatan Guru Besar di Universitas Indonesia Tufts University University of Minnesota Koordinator INDOHUN |
Penghargaan sipil | Satyalencana Karya Satya Academic Leader Award Kemenristekdikti |
Sunting kotak info • L • B |
Pada tahun 2018, Wiku merupakan 1 dari 8 dosen yang mendapatkan penghargaan Academic Leader Award dari Menristekdikti atas inovasinya membuat jamu hewan yang mampu meningkatkan kesehatan hewan secara alami.[2] Penghargaan Satyalencana Karya Satya dari Pemerintah Republik Indonesia telah dua kali ia dapatkan, pada tahun 2010 dan 2019. Selain memiliki 5 merek produk hayati, ia juga memiliki 5 paten dan berbagai penghargaan kekayaan intelektual lainnya.
Wiku tertarik dengan penyakit infeksius sejak masa pendidikan S3 di CSU. Ia bekerja sebagai peneliti di US CDC Division of Vector Borne and Infectious Disease, Fort Collins Colorado dan US CDC-WHO Dengue Reference Laboratory, San Juan Puerto Rico. Disertasinya bertemakan pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue yang merupakan vector-borne disease, masalah besar di Indonesia dan dunia.
Wiku bukan hanya seorang pendidik dan peneliti di bidang infeksi dan kesehatan, Ia juga terlibat dalam konferensi perubahan iklim dunia. Wiku mengembangkan Lembaga amal KEHATI yang mendapatkan banyak bantuan untuk menjadi donor keberlangsungan keanekaragaman hayati di Indonnesia. Wiku juga pernah menjadi Senior Vice President Indonesia Bank Restructuring Agency (IBRA) yang berkaitan dengan krisis multidimensi 1998 yang terjadi pada masa peralihan Orde Baru ke Reformasi di Indonesia. Ia mengepalai Divisi Informasi Data dari unit khusus FORSAT (Forensic dan Aset Tracing), untuk melacak aset seluruh konglomerat Indonesia dan dunia di Swiss, Liechtenstein, Inggris, Vienna, dan Bermuda.
Pada masa epidemi Flu Burung tahun 2006-2007, Wiku tergabung menjadi anggota Gugus Tugas Epidemi Flu Burung. Kemudian pada tahun 2008-2010, Ia juga menjadi salah satu anggota Asian Partnership for Avian Influenza Research (APAIR) dan staf ahli Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan menghadapi Pandemi Influenza. Pada masa penanggulangan COVID-19 di Indonesia, ia menjadi Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 pada periode Maret hingga Juli 2020.[3] Sejak Juli 2020 hingga sekarang, ia juga mengemban amanat sebagai Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 pada Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional menggantikan Achmad Yurianto.[4][5]
Wiku Adisasmito lahir di Singosari, Malang pada 20 Februari 1964. Wiku merupakan alumni SD Santa Maria II Malang, lulus tahun 1976. Ia melanjutkan pendidikannya ke SMPN 1 Malang, lulus tahun 1980. Kemudian, Wiku menjadi salah satu siswa jurusan IPA di SMAN III Malang dan lulus tahun 1983.
Wiku kemudian merantau ke Bogor untuk mengenyam pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor untuk menjadi Dokter Hewan. Ia lulus pada tahun 1988 dan mendapatkan gelar drh. Menjadi Dokter Hewan tidak membuat Wiku berdiam diri, tidak lama setelahnya Ia langsung melanjutkan studi di bidang Kesehatan Lingkungan di Colorado State University, dan lulus pada 1990 dengan gelar Master of Science (M.Sc). Ia kemudian melanjutkan pendidikan di universitas yang sama di bidang Environmental Health & Policy, lulus pada 1995 dengan gelar PhD.
Setelah mengenyam pendidikan formal, Ia mempelajari penyebaran transmisi di masyarakat dengan menyedot nyamuk di komunitas dan perumahan elit di San Juan, untuk kemudian diteliti strain virus di nyamuk maupun telur dengan Immunofluorescence Antibody Test (IFAT). Virus dengue yang ditemukan (strain DEN1-DEN4) dimasukan ke leher nyamuk sehat dengan di bawah mikroskop. Hal ini dilakukan untuk mengisolasi antigen virus dan melakukan identifikasi jenis virus dengue.
Selanjutnya di Fort Collins pada tahun 1995, Ia kembali melakukan penelitian dengan mengidentifikasi perbedaan seluruh Aedes aegypti yang berasal dari seluruh dunia, Vanuatu, Samoa, Indonesia, India, Thailand, Bangladesh, Brazil, dan negara-negara tropis lainnya yang menjadi koleksi US CDC. Identifikasi dilakukan dengan membuat preparat siphon dan mengidentifikasi morfologi makhluk tersebut. Hal ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran dengan melakukan proses yang sama dari pagi hingga sore selama berbulan-bulan. Untuk mengetahui betul suatu perbedaan yang berukuran mikro, semuanya dilakukan dengan mikroskop. Disitu Ia pertama kali berlatih menggunakan alat diagnostik PCR konvensional untuk mengetahui strain virus DBD. Pada 1995, Wiku melakukan Policy Research untuk pencemaran air udara lingkungan, dan penggalangan masyarakat (grassroot).
Pada usia 31 tahun, Wiku menjadi delegasi Indonesia di bidang kesehataan, melakukan penyatuan industri dan masyarakat melalui beberapa oragnisasi yang Ia ikuti. Wiku juga merupakan aktivis lingkungan, Ia mengikuti konferense perubahan iklim (COP pertama/kedua) di Bonn, Jerman. Ia juga menemukan bahwa virus dengue terpengaruh oleh perubahan iklim di konferensi UNFCCC. Beberapa organisasi yang Wiku pernah menjadi Direktur Eksekutif PELANGI Indonesia pada tahun 1994-1999. Beliau juga menjabat sebagai Team Leader & Consultant, USAID/Indonesia Natural Resource Management II Design, Jakarta pada 1995-1996. Salah satu organisasi yang Ia kembangkan, KEHATI, Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia yang merupakan lembaga amal untuk keanekaragaman hayati, mendapatkan 1 juta USD dari US dan 1 juta USD dari Jepang. Kemudian, KEHATI diberikan support oleh USAID sehingga bias menjadi lembaga donor Indonesia. Wiku juga mendirikan Lembaga Ekolabel Indonesia[pranala nonaktif permanen] (LEI), yang merupakan standar Ecolabel dari produk hutan yg diperdagangkan di dunia melalui di Organization Trade and Timber (OTT).
Pada tahun 1997-2000, dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Prof. Ascobat Gani, mengangkat Wiku menjadi sekretaris program studi administrasi RS untuk mendidik para pimpinan RS di Indonesia. Walaupun banyak siswanya yang sudah pensiun dari rumah sakit, ia masih lanjut mengajar di program studi tersebut.
Di saat yang bersamaan, ia juga meneliti tentang climate change. Hal ini yang mengarahkan Wiku masuk ke LEMHANAS sebagai peneliti (1990-2000). Ia sempat berkeinginan untuk menjadi peserta LEMHANAS dan mengajukan permintaan tersebut kepada Wagub Lemhanas, Prof. dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro. Tapi karena saat itu usianya masih terlalu muda, Wiku belum bisa diikutkan. Ia diminta untuk menjadi peneliti karena keinginannya untuk memberikan kepemimpinan pada manajemen rumah sakit. Di sana, Ia bertemu Intelligent dan peneliti LEMHANAS yang mengantarnya bekerja di Indonesia Bank Restructuring Agency (IBRA). Hal ini berkaitan dengan krisis multidimensi 1998 yang terjadi pada masa peralihan Orde Baru ke Reformasi di Indonesia.
Pada tahun 2000, Ia ditunjuk langsung menjadi Senior Vice president IBRA selama 4 tahun dengan pekerjaan utama kepala Divisi Informasi Data dari sebuah special unit yang bernama FORSAT (Forensic dan Aset Tracing), untuk melacak aset seluruh konglomerat Indonesia dan dunia di Swiss, Liechtenstein, Inggris, Vienna, dan Bermuda. Selain bekerjasama dengan FBI dan KROLL investigator, Wiku juga belajar cara kerja Financial Investigation Unit. Master of Settlement A Agreement dan MR-MIA agreement antara obligor dengan pemerintah RI diatur oleh kedua badan berikut, dan diatur oleh IMF.
Wiku Adisasmito mengajar sebagai dosen di Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia pada tahun 1995 hingga 2010. Beberapa posisi yang pernah Ia pegang di Universitas Indonesia, diantaranya: Sekretaris sekaligus Wakil Ketua bidang Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia (1996-2000),Direktur Inkubator dan Inovasi Bisnis Universitas Indonesia (2007-2014), Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (sejak 2018), dan saat ini Wiku terpilih menjadi Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA) unsur dosen (sejak 2019). Wiku mendapatkan gelar Profesor Kebijakan Kesehatan dari Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia pada tahun 2010. Selama menjadi Guru Besar dan staf pengajar, beliau telah membimbing dan meluluskan 68 mahasiswa program sarjana, 78 mahasiswa program magister, dan 1 mahasiswa program doktor. Wiku Adisasmito juga memperoleh gelar Affiliate Professor oleh University of Minnesota dan Adjunct Professor oleh Tufts University pada 2018.[6]
Di luar ranah pendidikan, Wiku pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif PELANGI Indonesia pada tahun 1994-1999. Beliau juga menjabat sebagai Team Leader & Consultant, USAID/Indonesia Natural Resource Management II Design, Jakarta pada 1995-1996. Selain itu, beliau menjadi peneliti di LEMHANAS, Jakarta (1990-2000) dan Wakil Presiden Senior Indonesia Bank Restructuring Agency (IBRA) pada tahun 2000-2004.
Saat ini, Wiku Adisasmito menjabat sebagai anggota Steering Committee dari Asian Partnership for Emerging Infectious Disease Research (sejak 2009), anggota Regional Core Group Ecohealth Field Building Leadership Initiative Asia Tenggara (sejak 2011), jajaran eksekutif Coordinating Organizations of Regional Disease Surveillance (sejak 2011), Koordinator Indonesia One Health University Network (INDOHUN) sejak 2012, staf ahli LEMHANAS sejak 2018.
Selain itu, pada bulan Mei 2021, Wiku terpilih menjadi satu dari 26 panel ahli One Health tingkat dunia, One Health High Level Expert Panel (OHHLEP), yang akan menjadi partner Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), dan Badan PBB Program Lingkungan (UNEP) dalam menentukan kebijakan dan pedoman terkait One Health secara global. 26 anggota panel ahli OHHLEP tersebut dipilih dari 700 pendaftar. Masa bakti Wiku sebagai panel ahli OHHLEP akan berlangsung selama dua tahun (sampai 2023).[7]
Pandemi COVID-19 di Indonesia memerlukan penanganan yang tepat dari segi kesehatan dan kebijakan. Wiku Adisasmito ditugaskan menjadi Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 sejak Maret 2020.[8] Hal ini didasari oleh pengalamannya ketika menjabat sebagai pimpinan Gugus Tugas Epidemi Flu Burung dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia pada 2006-2007. Pada masa itu, Ia juga menjadi anggota Asian Partnership for Avian Influenza Research (APAIR) dan staf ahli Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan menghadapi Pandemi Influenza di masa wabah Flu Burung (2008-2010). Wiku menjadi salah satu peneliti besar Indonesia yang berjasa dalam mengeradikasi wabah Flu Burung di Indonesia dan di Asia. Setelah wabah Flu Burung berakhir, Ia menjadi staf ahli Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis di Indonesia.
Wiku aktif dalam keanggotaan beberapa jurnal nasional dan internasional. Ia pernah menjadi editor Jurnal Kesehatan Masyarakat (2008-2012), reviewer Health Policy Planning Journal (2013-2014), reviewer PLOS One Journal (2013-2014), dan reviewer Asia Pacific Journal of Public Health (2012-sekarang).
Beberapa keanggotaan lain yang pernah Ia ikuti diantaranya:
Wiku menikah pada Juli 1995 dengan Dr. Lilik Sudarwati Adisasmito, S.Psi, M.H, seorang ahli psikologi dan hukum. Mereka dikaruniai dua orang anak: Prananda D. Adisasmito dan Shitta Aspendira D. Adisasmito.[1]
Lebih dari 40 riset dan tulisan Wiku sudah dipublikasikan dalam bentuk buku dan artikel di jurnal internasional. Buku pertamanya diterbitkan pada 2007 oleh penerbit Rajawali Press, Jakarta dengan judul Sistem Manajemen Lingkungan Rumah sakit, disusul dengan Sistem Kesehatan (2007), dan Audit Lingkungan Rumah Sakit (2008) oleh penerbit yang sama. Pada tahun 2014, Ia kembali menerbitkan edisi ke-2 Sistem Kesehatan.
Berikut beberapa publikasi internasional yang mencapai indeks sitasi dan faktor dampak yang tinggi berdasarkan Indeks Thomson-Reuters:
Wiku juga mengepalai berbagai proyek dan riset internasional antara lain:
dan banyak projek lain yang berpengaruh terhadap perkembangan penyakit infeksi di Indonesia dan dunia.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.