Remove ads
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Tuk Bima Lukar adalah petirtaan kuno dari masa Mataram Hindu yang mata airnya dipercaya sebagai titik awal Kali Serayu[1][2] Situs kepurbakalaan ini berada tepat di sebelah utara jalan ke kawasan Dataran Tinggi Dieng dari arah Wonosobo. Tapaknya berada di wilayah administrasi Desa Dieng, Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Tuk dalam bahasa Jawa berarti "mata air". Jejak kepurbakalaannya pada masa moderen hampir sirna, tinggal tersisa dua jaladwara (pancuran air) yang masih berfungsi mengalirkan air. Sangat mungkin keberadaannya terkait dengan kompleks percandian Dieng yang berada sekitar satu kilometer dari tapak situs ini dan berfungsi sebagai petirtaan untuk penyucian diri sebelum berkunjung ke kompleks candi.
Tuk Bima Lukar masuk dalam daftar objek wisata di Dataran Tinggi Dieng. Namun banyak orang tidak mengetahui keberadaan Tuk Bima Lukar tersebut. Keberadaannya berada di tepi jalan dan posisinya cukup rendah membuat banyak orang melewatkannya. Saat ini Tuk Bima Lukar yang merupakan sumber mata air purba telah dipugar dan dibangunkan taman di sekelilingnya. Saat ini berfungsi sebagai tempat penyucian diri (ritual) masih dipraktekkan warga setempat, warga juga memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Tuk Bima Lukar merupakan sumber mata air purba yang menjadi hulu Sungai Serayu dan berguna sebagai sumber kehidupan masyarakat yang ada disekitarnya. Selain itu Tuk Bima Lukar dipercaya umat Hindu sebagai air suci dan sering digunakan untuk ritual keagamaan. Ada yang mengatakan bahwa tuah dari Tuk Bima Lukar dipercaya sebagai obat awet muda.
Dalam cerita pewayangan, Bima berasal dari kata Bimasena atau Werkudara/Vrikodara (tokoh panegak Pandawa dalam cerita pewayangan), sedang Lukar artinya melepas pakaiannya. Hal ini yang mengingatkan kita pada cerita sebelum Pandawa menerima wejangan (ajaran) dari guru Durna dan Begawan Dronajaya diharuskan untuk bersuci atau mandi terlebih dahulu. Itulah sebabnya dari konteks ini oleh para penganut penghayat spiritualis (kebatinan) kata Lukar dimaknai sebagai melepas segala hasrat dan segala bentuk hawa nafsu yang bersifat jahat. Penamaan sumber mata air dengan nama Bima (Tuk Bima Lukar) memiliki kemiripan nama dengan Candi Bima di Dataran Tinggi Dieng. Entah hal tersebut memiliki keterkaitan atau tidak.
Mata Air Tuk Bima Lukar terletak di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Konon merupakan salah satu hulu Sungai Serayu yang membelah wilayah Jawa Tengah bagian barat.[3]
Bangunan di mata air ini terdiri dari tiga undakan. Undakan paling atas menjadi bagian yang suci. Di bagian ini, terdapat tempat untuk menaruh sesaji. Di bawahnya, terdapat sebuah kolam yang menampung air. Sementara, pada bagian paling bawah terdapat dua buah pancuran.
Dikisahkan, pihak Pandawa (yang diwakili oleh Bima) dan Kurawa berlomba membuat sungai. Sebelum mulai menggali, Bima mendapat wangsit agar membuat sungai dalam keadaan lukar (tanpa busana) lalu menggunakan alat vitalnya untuk membuat lubang air, dan mengairi lubang itu dengan air seninya. Bima pun melakukan seperti petunjuk yang diterimanya dan berhasil memenangkan lomba.
Usai membuat sungai, Bima melihat seorang gadis cantik yang sedang mandi di sungai yang baru saja dia buat. Karena gadis tersebut sangat cantik, Bima terpana dan berucap “Sira Ayu” (kamu cantik). Ucapan tersebut kemudian dijadikan nama sungai yang airnya bersumber dari mata air Sungai Serayu ini.
Di bawah pancuran inilah masyarakat sekitar serta pengunjung mencuci muka mereka, atau bahkan mandi. Ada kepercayaan di masyarakat sekitar mengenai mata air ini. Mencuci muka atau mandi di tempat ini dipercaya dapat membuat awet muda.[4]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.