Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (judul internasional The Sinking of the van der Wijck) adalah film drama romantis Indonesia tahun 2013 yang disutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduseri oleh Ram Soraya. Film ini dialihwahanakan dari novel berjudul sama karangan Buya Hamka. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck mengisahkan tentang perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. Diproduksi oleh Soraya Intercine Films, film ini dibintangi oleh Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahadian, dan Randy Danistha.
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck | |
---|---|
Sutradara | Sunil Soraya |
Produser | Ram Soraya Sunil Soraya |
Skenario | Donny Dhirgantoro Imam Tantowi[1] |
Berdasarkan | Tenggelamnya Kapal Van der Wijck oleh Hamka |
Pemeran | Herjunot Ali [2] Pevita Pearce Reza Rahadian Randy Nidji Arzetti Bilbina Kevin Andrean Mikaila Patritz Jajang C. Noer Niniek L. Karim Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkutoi Gesya Shandy |
Penata musik | Andi Ariel Harsya[3] |
Penyunting | Sasta Sunu |
Perusahaan produksi | |
Distributor | Soraya Intercine Films |
Tanggal rilis | 19 Desember 2013 11 September 2014 (versi extended) |
Durasi | 164 menit[4] 195 menit (versi extended)[5] |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesia, Minang, Makassar, Jawa |
Dengan biaya produksi yang tinggi, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck menjadi film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films.[6] Proses produksinya sendiri menghabiskan waktu selama lima tahun, dan penulisan skenarionya dilakukan selama dua tahun.[7] Film ini dirilis pada tanggal 19 Desember 2013.
Sinopsis
Berlatar tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makassar, Zainuddin (Herjunot Ali) berlayar menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana, ia bertemu dengan Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga di persukuannya. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta. Namun, adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta mereka berdua. Zainuddin hanya seorang melarat yang tak bersuku; karena ibunya berdarah Makassar dan ayah berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang matrilineal tidak diakui. Oleh sebab itu, ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan.
Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang yang lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Kecewa, Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah Minang dan merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.
Tetapi sebuah peristiwa tak diduga kembali menghampiri Zainuddin. Di tengah gelimang harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Pada akhirnya, kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya; Hayati pulang ke kampung halamannya dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam. Sebelum kapal tenggelam, Zainuddin mengetahui bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya.
Pemeran
- Herjunot Ali sebagai “Engku” Zainuddin
- Pevita Pearce sebagai “Rangkayo” Hayati
- Reza Rahadian sebagai Aziz
- Randy Danistha sebagai Bang Muluk
- Arzetti Bilbina sebagai Ibu Muluk
- Kevin Andrean sebagai Sophian
- Mikaila Patritz sebagai Frieda
- Jajang C. Noer sebagai Mande Jamilah
- Niniek L. Karim sebagai Mak Base
- Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto sebagai Datuk Hayati
- Gesya Shandy sebagai Khadijah
- Fenny Bauty sebagai Bundo Aziz & Khadijah
- Iris Wulur sebagai Upik Banun
Produksi
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck diadaptasi dari novel mahakarya sastrawan sekaligus budayawan Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau Hamka, dan menjadi film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films. Sutradara film ini, Sunil Soraya, menegaskan bahwa hal itu disebabkan karena harus membuat suasana cerita film seperti yang dikisahkan pada tahun 1930-an sesuai dengan era novel. Selain itu, juga banyak riset dan hal-hal lainnya yang wajib dipenuhi untuk mendapatkan gambar yang maksimal, yang juga membuat ongkos produksi tinggi.[8]
Observasi, proses praproduksi, pemilihan pemeran, sampai penulisan skenariopun dimulai sejak tahun 2008, yang artinya sudah berjalan selama lima tahun. Sunil menyatakan bahwa ia sempat ragu kalau film ini dapat diselesaikan karena cukup panjang prosesnya. Salah satu elemen tersulit adalah menemukan kapal yang menyerupai kapal Van der Wijck pada tahun 1930-an. Pada akhirnya, replika kapal dibuat ulang dengan memesan kapal dari Belanda, yang memang menjadi produsen asli kapal Van der Wijck.[9]
Untuk proses penyuntingan dilakukan selama 4-5 bulan setelah proses syuting selama 6 bulan dengan 300 adegan. Hasilnya, film ini berakhir dengan durasi selama 2 jam 49 menit. Seluruh kostum dalam film ini dibuat oleh perancang busana Samuel Wattimena. Sedangkan untuk penulisan skenario mengalami proses revisi selama beberapa kali karena sutradara ingin menyampaikan semangat dan pesan novel Hamka, tak hanya menyajikan kisah cinta biasa. Riset yang dilakukan untuk latar dan properti otentik seperti mobil, baju, dan barang-barang era 1930-an, juga membutuhkan waktu yang tak singkat.[10] Proses pengambilan gambarnya sendiri dilakukan di Medan, Padang, Surabaya, Lombok, dan Jakarta.[11]
Kesulitan lainnya adalah sang sutradara juga harus mencari laut yang tidak memiliki ombak kencang, karena kapal Van der Wijck dikisahkan tenggelam bukan karena ombak besar. Sementara tempat syuting lautnya kencang sekali. Akhirnya tim produksi mendatangkan tenaga ahli dari luar untuk menampilkan efek tenggelam tanpa menggunakan animasi. Salah seorang penulis skenario, Donny Dhirgantoro menjelaskan skenario ditulis selama dua tahun dengan riset yang mendalam. Bersama dengan Imam Tantowi, keduanya menyusun skenario yang sesuai dengan era tersebut mengenai kapal hingga adat Minang untuk menjadi bahan bagi para pemain film.[7]
Jalur suara
Grup musik Nidji dipercaya sebagai pengisi jalur suara untuk film ini dengan mempersiapkan empat buah lagu. Gitaris Nidji, Andi Ariel Harsya, berperan sebagai produser untuk album jalur suara tersebut. Proses rekaman lagu-lagu tersebut melibatkan sahabat Nidji dari Inggris, Jason O`Bryan. Singel pertama yang dipilih berjudul Sumpah & Cinta Matiku. Nidji menyatakan memasukkan konsep pop Britania dengan unsur musik gregorian untuk memberi kesan megah dan kolosal.[3]
Kontroversi
Setelah poster film ini dirilis, sejumlah masyarakat Minang yang tergabung dalam sebuah grup di jejaring sosial Facebook memrotes poster film ini yang menurut mereka tidak sesuai dengan adat dan budaya Minang yang sangat menjunjung tinggi ajaran Islam. Mereka mengklaim bahwa poster ini merupakan bentuk "pemerkosaan terhadap karya Hamka, karena Hayati yang diperankan oleh Pevita Pearce merupakan gadis Minang yang kuat adat dan agama, tidak memakai baju terbuka seperti yang ada di poster."[12]
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck Extended
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck berhasil mendatangkan penonton sebanyak 1.724.110 selama masa penayangannya pada tahun 2013. Oleh sebab itu, film terlaris tahun 2013 ini kembali diputar di bioskop pada tanggal 11 September 2014. Film ini telah diputar versi extendednya dengan durasi yang lebih panjang daripada versi yang diputar sebelumnya, yakni 3,5 jam.[5]
Penghargaan
Tahun | Penghargaan | Nominasi | Hasil | Penerima | Referensi |
---|---|---|---|---|---|
2014 | Indonesian Choice Awards 2014 | Movie of The Year | Nominasi | Tenggelamnya Kapal Van der Wijck | |
Actor of The Year | Nominasi | Herjunot Ali | |||
Actress of The Year | Menang | Pevita Pearce | |||
Festival Film Bandung 2014 | Film Terpuji | Nominasi | Tenggelamnya Kapal Van der Wijck | ||
Pemeran Utama Pria Terpuji | Menang | Herjunot Ali (bersama Ikranagara dalam Sang Kiai) | |||
Pemeran Utama Wanita Terpuji | Menang | Pevita Pearce | |||
Festival Film Indonesia 2014 | Pemeran Utama Pria Terbaik | Nominasi | Herjunot Ali | ||
Pemeran Pendukung Pria Terbaik | Nominasi | Reza Rahardian | |||
Penulis Skenario Adaptasi Terbaik | Nominasi | Imam Tantowi, Donny Dhirgantoro, Riheam Junianti & Sunil Soraya | |||
Penata Visual Efek Terbaik | Menang | Eltra Studio & Adam Howarth | |||
Penata Busana Terbaik | Nominasi | Samuel Watimenna | |||
2015 | Indonesian Choice Awards 2015 | Movie of The Year | Nominasi | Tenggelamnya Kapal Van der Wijck Extended | |
Actor of The Year | Nominasi | Herjunot Ali | |||
Actress of The Year | Nominasi | Pevita Pearce |
Referensi
Pranala luar
Wikiwand in your browser!
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.