Surah Maryam
surah ke-19 dalam al-Qur'an Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Surah Maryam (bahasa Arab: مريم, har. 'Maryam binti Imran') adalah surah ke-19 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 98 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah menurut asbabunnuzul karena hampir seluruh ayatnya diturunkan sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.[1] Surah ini diawali dengan huruf muqatta'at Kaf, Ha, Ya, ‘Ain, Ṣad (K-H-Y-‘-Ṣ).[2] Analisis Theodor Nöldeke menyebut bahwa surah ini menjadi surah ke-58 yang diwahyukan, sedangkan riwayat Mesir menyebut bahwa surah ini menjadi surah ke-44 yang diwahyukan.
مريم Maryam | |
---|---|
![]() | |
Klasifikasi | Makkiyah |
Juz | 16 |
Hizb | 31 |
Jumlah ruku | 6 |
Jumlah ayat | 98 |
Jumlah ayat sajdah | 1 (ayat 58) |
Jumlah kata | 972 |
Jumlah huruf | 3.835 |
Muqaṭṭaʻāt | Kaf, Ha, Ya, ‘Ain, Ṣad |
Surah ini dinamai Maryam, karena surat ini mengandung kisah Maryam ibu Isa (atau Maria ibu Yesus dalam tradisi Kristen). Surah ini menceritakan kisah kelahiran Isa yang ajaib, tanpa ayah, yang menjadi bukti kemahakuasaan Allah. Pengutaraan kisah Maryam sebagai kejadian yang luar biasa dan ajaib dalam surah ini, diawali dengan kisah kejadian ajaib lainnya, yaitu dikabulkannya doa Zakaria oleh Allah, yang menginginkan seorang putra sebagai pewaris dan penerus cita-cita dan kepercayaannya, di kala usianya sudah sangat senja. Selain itu, surah ini mengisahkan nabi lainnya termasuk Ishak, Yakub, Musa, Harun, Idris, Adam, Zakariyya, dan Nuh.
Manuskrip Birmingham memuat delapan ayat terakhir (Q19:91–98), pada perkamen mushaf yang setelah dianalisis menggunakan penanggalan radiokarbon, diperkirakan ditulis antara 568 dan 645 M (56 SH – 25 H).[3][4] Sementara itu, penanggalan radiokarbon manuskrip Sana'a menghasilkan penanggalan antara 578 dan 669 M (44 SH – 49 H), dan memuat ayat 2–28.
Isi
- Kisah Zakaria dan Yahya
- Sebab Zakaria berdoa memohon keturunan (1–6)
- Terkabulnya doa Zakaria sebagai bukti kekuasaan Allah (7–11)
- Pengangkatan Yahya sebagai Nabi dan karateristik keutamaanya (12–15)
- Kisah Maryam dan Isa
- Kehamilan Maryam tanpa sentuhan seorang laki-laki (16–22)
- Kelahiran Nabi Isa (23–26)
- Tuduhan terhadap Maryam dan pembelaan Nabi Isa kepada ibunya (27–36)
- Pertentangan pendapat tentang Isa (37–40)
- Kisah Ibrahim dengan bapaknya (41–50)
- Kisah beberapa Nabi yang lain (51–65)
- Azab bagi orang-orang yang menentang para Nabi dan pahala bagi orang-orang yang menaatinya (66–87)
- Kepalsuan ajaran bahwa Tuhan mempunyai anak (88–98)
Ayat-ayat penting
Ringkasan
Perspektif
Kisah Maryam dan Isa

Bagian pertama surah ini, yakni ayat 2–40, memuat kisah Zakariyya (Zakharia) dan kelahiran anaknya Yahya (Yohanes Pembaptis. Ayat berikutnya adalah kisah Maryam dan kelahiran putraya Isa. Selanjutnya adalah bantahan terhadap pernyataan yang menganggap Isa adalah Anak Allah.[5]
Dalam Q19:28, Maryam dirujuk sebagai "saudara perempuan Harun". Kata-kata A-KH (bahasa Arab: أخ) dalam Al-Qur'an umumnya dimaknai sebagai "hubungan persaudaraan saudara" atau memiliki jalur nasab yang sama.[6] Dalam riwayat shahih, umat Kristen Najran sempat menayakan maksud ayat ini kepada Muhammad, yang kemudian ia menjawab:
"Mereka biasa memberi nama anaknya dengan nama para nabi dan orang-orang saleh yang hidup sebelum mereka."[7][8]
Karena nama Maryam diambil dari nama nabiah Miryam binti Amram, ayat tersebut secara khusus menghubungkan Maryam dengan Harun, bukan Musa, yang merupakan nabi Bani Israil yang hidup jauh sebelumnya:[9][10][11]
Wahai saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu bukan seorang yang berperangai buruk dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”
Karena silsilah Maryam tidak dikenal dalam Alkitab, kerabatnya Elisabet dianggap sebagai keturunan Harun.[12][13] Orientalis George Sale menulis:
"...Ada yang mengatakan bahwa Perawan Maria benar-benar memiliki saudara laki-laki bernama Harun, dengan ayah yang sama, tetapi ibu yang berbeda; yang lain mengira Harun saudara Musa yang dimaksud di sini, tetapi mengatakan Maria disebut saudara perempuannya, baik karena ia berasal dari ras Lewi (karena ia memiliki hubungan dengan Elisabet, tampaknya ia memang demikian), atau sebagai pembanding; sedangkan yang lain mengatakan bahwa orang yang berbeda dengan nama itu yang hidup sezaman dengannya, dan menonjol karena sifat-sifatnya yang baik maupun buruk, dan bahwa mereka menyamakannya dengan Harun baik sebagai pujian maupun sebagai celaan."[14]
Sana'a 1
Dalam manuskrip Sana'a (Sana'a 1) tidak mengikuti urutan Al-Qur'an yang diketahui, sedangkan folio 22 berbagi dengan Surah At-Taubah (Q9:122-129).[15]
Recto
Ayat[16] | Jejak yang terlihat | Rekonstruksi | Teks standar |
---|---|---|---|
Quran 19:2[17] Baris 24 | ر ﺣ[ـﻤ]ﻪ | رَحْمَةِ
"rahmat" |
رَحْمَتِ
"rahmat" |
Quran 19:3 Baris 25 | ا د ٮا د ی ر ٮک ر ﻛ[ـر] ٮا | إِذْ نَادَىٰ رَبَّــكَ زَكَرِيَّا
"Tatkala Zakaria berdoa kepada Tuhanmu" |
إِذْ نَادَىٰ رَبَّــهُ
"Tatkala ia berdoa kepada Tuhannya" |
Quran 19:4 Baris 25 | و ٯل ر ٮی | وَقٰلَ رَبِّــي
"Dan ia berkata, 'Ya Tuhanku...'" |
قالَ رَبِّ
"Ia berkata, 'Ya Tuhanku...'" |
Quran 19:4 Baris 26 | و ٯل ر ٮی ا سٮعل ا لر ا س سٮٮا | وَقٰلَ رَبِّي ٱشْتَعَلَ ٱلرَّأْسُ شَيْباً
"Dan ia berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kepalaku telah ditumbuhi uban...'" |
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلْعَظْمُ مِنِّي وَٱشْتَعَلَ ٱلرَّأْسُ شَيْبًا
"Ia berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban...'" |
Quran 19:4 Baris 26 | و لم ا کں ر ٮ ٮـ(ـد) عا ک | وَلَمْ أَکُنْ رَبِّ بِدُعَاءِكَ
"...dan aku belum (pernah), ya Tuhanku, dalam berdoa kepada-Mu, ..." |
وَلَمْ أَكُن بِدُعَائِكَ رَبِّ
"...dan aku belum (pernah), dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku, ..." |
Quran 19:5 Baris 27 | و ﺣ(ڡـ)ـٮ ا لمو ل مں و [ر] ا ی | وَ خِفْتُ ٱلْمَوَٰل مِن وَرٰاءِى
"Dan aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku..." |
وَإِنِّى خِفْتُ ٱلْمَوَٰلِىَ مِن وَرٰاءِى
"Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku..." |
Verso
Keutamaan Maryam
Surah Maryam adalah satu-satunya surah dalam Al-Qur'an yang dinamai menurut nama seorang perempuan. Maryam (Maria), adalah seorang perempuan, yang namanya diabadikan dalam surah ini. Hubungan kekeluargaan Isa, disebut dalam Q19:34, dirujuk sebagai 'putra Maryam', menggemparkan masyarakat Bani Israil kala itu, yang umumnya memberi nama anak menggunakan garis keturunan ayah (patrilineal). Penekanan ini menarik perhatian pada keajaiban lahirnya Isa; yang lahir tanpa ayah. Kisah ini juga menolak keyakinan Nasrani bahwa Isa adalah Tuhan. Surah ini mengisahkan perjuangan Maryam saat akan melahirkan Isa, bahkan ia pun ingin mati saja karena takut dikucilkan oleh Bani Israil. Menanggapi kesulitan itu, Malaikat Jibril memfasilitasi apa saja yang dibutuhkan Maryam hingga ia melahirkan. Jibril mengingatkan Maryam agar jangan khawatir, serta memberinya makanan.[18]
Maryam dalam bahasa Suryani (ܡܪܝܡ) adalah kata sifat umum yang berarti "berkat" dan mungkin kata kerja "(Tuhan) meninggikan (derajat)nya".
Kisah Ibrahim
Ayat 41–65, membahas kisah Nabi Ibrahim yang berlepas diri dari penyembahan berhala yang dilakukan oleh keluarganya, kemudian membahas nabi-nabi lainnya. Ayat-ayat ini membahas berbagai tanggapan dari mereka yang mendengar nubuatan dan apa yang mereka alami. Ayat-ayat ini juga banyak menekankan ketauhidan.[19]
Pandangan Islam tentang Tritunggal
Q19:88–92 memuat bantahan bagi penganut Trinitarian yang menganggap bahwa "Allah memiliki anak":[20]
Manuskrip Birmingham

Ayat 66–98, menjelaskan tentang kebenaran Hari Kebangkitan dan juga penggambaran kehidupan manusia pada waktu Pengadilan Terakhir.[21]
Manuskrip Al-Qur'an Birmingham memuat delapan ayat terakhir Surah Maryam (Q19:91–98), serta sebagian ayat dari Surah Al-Kahf dan Surah Ṭaha.[22] Manuskrip ini sekarang disimpan di Perpustakaan Riset Cadbury, dan ditulis dalam abjad Arab Hijaz dengan penulis tidak diketahui.

Berdasarkan penanggalan radiokarbon, manuskrip ini ditulis antara 568 dan 645 M (antara 56 SH dan 25 H dalam kalender Hijriah).[23][24] Saud al-Sarhan, Kepala Pusat Riset dan Studi Islam Riyadh, menganggap bahwa perkamen tersebut mungkin telah berkali-kali digunakan sebagai palimpsest.[25] Pandangan Saud banyak didukung oleh banyak sekali sejarawan Al-Qur'an Saudi yang menolak bahwa manuskrip Al-Qur'an Birmingham maupun Paris ditulis pada masa kehidupan Nabi Muhammad. Mereka menegaskan bahwa saat Muhammad masih hidup, teks Al-Qur'an dituis tanpa dekorasi apa pun, termasuk penanda batas ayat ataupun tinta warna, dan tidak mengikuti urutan surah yang standar. Upaya pemushafan Al-Qur'an dilakukan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, dan kemungkinan besar manuskrip ini ditulis pada atau setelah masa kekhalifahan Utsman.[26]
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.