suku bangsa di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Suku Yapen adalah rumpun suku yang mendiami Pulau Yapen di Teluk Cenderawasih kelompok suku ini terdiri dari 7 sub suku yaitu Yawa Unat, Ampari, Busami, Arui Sai, Berbai, Pombawo, dan 3W (Wondau, Wondei, Wonawa).[2]
Piring gantung awalnya digunakan sebagai alat perdagangan bangsa Tiongkok yang melakukan perdagangan di daerah pesisir Papua, saat ini piring gantung sudah menjadi tradisi terkhusus daerah Saireri seperti Yapen, Biak, Waropen, dan Wasior sebagai alat pembayaran maskawin/mahar maupun digunakan untuk acara penyambutan
Sireu adalah hiasan pinggang yang dibuat dengan cara menganyam manik-manik, sireu biasa digunakan masyarakat Yapen di upacara penyambutan, antar maskawin, dan upacara adat lainnya
Tabura adalah alat musik yang terbuat dari kulit kerang yang dimainkan dengan cara ditiup, pada awalnya alat ini digunakan sebagai tanda komunikasi dan panggilan, tabura digunakan di daerah pesisir Yapen, Biak, Waropen, dan pesisir Nabire
Tifa adalah alat musik yang terbuat dari batang kayu dan penutupnya biasanya terbuat dari kulit hewan yang dikeringkan, tifa biasa digunakan di upacara penyambutan dan antar maskawin dengan diiringi dengan
Pohon Terang adalah kegiatan dimana Perahu Jhonson/Long Boat di hias dengan lukisan-lukisan serta tanaman-tanaman, tradisi ini biasa dilakukan pada saat masyarakat kampung Ambai menyambut hari natal
Yosim Pancar biasa disingkat YOSPAN adalah sebuah tarian pergaulan yang berasal dari 3 daerah yaitu Biak, Yapen, dan Waropen, YOSPAN merupakan gabungan antara tari Yosim yang berasal dari Serui dan Waropen sedangkan Pancar berasal dari Biak
Aira adalah suatu tradisi upacara penyambutan ketika seseorang baru menginjakkan kaki di tempat yang baru, biasanya yang disambut akan disuruh menginjak piring lalu kakinya dibasuh dengan air, tradisi ini juga biasa dilakukan masyarakat Yapen ketika keluarga mereka baru pulang dari suatu tempat yang baru pertama kali mereka pergi, tradisi ini sama dengan tradisi Mansorandak di Biak
Coreriai adalah tradisi kedukaan masyarakat Yapen terkhusus Ambai, dimana ketika suatu keluarga sedang berduka/kehilangan suatu anggota keluarga maka keluarga besar lainnya akan mengantarkan mereka ke pantai di pagi hari sebelum fajar terbit untuk membuang sial, mereka akan turun ke air mulai dari anak yang paling tua sampai bungsu, tradisi ini biasa dilakukan setelah pemakaman
Raimuna adalah tradisi pengusiran roh seseorang yang telah meninggal di tempat karena kecelakaan atau lainnya, biasanya keluarga atau kerabat korban akan membuat kebisingan sambil memegang tanaman atau daundauna lalu dikibas di tempat kejadian
Bahasa dan Marga dari suku Yapen sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Papua, bahasa paling sering digunakan adalah Bahasa Ambai dan Bahasa Ansus tapi ada juga Bahasa Onate, Bahasa Serui Laut, Bahasa Kurudu dan Bahasa Poom, marga - marganya pun terkenal seperti Waromi, Worabay, Imbiri, Bonai, Wanggai, Arisoy, Aronggear, Numberi, Yawandare, Waimbo, Ansanay, Maay, Runtuboy, dan masih banyak lagi.
Adalah makanan khas Kepulauan Yapen terkhusus dari kampung Ambai, makanan ini terbuat dari Nasi yang di campur dengan Sagu lalu disantap bersama sayur garnison dan ikan kuah kuning, pada jaman dulu orang" tua sulit mendapatkan beras ketika mendapatkan beras agar bisa menyesuaikan dengan lidah masyarakat mereka campur dengan sagu, seiring berjalannya waktu makanan ini pun menjadi tradisi makanan khas kampung Ambai
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.