Loading AI tools
suku bangsa di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Suku Paser atau Dayak Paser adalah suku bangsa yang tanah asal leluhurnya berada di sepanjang tenggara dari pulau Kalimantan atau Borneo atau terletak di bagian Selatan dari provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Orang Dayak Paser mendiami beberapa kabupaten dan kota di provinsi Kalimantan Timur maupun provinsi Kalimantan Selatan yakni di Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kota Balikpapan. Selain itu mereka juga ada di wilayah Samboja yang kini masuk kabupaten Kutai Kartanegara, di wilayah Bongan, Resak dan Pringtali yang kini masuk Kabupaten Kutai Barat (Kalimantan Timur). Di bagian selatan, mereka berada di daerah Sekayu Baru, Pondok Labu, Sekandis dan Binturung yang sekarang merupakan Kecamatan Pamukan utara dan Pamukan Selatan, Kabupaten Kota Baru, provinsi Kalimantan Selatan. Suku Paser sebagian besar beragama Islam dengan kisaran 95 % dan sebagian yang lain beragama Kristen, Hindu Kaharingan atau Iden.
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Paser dan Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur | |
Bahasa | |
Paser[1] | |
Agama | |
Islam, Kristen | |
Kelompok etnik terkait | |
Lawangan, Deah |
Orang Paser telah mendirikan kerajaan Islam yaitu Kesultanan Paser (Kerajaan Sadurangas)[2] semenjak awal abad ke XVI atau tahun 1516 hingga berakhir pada tanggal, 07 April 1906. Suku bangsa Paser memiliki tiga kultur budaya dasar yakni Budaya Pedalaman, Pesisir dan Budaya Keraton/Kesultanan sehingga termasuk ke dalam suku yang berbudaya Melayu (budaya kesultanan/lingkungan hukum adat Melayu). Suku bangsa Paser memiliki peradaban yang sangat tua bahkan dalam cerita Mitologi (Sempuri), Suku bangsa Paser adalah salah satu suku bangsa yang tertua di pulau Kalimantan/Borneo dan mereka menyebutnya sebagai peradaban Bansu Tatau Datai Danum yang artinya manusia yang hidup di pesisir pantai, sungai dan danau dalam peradaban Bansu Tatau Datai Danum.
Selanjutnya, muncul peradaban Benuo Rekan Tatau yang pusatnya terletak di hulu sungai Telake dan sungai Kendilo di Kabupaten Paser, provinsi Kalimantan Timur. Di antara kedua sungai tersebut, terdapat gunung yang disakralkan oleh orang-orang suku bangsa Paser yakni gunung Tunden Jamut yang kini lebih dikenal dengan nama Gunung Lumut dalam ritual suku bangsa Paser yang sering disebut dalam mantra-mantra Besoyong dengan nama "Lumut olo bolum". Sebelum orang-orang luar menamai pulau yang besar ini dengan nama Kalimantan atau Borneo, orang Paser, jauh berabad-abad yang lalu telah menamai pulau Kalimantan/Borneo ini dengan nama pulau Benuo Rekan Tatau yang artinya adalah Negeri yang luas dan kaya raya. Selanjutnya, dari peradaban Benuo Rekan Tatau ini melahirkan Budaya Belian yang biasa membuat anyaman Anjat dan sekarang menjadi lambang dari Kabupaten Paser.
Kemudian dari peradaban Benuo Rekan Tatau inilah melahirkan suku Kerawong atau Merawong, yang konon memiliki tubuh yang besar dan tinggi. Berikutnya, dari suku Kerawong atau Merawong ini, lahirlah suku Paser Lembuyut dan Paser Saing Puak, dan dari kedua suku ini menurunkan Subsuku/anak suku Paser yang hingga kini masih bertahan yakni:
Suku bangsa Paser masih berkerabat dengan suku Dayak Benuaq, Dayak Tunjung, Dayak Bentian, Dayak Deah, Dayak Semihim, Dayak Maanyan, Dayak Teboyan dan Dayak Ot Danum. Suku bangsa Paser juga merupakan bagian dari suku Dayak hanya terdapat perbedaan keyakinan, letak administratifnya serta campur tangan dari Kolonial Hindia Belanda yang memisahkan rumpun ini dengan Suku bangsa Dayak. Populasi dari suku bangsa Paser saat ini diperkirakan sebesar 150.000 jiwa.
Sebagian besar suku bangsa Paser saat ini bermukim di sepanjang Tenggara pulau Kalimantan/Borneo dan terkonsentrasi didaerah pedalaman sepanjang Sungai Kendilo dan Sungai Telake serta di dataran gunung lumut serta pengunungan meratus namun yang berdomisili di pesisir juga banyak namun keberadaan mereka kalah banyak dengan populasi dari para Pendatang yang mayoritas seperti suku Jawa,Bugis dan Banjar
Sebenarnya di Kota Balikpapan Suku Paser masih bisa bertahan dari dahulu hingga kini hanya saja keberadaan mereka tidak terlihat nyata pada pergaulan sehari-hari sebab mereka kebanyakan sudah tidak memakai bahasa Paser sebagai bahasa sehari-hari mereka, namun kini para mudi mudi suku Paser dari berbagai subsuku Paser mulai timbul kesadaran mereka untuk kembali memelihara nilai luhur peninggalan nenek moyang suku bangsa Paser termasuk mulai menggunakan Bahasa Paser jika bertemu sesama suku Paser. Di kota Balikpapan Komunitas Suku Paser terdapat di daerah TPA Manggar yang terletak di Kecamatan Kecamatan Balikpapan Timur, kemudian di daerah Sungai Wayen/Sungai Wain, serta di Kariangau. Lalu di KM 30-35, Selok Api, Amborawag Darat dan Amborawang Laut yang masuk Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat komunitas-komunitas kecil perkampungan suku Paser.
Tetapi kini pro kontra tentang Penyebutan Suku bangsa Paser apakah tetap memakai hanya Suku bangsa Paser saja atau suku Dayak Paser semua memiliki alasan masing-masing. Namun dari sejarahnya bahwa nama Paser sendiri sudah ada dan tercatat pada zaman Kerajaan Majapahit yakni pada kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Pada kitab Negarakertagama tersebut sudah tertulis nama Suku bangsa Paser dengan dialek Jawa disebut sebagai "Pasir". Kemudian pada peta-peta kuno buatan bangsa Eropa, nama Paser selalu dicantumkan sejak tahun 1688 dan seterusnya dengan berbagai jenis tulisan seperti: Passeir, Passer, Pafsir, Passir dan Pasir. Jauh ratusan tahun sebelum muncul nama "Dayak" yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa, khususnya oleh kolonial hindia Belanda, nama Paser baru muncul pada abad ke XVIII. Hal ini memperkuat bahwa Paser sebenarnya memiliki identitas tersendiri lepas dari embel-embel "Dayak" meskipun secara kultural, khususnya untuk Rumpun Paser, mereka berasal dari peradaban Bansu Tatai Datai Danum/Benuo Rekan Tatau/Kuta Rekan Tau. Oleh karena itu suku Paser menolak jika dikatakan bahwa mereka adalah suku dayak, suku Paser adalah suku yang berdiri sendiri.
Menurut sempuri atau tutur lisan, suku bangsa Paser pernah mendirikan beberapa Kerajaan yakni:
Kerajaan Sadurengas, berdiri di sekitar tahun 1516-1703 M. dengan para Raja/Ratu yang pernah berkuasa yakni;
Kesultanan Paser merupakan kelanjutan dari Kerajaan Sadurengas yakni pada tahun 1703 hingga berakhirnya Kekuasaan Kesultanan Paser yang diserahkan kepada pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada tanggal 07 April 1906 M. Adapun nama para Sultan yang pernah berkuasa di Kesultanan Paser itu yakni:
Pada saat itu kaum bangsawan Paser protes dan marah besar terhadap tindakan pemerintah kolonial Hindia Belanda yang mengangkat Anden Meja menjadi Sultan Paser karena pengangkatan beliau menyalahi aturan kitab Boyan Bungo Nyaro yang dianut oleh Kesultanan Paser, di mana yang berhak menjadi sultan Paser haruslah yang bergelar Kebangsawanan " Aji" bukan "Anden". Untuk meredam kemarahan para bangsawan tinggi Paser pada saat itu, pemerintah kolonial Hindia Belanda mengangkat salah satu putra dari bangsawan tinggi dan terkemuka dari Kesultanan Paser, yakni "Aji Nyese" dengan gelar Pangeran Kesuma Ningrat.[3] (Penulis,PR/2020).
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.