Loading AI tools
kecamatan di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Srengat (Hanacaraka: ꦏꦼꦕꦩꦠꦤ꧀ꦱꦉꦔꦠ꧀ , Pegon: کٚچَامَتَنْ سرٚڠَتْ) adalah satu dari 22 kecamatan di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Lokasinya berada di sisi barat daya berbatasan langsung dengan Kabupaten Tulungagung di sisi selatan. Kecamatan ini terdiri dari 4 kelurahan dan 12 desa dengan luas 53,98 km² atau menyumbang 3,4% total wilayah Kabupaten Blitar.[1]
Srengat | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Blitar | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Darmadi, S.Sos, MSi | ||||
Populasi | |||||
• Total | 64,905 jiwa jiwa | ||||
Kode pos | 66152 | ||||
Kode Kemendagri | 35.05.03 | ||||
Kode BPS | 3505200 | ||||
Luas | 53,98 km² | ||||
Kepadatan | 1.202 jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | 16 | ||||
Situs web | https://kec-srengat.blitarkab.go.id | ||||
|
Sejarah Srengat sudah tercatat sejak Kerajaan Kadiri, hal ini dibuktikan dengan keberadaan Pertapan Dewi Kili Suci yang terletak di puncak Gunung Pegat. Menurut Oud Javaansche Oorkonden,[2] keberadaan Pertapan Dewi Kili Suci tercatat dalam prasasti bertahun 1120 Saka (1198 M), pada masa pemerintahan Raja Srengga yang memerintah Kadiri pada kala itu.[3]
Jejak sejarah lain bisa dilacak dari Candi Mleri/Wleri. Candi yang terletak di kaki Gunung Pegat, Desa Bagelenan ini menyimpan sebagian abu dari Ranggawuni, Raja Singosari yang bergelar Wisnuwardhana dan memerintah pada tahun 1248-1268. Sebagian abu Wisnuwardhana lainnya disemayamkan di Candi Jago, Tumpang, Kabupaten Malang.
Dalam buku The History of Java karya Sir Thomas Stamford Raffles, Srengat (ditulis Sríngat) dan Blitar merupakan salah satu native province di bawah Kesunanan Surakarta sebagai hasil perjanjian dengan Kesultanan Yogyakarta pada tahun 1754[4].
Pasca Perang Diponegoro, sebagian orang-orang Mataram Islam pengikut Pangeran Diponegoro melakukan eksodus dengan membuka hutan dan mendirikan desa di Bang Wetan (Jawa Timur). Salah satunya di wilayah Srengat, hal ini dibuktikan dengan nama desa Karanggayam dan Ngaglik, yang merupakan nama-nama wilayah di Yogyakarta yang kala itu merupakan pusat Kerajaan Mataram Islam.[5] Bukti lain adalah keberadaan makam Cokro Manggolo Yudho yang merupakan salah satu senopati Pangeran Diponegoro.[6] Makamnya bisa ditemukan di Gunung Pegat bagian barat.
Pada masa pemerintahan Belanda, Srengat berbentuk kawedanan dengan cakupan wilayah Kecamatan Srengat, Kecamatan Ponggok, dan Kecamatan Udanawu. Wedana pertama Srengat adalah Raden Sutedja yang berasal dari Ponorogo.[6] Pusat pemerintahan Kawedanan Srengat kini telah beralih fungsi menjadi Kantor Imigrasi Kelas 2 Blitar yang terletak di Jalan Raya Mastrip.
Kecamatan Srengat terletak 13 kilometer arah barat Kota Blitar. Tepatnya pada koordinat 112°1' BT-112°7' BT dan 8°2' LS-8°7' LS.
Luas wilayah Kecamatan Srengat adalah 53,98 km² yang terdiri dari 4 kelurahan dan 12 desa. Desa Purwokerto merupakan wilayah desa/kelurahan terluas (5,08 km²), sedangkan Kelurahan Dandong memiliki luas wilayah tersempit (1,73 km²).[7]
Utara | Kecamatan Udanawu, Ponggok |
Timur | Kecamatan Ponggok, Sanankulon |
Selatan | Kabupaten Tulungagung |
Barat | Kecamatan Wonodadi |
Sebagian besar topografi Kecamatan Srengat berupa dataran rendah dengan rata-rata ketinggian 133 meter di atas permukaan laut. Sisi tertinggi Srengat berupa perbukitan yang terletak memanjang di sisi utara yang dikenal dengan Gunung Pegat. Pada sisi selatan, yakni Desa Ngaglik, Selokajang, Purwokerto, dan Karanggayam dilalui oleh aliran Sungai Brantas yang menjadi pembatas wilayah dengan Kabupaten Tulungangung.
Pada 2015, Kecamatan Srengat memiliki 87 hari hujan dengan rata-rata curah hujan 14,78 mm. Bulan April merupakan bulan terbasah dengan curah hujan 21,42 mm dan jumlah hujan 19 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni dengan jumlah 1 hari hujan dan curah 8,00 mm. Bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober merupakan musim kering ditandai dengan tidak turunnya hujan sama sekali.[1]
Menurut proyeksi sementara BPS, pada tahun 2015 jumlah penduduk Kecamatan Srengat sebesar 64.905 jiwa atau mengalami kenaikan 0,72% dibanding tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut 32.338 berjenis kelamin laki-laki dan 32.567 berjenis kelamin perempuan, dengan sex ratio sebesar 99,30.[7]
Kepadatan penduduk Srengat secara keseluruhan sebesar 1.202 jiwa/km². Kelurahan Dandong merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi, yakni pada angka 2.129 jiwa/km². Sedangkan Desa Kerjen menempati urutan terendah dengan kepadatan penduduk hanya 839 jiwa/km². Kelurahan Srengat yang merupakan ibu kota kecamatan dihuni paling banyak penduduk dengan jumlah 6.533 jiwa.[7]
Mayoritas penduduk Kecamatan Srengat memeluk Agama Islam.[1]
Fasilitas pendidikan di Srengat tersedia dari jenjang TK hingga SMA,[7] dengan rincian jumlah sekolah sebagai berikut:
Pada sektor kesehatan, Kecamatan Srengat memiliki:
Srengat memiliki RSUD berstandar C dengan empat spesialis dasar, yaitu spesialis anak, obstetri dan ginekologi, spesialis penyakit dalam, dan spesialis bedah. Rumah sakit yang berlokasi di Jalan Raya Dandong ini rencananya akan diresmikan Bupati Blitar Drs H Rijanto MM pada bulan Juni atau pertengahan tahun 2020. Komplek RSUD Srengat memiliki empat lantai, yakni ruang rawat jalan, rawat inap, ruang operasi, ICU, laboratorium dan ruang penunjang seperti Masjid, parkir, asrama dan rumah dinas.[8]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.