Loading AI tools
salah satu kepercayaan di dunia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Sedulur Sikep berasal dari bahasa Jawa yang berarti (dalam Bahasa Indonesia) "Saudara Sikep" adalah kelompok masyarakat yang berusaha menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan Ajaran Samin atau Saminisme. Sedulur Sikep merupakan suatu ajaran berupa pengetahuan lokal dan interaksi antara manusia dengan alam. Sedulur Sikep sendiri merupakan salah satu tradisi dan budaya yang merupakan bagian dari Kebudayaan Jawa, oleh karena itu Sedulur Sikep dapat ditemui baik di Jawa Tengah, Ngawi maupun daerah Jawa Timur.[1][2][3][4][5][6][7]
Artikel ini adalah bagian dari seri |
Agama asli Nusantara |
---|
Sumatra |
Ugamo Malim • Pemena • Arat Sabulungan • Fanömba adu • Melayu |
Jawa |
Sunda Wiwitan (Madraisme & Buhun) • Kapitayan • Kejawen • Hindu Jawa • Saminisme |
Nusa Tenggara |
Hindu Bali • Halaika • Wetu Telu • Marapu • Jingi Tiu • Koda Kirin • Makamba Makimbi |
Kalimantan |
Kaharingan • Momolianisme • Bungan |
Sulawesi |
Aluk Todolo • Tolotang • Tonaas Walian • Adat Musi • Masade • Hindu Sulawesi |
Maluku dan Papua |
Naurus • Wor • Asmat |
Organisasi |
Portal «Agama» |
Komunitas masyarakat yang disebut Sedulur Sikep ini terbanyak ditemukan di daerah Bojonegoro, Tuban, Blitar, Gresik, dan Madiun untuk di Provinsi Jawa Timur, untuk Kabupaten Ngawi dijumpai pada Ngawi bagian utara yakni Kecamatan Pitu, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Bringin, Kecamatan Padas dan Kecamatan Karangjati, sementara untuk di Provinsi Jawa Tengah komunitas Sedulur Sikep dapat ditemui di daerah Blora, Rembang, Grobogan, Pati, dan Kudus.[1][8][3][9][2][10]
Keberadaan Sedulur Sikep tidak dapat dipisahkan dari kemunculan Ajaran Samin yang dipelopori oleh seorang tokoh asal Blora bernama Samin Surosentiko atau Raden Kohar,[8][11][3][12] oleh karena itu Sedulur Sikep juga dapat disebut dengan Sedulur Sikep Blora.[1][13][14][15][7] Raden Kohar adalah anak dari Raden Surowidjojo, yang juga dikenal karena melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dengan mendirikan kelompok perlawanan yang bernama Tiyang Sami Amin.[16] Raden Kohar juga masih dipercaya memiliki garis keturunan dari Kerajaan Majapahit.[8]
Raden Kohar dalam sejarahnya pernah melakukan suatu pemberontakan dengan bentuk pembangkangan terhadap penjajahan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada 1890.[11] Namun dalam buku The Samin Movement karya Henry J. Benda dan Lance Castles, perlawanan Raden Kohar dimulai pada 4 Februari 1907.[8] Selain itu versi lainnya juga hadir dari antropolog Amrih Widodo dalam karyanya yang berjudul Samin in The Order: The Politics of Encounter and Isolation, Raden Kohar memulai pemberontakannya terhadap Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada dekade 1890-an.[16] Meski ada perbedaan waktu dalam berbagai macam versi yang berbeda, inti daripada Ajaran Samin tetaplah sama, yakni membela hak petani.[8][11][17][18][19]
Raden Kohar sendiri kemudian ditangkap di Rembang, Jawa Tengah oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada 1914 dan dibuang ke Padang, Sumatera Barat atas tuduhan pemberontakan hingga wafat di sana.[16]
Meski dikenal sebagai gerakan yang cenderung mengisolasi diri, Sedulur Sikep memiliki prinsip dan ideologi yang populis sehingga ia dapat menyebar dan diterima dibanyak tempat di Jawa, terutama Jawa Tengah, Ngawi dan Jawa Timur. Pada periode 1900-an Sedulur Sikep dan Ajaran Samin yang mereka anut berhasil menyebar hingga ke berbagai kota dan daerah di luar Blora, antara lain; Pati, Bojonegoro, Grobogan, Pitu, Karangjati, Bringin, Rembang, dan Madiun.[16][7]
Ditangkap dan dibuangnya Raden Kohar ke Padang, Sumatera Barat oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda tidak menyurutkan perlawanan kelompok Sedulur Sikep. Kelompok Sedulur Sikep bahkan menjadi semakin berani untuk menggunakan Bahasa Jawa ngoko terhadap pejabat pemerintah dan priyayi, hal ini dikarenakan kelompok Sedulur Sikep menganggap Bahasa Jawa kromo sebagai bentuk stratifikasi sosial yang menindas.[11] Selain itu mereka juga digambarkan tidak suka dengan bentuk otoritas apapun karena dianggap sebagai pengengkangan.[16][1]
Dalam perjuangannya Raden Kohar membela hak-hak petani, salah satunya dalah melawan kebijakan pajak tanah yang diterapkan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Sejak saat itu Ajaran Samin - termasuk juga komunitas Sedulur Sikep - mulai dikenal sebagai hal yang dekat dengan unsur-unsur perlawanan dan pemberontakan melawan segala bentuk sistem ketidakadilan, termasuk terhadap kolonialisme dan kapitalisme.[1][11][8][3][7]
Pada suatu ketika seorang filsuf dan ilmuwan Jerman bernama Karl Jaspers dan salah satu tokoh pergerakan nasional Tjipto Mangoenkoesoemo melakukan penelitian tentang Ajaran Samin dan komunitas Sedulur Sikep. Keduanya tetap memiliki analisis dan kesimpulan yang sama mengenai Ajaran Samin dan Sedulur Sikep, yakni ajaran tersebut adalah gabungan daripada nilai-nilai Agama Hindu dengan prinsip anarkisme petani atau yang juga ada kecenderungan ke arah ekoanarkisme dan anarko-primitivisme.[1]
Konsep daripada Ajaran Samin yang diaktualisasikan oleh Sedulur Sikep, antara lain:
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masyarakat Sedulur Sikep memang sangat mengutamakan pertanian atau agrikultur sebagai mata pencaharian utama. Prinsip Sedulur Sikep dalam engelola pertanian adalah hanya untuk bertahan hidup atau memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, tidak ada keinginan untuk mengeksploitasi alam secara besar-besaran. Etika dan etos kerja masyarakat Sedulur Sikep dalam menjaga dan mengelola alam dapat dikatakan sebagai salah satu yang terbaik, khususnya dalam upaya menanggulangi krisis pangan.[20]
Masyarakat Sedulur Sikep juga memiliki sistem pendidikan sendiri untuk anak-anak mereka. Dalam Sedulur Sikep pendidikan formal tidak mencerminkan Ajaran Samin yang dekat dengan alam, bagi mereka sekolah terbaik adalah alam, salah satunya dalah cara mengelola sawah. Tetapi mereka tetap memberikan pelajaran baca-tulis kepada anak-anaknya secara otodidak di rumah.[11] Selain itu, konsep pendidikan masyarakat Sedulur Sikep juga mengajarkan tentang lingkungan hidup, cinta kasih, kekeluargaan, keadilan sosial, toleransi, kepedulian, gotong royong dan nilai-nilai positif lainnya yang sulit didapatkan dari pendidikan formal.[8][7]
Sebagai komunitas masyarakat yang mengisolasi diri, Sedulur Sikep hanya memperbolehkan pernikahan sesama anggota atau penganut Ajaran Samin. Apabila ada pengahut Sedulur Sikep atau Ajaran Samin yang ingin menikahi orang dari luar komunitasnya, maka orang yang dinikahinya tersebut harus siap menjadi bagian dari masyarakat Sedulur Sikep.[8] Komunitas masyarakat Sedulur Sikep memang dari dahulu melihat otoritas sebagai sesuatu yang menindas, sehingga mereka melawannya. Hal ini membuat warga Sedulur Sikep sebelumnya menjadi kesulitan saat melangsungkan pernikahan karena mereka menolak melaporkannya ke Kantor Urusan Agama (KUA).[1] Namun sekarang masyarakat Sedulur Sikep sudah dapat menerima otoritas agama dan negara, khususnya terkait dengan hal pernikahan.[21][22][23][24][25][26]
Meski memiliki sejarah yang kental dengan perlawanan terhadap otoritas, namun saat ini masyarakat Sedulur Sikep sudah mulai terbuka. Masyarakat Sedulur Sikep telah paham mengenai kontalasi politik Indonesia, khususnya dalam Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2019 dan Pemilihan Umum Legislatif Indonesia 2019. Warga Sedulur Sikep pun menerima sosialisasi pemilihan umum yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) di daerah-daerah tempat masyarakat Sedulur Sikep tinggal, serpti di Pati, Kudus, dan sekitarnya. Mereka juga kerap memantau para calon presiden, calon legislatif, dan partai politik melalui televisi.[27][28] Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran politik yang terus meningkat di kalangan masyarakat adat Sedulur Sikep, sekaligus menunjukkan komunitas ini siap mengikuti perkembangan zaman.
Sampai saat ini masyarakat Sedulur Sikep masih tetap bertahan menjaga idealisme Ajaran Samin di tengah arus Industrialisasi, modernisasi, dan globalisasi yang semakin massif. Seperti pada awal kemunculannya, Sedulur Sikep dan Ajaran Samin masih konsisten memperjuangkan hak-hak hidup petani dan konservasi lingkungan hidup. Salah satu perjuangan yang dilakukan oleh komunitas masyarakat Sedulur Sikep saat ini adalah melawan pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Aksi penolakan pembangunan pabrik semen tersebut juga dikenal dengan Aksi Petani Kendeng.[11][16][19][29][30][31]
Bagi masyarakat Sedulur Sikep, perlawanan terhadap pabrik semen dikarenakan industri tersebut telah merusak lingkungan hidup dan mengancam keberlangsungan pertanian yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat Sedulur Sikep, khususnya yang ada di Pegunungan Kendeng. Dalam setiap aksinya, masyarakat Sedulur Sikep tidak pernah menggunakan cara kekerasan, mereka melakukan protes dengan melantunkan lagu Ibu Bumi dan yang paling parah adalah menyakiti diri dengan menyemen kaki sendiri di depan Istana Merdeka. Bagi masyarakat Sedulur Sikep khususnya (Orang Jawa pada umumnya) aksi menyakiti diri sendiri adalah puncak kemarahan, karena bagi mereka jika kemarahan disalurkan dengan kekerasan terhadap orang lain adalah hal yang buruk, maka dengan begitu mereka lebih memilih untuk menyakiti diri sendiri daripada menyakiti orang lain.[16]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.