Strive for Excellence Lima Besar Karena Kebersamaan
Tutup
Pada tahun 2007, sekolah ini menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebelumnya dengan KBK. Pada tahun 2013 sekolah ini kembali berganti kurikulum menjadi Kurikulum 2013. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah, pada tahun 2009, SMA Negeri 5 Bandung ditunjuk menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan mengadopsi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, serta menjalin kerjasama dengan beberapa sekolah di Singapura, Malaysia, Australia, Amerika Serikat, Turki, Jepang dan Inggris.
Dengan dicabutnya program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) oleh Mahkamah Konstitusi pada tahun 2013, maka SMA Negeri 5 Bandung kembali menjadi Sekolah Nasional dan berada dalam pengelolaan Pemerintah Kota Bandung. Seiring dengan alih kelola SMA dan SMK oleh Pemerintah Provinsi sesuai amanat Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, maka mulai tanggal 1 Januari 2017 SMA Negeri 5 Bandung berada di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Remove ads
Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan.
Bangunan sekolah ini merupakan gedung tua yang dibangun pada zaman pemerintahan Hindia Belanda (tahun 1916), dirancang oleh arsitek Charles Prosper Wolff Schoemaker, yang berfungsi sebagai gedung Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS) yaitu sekolah menengah untuk bangsa Belanda dan kalangan ningrat Indonesia (sekolah setaraf gabungan SMP (MULO) dan SMA (AMS) dengan masa studi 5 tahun).
Gedung ini berdiri di atas tanah seluas 14.240 m2 dengan luas bangunan 8.220 m2 menghadap ke utara (Jalan Belitung) dihuni oleh dua sekolah yaitu SMAN 3 Bandung di sebelah barat dan SMAN 5 Bandung di sebelah timur. Batas SMAN 3 dan SMAN 5 hanya dibatasi oleh jalur koridor tengah yang memanjang dari arah utara ke selatan.
Adapun sejarah dan fungsi bangunan adalah sebagai berikut:
Zaman Belanda (1916 - 1942): Berfungsi sebagai gedung HBS Bandung, sebagai HBS ke-4 yang didirikan pemerintah kolonial setelah HBS di Jakarta (1867), Surabaya (1875), dan Semarang (1 November 1877). Ketiga HBS tersebut semula bermasa studi 3 tahun, sejak 1879 menjadi 5 tahun (HBS V).
Zaman Jepang (1942 - 1945): Berfungsi sebagai markas (tangsi/asrama) tentara Jepang (Kempetai).
Zaman Peralihan (1947 - 1950): Pagi hari berfungsi sebagai Sekolah VHO (Voortgezet Hoger Onderwijs) - sekolah setaraf SMA berbahasa Belanda dan sore hari sebagai VHO berbahasa Indonesia. Pada periode itu Bandung dan sekitarnya masih dikuasai NICA sehingga sistem pendidikan masih mengacu pada sistem yang berlaku sebelum pendudukan Jepang. Gedung sekolah tersebut pagi hari digunakan siswa berbangsa Belanda yang waktu itu masih banyak menetap di Bandung, sementara siang-sore harinya digunakan siswa Indonesia.
Tahun 1950: VHO berbahasa Indonesia diganti menjadi SMA 1 B/C, sedangkan VHO berbahasa Belanda (ex HBS) menjadi SMA 2 B/C. Sejak pengakuan kedaulatan Indonesia Desember 1949, jumlah siswa berbangsa Belanda surut dengan sendirinya, sementara siswa berbangsa Indonesia semakin meningkat jumlahnya. Sebagai catatan pada saat itu di Bandung ada tiga SMA Negeri, yaitu SMA 1 B/C di Jl. Belitung (kelas sore, eks VHO Indonesia), SMA 2 B/C di Jl. Belitung (kelas pagi, eks VHO Belanda, eks HBS), dan SMA 3 A/B (eks SMA Parki, sejak tahun 1950 diubah menjadi SMA 3 A/B, kelak menjadi SMA Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri 4 Bandung, berlokasi di Jl. Sumatera/Jl. Jawa).
Tahun 1952: Terjadi pemekaran sekolah, SMA 1 B/C menjadi SMA B dan SMA C[A] sedangkan SMA 2 B/C menjadi SMA 2 B. Siswa bagian C dari eks SMA 1 B/C dan SMA 2 B/C digabungkan ke SMA C. Pada pagi hari digunakan untuk SMA 2 B (kelak menjadi SMA Negeri 2 Bandung) dan SMA C (kelak menjadi SMA Negeri 5 Bandung), sedangkan pada sore hari digunakan oleh SMA B (kelak menjadi SMA Negeri 3). Pada bagian lain SMA 3 A/B eks Parki juga dimekarkan menjadi SMA 3 B dan SMA 3 A.
Tahun 1956: Terjadi perubahan nomenklatur sekolah, SMA C menjadi SMA Negeri V C. Pada bagian lain SMA B menjadi SMA Negeri III B, SMA 2 B menjadi SMA Negeri II B. Sementara itu dua SMA di Jl. Sumatera/Jl. Jawa, SMA 3 B menjadi SMA Negeri IV B, SMA 3 A menjadi SMA Negeri I A. Dengan demikian sampai saat itu terdapat 6 SMA Negeri di Bandung, yaitu:
SMA Negeri I A (eks SMA 3A, eks SMA 3 A/B, eks SMA Parki, lokasi masih menumpang di lokasi SMP Negeri 2 Bandung dan SMP Negeri 5 Bandung Jl. Sumatera/Jl. Jawa).
SMA Negeri II B (eks SMA 2B, eks SMA 2 B/C, eks VHO Belanda, eks HBS, lokasi di Jl. Belitung).
SMA Negeri III B (eks SMA B, eks SMA 1 B/C, eks VHO Indonesia, lokasi di Jl. Belitung).
SMA Negeri IV B (eks SMA 3B, eks SMA 3 A/B, eks SMA Parki, lokasi masih menumpang di lokasi SMP Negeri 2 Bandung dan SMP Negeri 5 Bandung Jl. Sumatera/Jl. Jawa).
SMA Negeri V C (eks SMA C, gabungan bagian C dari eks SMA 1 B/C dan SMA 2 B/C, lokasi di Jl. Belitung).
SMA Negeri VI C (filial SMA V C, lokasi di Jl. Belitung).
Penomoran sekolah tersebut bukanlah berdasarkan tahun pendirian melainkan berdasarkan penjurusan A/B/C. Oleh karena itu, SMA Negeri 1 Bandung yang semula SMA 3A diberi nomor "I", SMA 2 B tetap diberi nomor "II", SMA B diberi nomor "III" karena nomor "I" sudah diberikan kepada SMA Negeri IA, demikian juga SMA C yang secara alfabet mendapat nomor urut "V".
Beberapa waktu kemudian terjadi perubahan nomenklatur lagi, penjurusan SMA dihapuskan, setiap SMA membuka semua bagian baik A (Budaya dan Sastra/Sejarah), B (Ilmu Pasti/Ilmu Alam), C (Ilmu Sosial). SMA Negeri V C menjadi SMA Negeri V.
Tahun 1966: SMA Negeri II pindah ke jalan Cihampelas (menempati bekas sekolah Cina) dan SMA Negeri VI C (kelak menjadi SMA Negeri 9 Bandung) pindah ke jalan Pasir Kaliki (menempati bekas sekolah Cina). SMA Negeri III "pindah" menjadi kelas pagi di Jl. Belitung bersama SMA Negeri V.
Pada bagian lain SMA Negeri I dan SMA Negeri IV yang sebelumnya menumpang di Jl. Sumatera/Jl. Jawa mendapat lokasi baru. SMA Negeri IV pindah ke Jl. Gardujati No.20 (menempati bekas SD Chung Hwi), SMA Negeri I pindah ke Jl. Ir. H. Juanda.
Tahun 1966: Kantor Inspeksi Daerah SMA Departemen P dan K Jawa Barat memutuskan SMA VI C menjadi dua yaitu SMA Negeri VI Jalan Pasirkaliki dipimpin oleh M. Sabarani dan SMA VI Jalan Belitung 8 dipimpin oleh Drs, Ahmad Hamid.
Tahun 1969: SMA Negeri VI Jl Belitung 8 diganti menjadi SMA Negeri 8/ 22; delapan menunjukan jalan Belitung no 8 sedangkan 22 menunjukan nomor register sekolah.
Tahun 1975: Pada tanggal 10 Oktober 1975 berdasarkan SK kanwil P dan K No.2553/A/1975 SMA Negeri 8/22 diganti menjadi SMA Negeri IX Bandung . Selanjutnya pada tanggal 9 Desember 1975 dibentuk Koperasi Mekar Sembilan (KMS).
Tahun 1984: SMA Negeri IX yang berlokasi di Jalan Belitung pindah ke Jalan Suparmin No 1 A.
Tahun 1984 hingga sekarang: Berfungsi sebagai gedung SMAN 3 Bandung dan SMAN 5 Bandung.