Remove ads
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Philippe Leclerc de Hauteclocque, dikenal juga dengan nama Philippe François Marie de Hauteclocque[1] (lahir 22 Nov 1902 di Belloy-Saint-Léonard, Prancis, meninggal 28 Nov 1947 di Colomb-Béchar, Aljazair Prancis[2]) adalah pria berkebangsaan Perancis yang yang menolak untuk menerima kekalahan dan terus bertarung di jajaran Free France (Prancis Merdeka) pada tahun 1940. Philippe menggunakan nama 'Lecrec' sebagai nama nom de guerre atau nama samaran.[3]
Mulanya, ia memiliki misi pertamanya untuk mengumpulkan Pasukan Prancis Merdeka di Afrika Ekuatorial Prancis.[4] Dari pangkalan Chad, Philippe mengarahkan ekspedisi melawan pasukan Italia di Libya. Di sana ia bersumpah demi rakyat Perancis untuk tidak menyerah sebelum melihat bendera Prancis terbang di atas Katedral Strasbourg.[5] Setelah sukses bersekutu di Afrika Utara, Philippe berhasil menyatukan berbagai pasukan dari Free France dan mantan Pasukan Vichy di Divisi Lapis Baja ke-2 Perancis yang baru. Divisi ini mendarat di Prancis pada tanggal 1 Agustus 1944 dan ditugaskan untuk membebaskan Paris. Divisi 2 terus bertarung di Alsace dan membebaskan Strasbourg pada November 1944.Pada akhir perang, divisi ke-2 tiba di kediaman Hitler di Berchtesgaden.[3][6]
Philippe meninggal dalam kecelakaan pesawat di Aljazair pada tahun 1947. Ia dipromosikan secara anumerta (dipromosikan setelah meninggal) sebagai Marsekal Prancis, beliau juga terkenal sebagai sosok yang berenergi dan berkarisma[3]
Philippe merupakan anak ke-5 dari keluarga bangsawan di wilayah Picardile, Prancis. Ia lulus dari sekolah militer bergengsi di Saint-Cyr[7] pada tahun 1924 dan Saumur. Philippe menikahi Therese de Gargan pada tahun 1925 dan bekerja sebagai staf jeneral dan sebagai instruktur militer. Selama di Akademi Militer Ecole de Guerre, ia menjadi murid terpintar dan melanjutkan karier militernya.[8] Pada tahun 1939, ia diangkat sebagai kapten infanteri, kemudian terluka ditangkap oleh pasukan Jerman, namun ia berhasil melarikan diri ke Inggris. Setelah mendengar bahwa Jenderal Charles de Gaulle[9] sedang mengumpulkan Pasukan Merdeka Prancis dari London, ia mengambil nama Leclerc (untuk menyembunyikan identitasnya dan menyelamatkan keluarganya di Prancis dari balas dendam musuh) dan bergabung dengan de Gaulle.[10] Dipromosikan menjadi kolonel oleh de Gaulle, ia meraih sejumlah kemenangan militer di Afrika Ekuatorial Prancis. Setelah dipromosikan menjadi brigadir jenderal, ia melakukan pawai sepanjang 1.000 mil (1.600 km) dari Chad ke Tripoli, Libya, untuk bergabung dengan pasukan Angkatan Darat Ke-8 Inggris, menangkap garnisun Italia di sepanjang jalan. Ia dipromosikan menjadi jenderal besar pada tahun 1943.[11]
Ketika perang dimulai pada bulan September 1939, Philippe ditugaskan sebagai kepala staf Divisi Infanteri ke-4 dan ditempatkan di sepanjang perbatasan Belgia. Divisi tersebut diperintahkan untuk menjaga tepi Sungai Sambre, sebagai situs pertempuran Perang Dunia I melawan Jerman. Ketika jumlah korban di antara para perwira meningkat, Philippe mendapati dirinya dalam komando tiga batalyon infantri, dan Infanteri ke-4 terpaksa mundur. Kekalahan tersebut terjadi hingga 25 Mei, Divisi Infanteri ke-4 didorong kembali ke kota Lille, 25 mil dari Dunkirk. Lalu Pasukan Prancis berusaha untuk mengevakuasi ribuan tentara Perancis dan Inggris dari pantai.[12]
Tiga hari kemudian, pada pagi hari tanggal 28 Mei, Kota Lille disergap pasukan musuh. Komandan jenderal Divisi Infanteri ke-4 bersiap untuk menyerah, namun Philippe tidak ingin ditangkap dan mendapat izin dari komandan jenderal untuk mencoba melarikan diri. Ia melintasi jalan-jalan Jerman pada malam hari dengan berjalan kaki dan sepeda curian, bahkan ia sempat ditangkap dua kali dalam upaya melarikan diri. Dia pergi ke Prancis Selatan, ke tempat di mana istri dan enam anaknya melarikan diri. Di sanalah dia mendengar siaran radio tentang Charles de Gaulle dari London dan memutuskan untuk bergabung dengan Free French (Prancis Merdeka).[12]
Teman-teman Philippe membuatkan dirinya paspor palsu, identitas baru sebagai pedagang anggur bernama Leclerc. Nama itu akan digunakan selama sisa hidup Philippe. Dia bepergian sendirian melalui Spanyol dan Portugal, di mana dia bisa naik kapal menuju Inggris. Pada 25 Juli, ia sampai ke kantor de Gaulle di Carlton Gardens di London dan memperkenalkan dirinya. Mengetahui keluargan dan mendengar ceritanya, de Gaulle mempromosikannya sebagai mayor.[12]
De Gaulle ingin melanjutkan perang dari koloni Prancis dan berharap untuk memenangkan mereka dari kendali negara bagian Vichy. Pada 6 Agustus 1940, ia mengirim tiga pria, salah satunya Philippe, sebagai delegasi ke Nigeria-Inggris untuk mewakili Prancis Merdeka. Koloni Perancis di Kamerun yang berbatasan dengan Nigeria dan menjadi sasaran pertama karena penjajah Prancis dan penduduk asli takut bahwa Vichy akan menyerahkan Kamerun kepada Jerman. Pada malam 26 Agustus, Philippe memimpin pasukan yang terdiri dari 17 pria, lima petugas, dan seorang imam melintasi perbatasan rawa ke kota Douala di Kamerun. Masing-masing dipersenjatai hanya dengan pistol. Untuk memberi dirinya lebih banyak wewenang, Philippe mempromosikan dirinya menjadi kolonel. Philippe merebut Kameran dan menjadikannya di bawah kekuasaan Prancis Merdeka. Pada minggu yang sama semua Afrika Ekuatorial Prancis, kecuali Gabon, menyatakan bergabung dengan Prancis Merdeka. Philippe akan memimpin ekspedisi untuk menangkap Gabon pada pertengahan November. Di London, de Gaulle dengan senang hati mengkonfirmasi promosi Philippe menjadi kolonel. Philippe menjadi besar kepala dan berharap popularitas barunya akan meluas ke Afrika Barat, tetapi armada gabungan Inggris dan Perancis Merdeka ditolak di Dakar. De Gaulle menghibur dirinya dengan mengkonsolidasikan keuntungannya di Afrika Ekuatorial.[12]
De Gaulle memindahkan Philippe sebagai gubernur Kamerun dan mengirimnya ke Chad, tempat di mana ia akan mengatur serangan terhadap warga Italia di Libya. Dia tiba di Chad pada pertengahan Desember untuk memimpin pasukan 6.000 penduduk asli Chad dan 460 pasukan Eropa. Philippe mewarisi beberapa meriam 75 mm dan beberapa truk Prancis yang kurang bertenaga yang tidak mampu melintasi ratusan mil jalan, apalagi medan gurun. Lebih buruk lagi, dia harus mengangkut semua perbekalannya seperti makanan, bahan bakar, senjata, dan amunisi dari pelabuhan kecil di sepanjang Samudra Atlantik melalui hutan dan melewati gurun sepanjang lebih 1.000 mil hanya untuk mencapai titik awal di perbatasan Libya. Meski demikian, Inggris bersedia mengalokasikan sumber daya mereka yang sedikit dan sejumlah barang dari Amerika yang untuk mendukung Prancis dalam upaya mereka membuat orang Italia di Lybia tidak nyaman.[12]
Pada waktu yang bersamaan ketika Philippe mencapai Chad, koloni miliknya mendapat kunjungan dari unit Inggris yang berspesialisasi dalam taktik tabrak lari. Pasukan ini adalah patroli dari Long Range Desert Group (LRDG) dengan Mayor Pat Clayton sebagai komandan. LRDG, yang beroperasi dari pangkalan-pangkalan di sepanjang Sungai Nil, untuk menyerang pos-pos terpencil Italia. Kerusakan yang dihasilkan menyebabkan Italia mengumpulkan pasukan yang diperlukan untuk invasi yang direncanakan ke Mesir untuk memperkuat garnisun gurun mereka. Pasukan gabungan Inggris-Prancis masing-masing terdiri dari dua atau tiga truk, lalu mulai menembaki benteng dengan senapan mesin, senapan Bofors ringan, dan mortir. Truk-truk lain merusak bandara, menghancurkan tiga pesawat ringan Ghibli dan seorang pembom Savoia-Marchetti bersama dengan tempat pembuangan bahan bakar. Seorang tentara Inggris dan seorang Prancis terbunuh. Kemudian, kelompok patroli kembali ke Chad Utara pada 19 Januari.[12]
Philippe mengalihkan perhatiannya ke kota besar lainnya di Libya Selatan, Kufra. Dekat dengan perbatasan Mesir, bandara di Kufra adalah penghubung penting antara Italia dan kaum Italia di Afrika Timur. Philippe memutuskan untuk mengambilnya. Dia menulis kepada de Gaulle, "Apa pun kesulitannya, kami akan pergi dan kami akan berhasil." Berbeda dengan serangan gabungan pada Murzuk, Kufra akan menjadi ekspedisi yang seluruhnya dilaksanakan oleh Perancis.[12][13]
Setelah sembilan bulan tidak aktif setelah operasi Kufra, Philippe memutuskan sudah tiba saatnya untuk bertindak. Targetnya adalah selusin pos Italia di barat daya Libya. Ada 150 kendaraan, 500 orang, dan 10 pesawat untuk melakukan serangan di wilayah seluas Prancis itu sendiri. Philippe membagi pasukannya menjadi beberapa skuadron untuk menyelesaikan misi ini. Para perampok mulai dari Zouar pada 7 Februari. Butuh enam hari untuk mencapai pangkalan di Uigh-el-Kebir. Serangan dijadwalkan mulai pada 28 Februari. Penggerebekan Fezzan berlangsung selama 15 hari. Pada waktu itu, empat benteng Italia hancur, 50 tahanan diambil, bahan bakar dan amunisi dibuang, dan tiga pesawat hancur dengan akibat delapan warga Prancis tewas dan lima belas luka-luka.[12]
Saat itu Inggris berada di pihak penerima serangan Jerman dan mereka terlempar kembali dari Jalur Gazala ke El Alamein. Philippe harus menunggu dengan hati-hati sebelum menyerang, bahkan ia mengatur liburan bergilir untuk anak buahnya di Afrika Selatan. Sementara itu, pihak Prancis dan Italia bersiap untuk konflik yang tak terhindarkan. Penerbangan untuk mengintai Italia dan Jerman ditingkatkan, memaksa Prancis untuk beroperasi pada malam hari. Benteng Italia yang hancur dihuni kembali dengan pasukan baru. Prancis terus menerima dan menimbun persediaan dan senjata di daerah-daerah maju. De Gaulle, geram saat mengetahui bahwa ia dikucilkan dalam menyusun rencana invasi Sekutu di Afrika Utara, namun ia mengatakan kepada Philippe bahwa ketika dia mencapai pantai di Tripoli, Philippe harus menempatkan dirinya di bawah komando Inggris. Kedua pria itu berunding di Fort Lamy dan setuju bahwa pasukan Prancis ke pantai di Libya akan mencakup 3.000 tentara. Jika pada saat invasi, Vichy (negara bagian Prancis) memihak Jerman, Philippe akan menyerang dan menduduki sisa-sisa koloni Vichy di Afrika. Pada 8 November, Philippe mengetahui tentang Operasi Torch tentang pendaratan Anglo-Amerika di Afrika Utara. Pada tanggal 12, de Gaulle memerintahkannya untuk memulai penaklukannya atas Libya Selatan dalam operasi Fezzan 2. Pada pertengahan Desember, pasukan kecil Philippe yang terdiri dari tiga kolom telah mencapai markas maju dan pindah ke wilayah Italia. Dia tetap berhubungan terus-menerus dengan pasukannya dengan terbang melintasi padang pasir untuk bertemu dengan para komandannya di mana pun mereka berada.[12]
Jerman dan Italia mengirim pesawat tempur untuk menembaki Prancis. Pada pertengahan Januari 1943, kekuasaan Jerman di Afrika Utara mulai merosot. Kemenangan Inggris di El Alamein pada bulan Oktober telah membawa keberuntungan bagi Prancis menguasai semua wilayah Libya Selatan. Pada 26 Januari, pasukan Prancis memasuki Tripoli di Pantai Mediterania. Ketika Philippe tiba, dia dipanggil untuk bertemu dengan Jenderal Bernard Montgomery,[14] komandan Angkatan Darat Ke-8 Inggris. Philippe muncul dengan seragamnya yang compang-camping dan tipis, ditutupi debu dan lumpur dari Libya. Kedua pria tersebut langsung akrab, dan Inggris melihat kebutuhan pasokan Philippe seperti menyediakan truk baru, seragam, senjata, dan sepatu bot baru untuk menggantikan sepatu yang sobek dan terbelah atau sandal karet ban. Montgomery secara pribadi menawarkan Philippe seragam perang, beberapa kemeja, dan sepasang sepatu perang.[12]
Dalam pertempuran untuk Tunisia, Philippe ditugaskan untuk bertarung di sisi kiri Angkatan Darat Ke-8. Pasukan miliknya diperkuat dengan pasukan dari Yunani dan Inggris. Pasukan gabungan tersebut dikenal dengan nama Pasukan L. Erwin Rommel[11] bersiasat untuk menyembunyikan pasukannya di belakang Mareth Line, garis bunker dan parit buatan Prancis yang mulanya digunakan untuk menangkis pasukan Italia pada tahun 1930-an. Pasukan L ditugaskan untuk menjaga beberapa lintasan gunung yang dikenal sebagai Ksar Rhilane untuk mencegah Jermanm dalam mengapit posisi Inggris. Saat pertempuran berlangsung, Rommel mengirim Philippe tank menuju wadah berisikan 600 senjata antitank dan 400 tank. Namun perbuatan Rommel tersebut ditolak. Setelah itu Rommel berkeingin berputar ke utara, tetapi Hitler tidak peduli dan memanggil Rommel ke Berlin.Komandan baru Jerman, Jenderal Jurgen von Arnim, juga ingin mengapit posisi Inggris. Untuk itu dia harus melibatkan Pasukan L lagi. Montgomery dan Philippe sudah tahu tentang rencana Jenderal baru berkat kecerdasan mereka sendiri. Montgomery memerintahkan Philippe untuk mundur 50 mil ke tempat yang aman, namum Philippe menolak untuk meninggalkan posisinya. Philippe membujuk orang-orang Jerman hingga tiga kali untuk pergi ke tempat persembunyian senjata. Ketika mereka akhirnya mundur karena kalah, Philippe mengirim pesan ke Montgomery bahwa dia telah menghancurkan 60 kendaraan musuh dan 10 senjata. Upaya yang gagal tersebut adalah serangan terakhir dari Jerman di Afrika. Pertempuran Tunisia berakhir ketika Sekutu mendekati Kota Tunis yang dijajah terakhir oleh Jerman. Ketika Jerman mengevakuasi benua tersebut (Afrika), sekitar 250.000 tahanan Axis diambil, jumlah yang lebih besar daripada tahanan di Stalingrad.[12]
Parade kemenangan besar telah direncanakan, tetapi dalam rangka penghinaan terhadap de Gaulle, Prancis harus diwakili oleh mantan pasukan Vichy, Armée d'Afrique. Philippe sangat marah mengetahui hal tersebut. Pada hari acara, ia mengirim pasukannya melalui jalan-jalan kecil untuk bergabung di belakang pawai, di mana mereka membentuk dan berbaris menentang keinginan Anglo-Amerika. Dia mendapar respon baik dan disemangati oleh penduduk Prancis dan Tentara Ke-8. Mengetahui hal tersebut, de Gaulle senang dan mempromosikan Philippe menjadi jenderal bintang tiga. Pasukan L menjadi pasukan inti dari Divisi Prancis Merdeka ke-2, yang akan dipimpinnya di seluruh Eropa. Barisannya membengkak dengan desersi dari Armée d'Arrique yang ingin bergabung dengan pria beraksi. Pasukan Philippe bertambah kuat disaat pembelot Armée d’Afrique ingin bergabung dengannya.[12]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.