Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Pervez Musharraf (bahasa Urdu: پرویز مشرف; 11 Agustus 1943 – 5 Februari 2023) adalah mantan Presiden, Perdana Menteri, dan Kepala Staf Militer Pakistan. Ia meraih kekuasaan pada 12 Oktober 1999 setelah sebuah kudeta dan menjadi Presiden pada 20 Juni 2001. Dalam jajak pendapat 100 Tokoh Majalah Time 2006 mengenai "The People Who Shape Our World", ia merupakan salah seorang tokoh berkuasa di urutan nomor empat.
Pervez Musharraf پرويز مشرف | |
---|---|
Presiden Pakistan ke-10 | |
Masa jabatan 12 Oktober 1999 – 18 Agustus 2008 | |
Perdana Menteri | Zafarullah Khan Jamali Chaudhry Shujaat Hussain Shaukat Aziz Muhammad Mian Soomro (Pejabat Sementara) Yousaf Raza Gillani |
Wakil Presiden | Tidak ada |
Kepala Pengurus Darurat Militer | |
Masa jabatan 12 Oktober 1999 – 21 November 2002 | |
Presiden | Muhammad Rafiq Tarar |
Informasi pribadi | |
Lahir | Delhi, India Britania | 11 Agustus 1943
Meninggal | 5 Februari 2023 79) Dubai, Uni Emirat Arab | (umur
Kebangsaan | Imigran India ke Pakistan |
Partai politik | Liga Muslim Pakistan (Q) |
Suami/istri | Begum Sehba Musharraf |
Penghargaan | |
Sunting kotak info • L • B |
Musharraf lahir di dekat Delhi (India). Pada periode 12 Oktober 1999 - 23 November 2002, ia menjabat perdana menteri. Pada 6 Oktober 2007, ia kembali terpilih sebagai presiden Pakistan untuk masa bakti ketiga.[1] Pada 24 November 2007, Komisi Pemilihan Umum Pakistan mengumumkan, dirinya kembali terpilih sebagai presiden. Ia mengundurkan diri pada 18 Agustus 2008 di tengah ancaman pemakzulan dari pemerintah koalisi pimpinan Asif Ali Zardari, suami mendiang mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto.[2]
Musharraf dilahirkan di Daryaganj di kota Delhi (India) dan pindah bersama orangtuanya ke Karachi (Pakistan) ketika India dibagi dua wilayah pada 1947. Orangtuanya berasal dari latar belakakng kelas menengah dan keduanya berpendidikan sekolah tinggi. Zehra (ibunya) belajar Sastra Inggris dan bekerja untuk Organisasi Buruh Internasional (ILO) yang pensiun tahun 1986. Syed Musharraf-ud-Din (ayahnya) adalah lulusan Universitas Aligarh (India). Ayahnya bekerja di Departemen Luar Negeri Pakistan dan mempunyai karier gemilang serta pensiun sebagai Sekretaris Bersama di Departemen Luar Negeri. Selama beberapa tahun tinggal di Turki sebagai seorang diplomat, sehingga Musharraf tinggal di sana pada masa kanak-kanaknya dan belajar ber-Bahasa Turki hingga fasih atau menguasai.
Musharraf belajar di SMU Saint Patrick (Karachi) dan lulus pada tahun 1958 lalu masuk ke Forman Christian College di Lahore. Tahun 1961, ia masuk Akademi Militer Pakistan di Kalkul dan berprestasi di Royal College of Defence Studies (Britania Raya). Ketika itu pengawasnya berkomentar dan mencatat hasil studinya dengan, "Seorang perwira yang cakap, fasih, dan sangat baik pribadinya, yang memberikan dampak yang sangat berharga di sini. Negaranya sungguh beruntung mendapatkan pengabdian dari seseorang dengan kualitas yang tidak dapat diragukan seperti ini."
Pada 1964, ia ditempatkan di resimen artileri dan ikut berperang dengan India sebagai seorang perwira muda pada 1965. Untuk keberaniannya, ia dianugerahi Imtiazi Sanad. Pada tahun 1967/1968, pangkatnya dinaikkan menjadi Kapten. Ia memperoleh penghargaan (militer) Nishan-i-Imtiaz dan Tamgha-i-Basalat. Ia menjadi dosen di Sekolah Staf Komando, Quetta dan mendapatkan wing perang dari Sekolah Pertahanan Nasional Pakistan. Selain itu ia menjadi relavan dan ikut serta sebagai seorang pasukan komando dan tetap membaktikan diri di Kelompok Pelayanan Khusus selama tujuh tahun.
Ia juga ikut serta dalam Perang India-Pakistan tahun 1971 sebagai Komandan Kompi dalam Batalyon Komando Kelompok Pendukung Khusus (SSG). Ia bertanggungjawab dalam memimpin resimen artileri dan divisi pasukan lapis baja. Pada September 1987, ketika memimpin sebuah satuan Perang gunung SSG yang baru terbentuk di basis Khapalu (Kashmir), ia melancarkan serangan untuk merebut pos-pos yang dikuasai India di lintasan Bilafond La di Glasir Siachen walaupun kemudian terkena serangan balik. Ketika pangkatnya naik menjadi mayor jenderal pada 15 Januari 1991, ia diberikan tanggung jawab mengomandani sebuah Divisi Infanteri dan sebagai letnan jenderal bertanggungjawab atas Korps Penyerang yang bergengsi pada 21 Oktober 1995.
Musharraf pernah menduduki sejumlah jabatan penting sebagai staf dan pengajar dalam kariernya. Ia pun pernah menjadi Direktur Jenderal Operasi Militer di Markas Besar pada periode 1993-1995. Pangkat naik menjadi jenderal dan ditunjuk menjadi Kepala Staf AD, Pakistan pada 7 Oktober 1998 ketika Kepala Staf Jenderal Jehangir Karamat dipaksa mengundurkan diri karena menuntut agar militer diberikan tempat di Dewan Keamanan Nasional Pakistan. Ia mendapat sebuah jabatan lain sebagai Ketua Komite Gabungan Angkatan Bersenjata pada 9 April 1999. Ia memimpin angkatan bersenjata Pakistan dalam Perang Kargil antara India dan Pakistan pada Mei hingga Juli 1999. Pada 15 September 2004, Musharraf mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.
Pada 1997, Nawaz Sharif terpilih menjadi perdana menteri setelah Partai Liga Muslim Pakistan yang dipimpinnya memenangkan pemilihan umum dengan mayoritas besar. Partai ini mendapatkan cukup kursi di parlemen sehingga cukup memiliki kekuatan mengubah konstitusi dengan Amendemen ke-14 Konstitusi Pakistan. Ini akan menghapuskan checks and balances demi membatasi kekuasaan perdana menteri.
Meningkatnya ketegangan antara pemerintahan Perdana Menteri Nawaz Sharif dan militer memberi alasan untuk mempercayai pasukan, tetapi ternyata merencanakan kudeta. Tantangan terhadap kekuatannya kian meningkat. Presiden (sipil) Farooq Leghari dan Ketua Mahkamah Agung Sajjad Ali Shah dipaksa mundur. Ketua Mahkamah Agung mengundurkan diri setelah Gedung Mahkamah Agung diserbu oleh pendukung-pendukung Sharif. Kepala Staf Angkatan Darat Jehangir Karamat mengusulkan dibentuknya Dewan Keamanan Nasional sebagai forum interaksi antara para pemimpin sipil dan para kepala staf militer. Kamarat dipecat oleh Perdana Menteri Nawaz Sharif dan menuunjuk Jnderal Pervez Musharraf untuk menggantikannya.
Dengan naiknya Musharraf persoalan justru semakin meruncing. Pada 12 Oktober 1999, Sharif berusaha memecat Musharraf dan mengangkat direktur Intelijen Antar-Angkatan Khwaja Ziauddin untuk menggantikannya. Musharraf yang berada di luar negeri berusaha kembali ke Pakistan dengan menumpang pesawat komersial. Para jenderal senior Angkatan Darat menolak menerima pemecatan Musharraf. Sharif memerintahkan bandara Karachi mencegah pendaratan pesawat yang kemudian berputar-putar di udara di atas Karachi.
Dalam sebuah kudeta, para jenderal menyingkirkan pemerintahan Sharif dan mengambil alih bandara. Pesawat itu mendarat hanya dengan bahan bakar yang tersisa cukup untuk beberapa menit saja dan Musharraf mengambil alih pemerintahan. Dengan posisi sebagai Kepada Eksekutif, Pervez Musharraf menjadi Kepala Pemerintahan de facto. Ia memiliki kekuasaan yang luas di Pakistan setelah sebuah kudeta tidak berdarah pada 12 Oktober 1999. Nawaz Sharif dikenai tahanan rumah dan diasingkan ke luar negeri. Presiden Muhammad Rafiq Tarar yang menjabat sejak 1 Januari 1998 harus mengakhiri jabatannya pada 20 Juni 2001. Sejak itu, selain sebagai Kepala Eksekutif, secara resmi ia mengangkat dirinya sebagai presiden. Ini terjadi hanya beberapa hari sebelum kunjungan yang dijadwalkan ke Agra untuk pembicaraan dengan India.
Pada 12 Mei 2000, Mahkamah Agung memerintahkan Musharraf mengadakan pemilihan umum selambat-lambatnya 12 Oktober 2002. Untuk melegitimasi kepresidenannya dan menjamin kelanjutannya setelah pemulihan demokrasi makin mendekat, ia mengadakan referendum pada 30 April 2002. Situasi ini memungkinkan memperpanjang masa jabatan kepresidenan hingga lima tahun setelah pemilu Oktober 2002. Tetapi, referendum ini diboikot oleh kebanyakan kelompok politik, sehingga jumlah pesertanya hanya 30% atau mungkin lebih rendah menurut perkiraan pada umumnya.
Pemilu yang diadakan Oktober 2002 dan partai yang baru dibentuk Musharraf yaitu Liga Muslim Pakistan (Q) memenangkan kursi di parlemen. Partai-partai yang menentangnya praktis melumpuhkan Dewan Nasional selama lebih satu tahun. Kemacetan ini berakhir pada Desember 2003, ketika Musharraf melakukan tawar-menawar dengan partai Muttahida Majlis-e-Amal, dengan persetujuan bahwa ia akan meninggalkan Angkatan Darat pada 31 Desember 2004.
Dengan dukungan partai itu, para anggota parlemen pro-Musharraf dapat menguasai dua-pertiga super-mayoritas yang dibutuhkan untuk meloloskan Amendemen ke-17 yang secara retroaktif melegalisasikan kudeta Musharraf tahun 1999 dan banyak dekret yang dikeluarkan sesudah itu. Dalam sebuah mosi percaya pada 1 Januari 2004, Musharraf memenangi 658 dari 1.170 suara di Dewan Pemilih Pakistan dan menurut Pasal 41(8) dari Konstitusi Pakistan, ia "dianggap terpilih" menjadi Presiden hingga Oktober 2007.
Sejak keterlibatannya sebagai perwira senior pasukan khusus Pakistan pada invasi Uni Soviet ke Afganistan, ia telah membangun hubungan pribadi yang sangat baik dengan sejumlah seksi dari lembaga keamanan Amerika Serikat. Setelah kudeta pada 1999, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton menghubunginya untuk mengungkapkan keprihatinannya mengenai kudeta itu dan ingin Asia Selatan yang stabil. Tetapi, kemudian ia menelepon Jenderal Anthony C. Zinni dari Korps Marinir yang saat itu menjadi pemimpin CENTCOM (Timur Tengah). Musharraf yang menyapanya dengan nama "Tony" menjelaskan alasannya dan rencana-rencananya, sehingga Jenderal Zinni tetap merupakan salah satu pendukung terkuatnya.
Setelah serangan teroris pada 11 September 2001 di Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Colin Powell dan para pejabat pemerintahan lain bertemu dengan Musharraf. Ia memihak kepada Amerika Serikat dalam melawan pemerintahan Taliban di Afganistan. Perubahan kebijakan dan bantuannya kepada militer Amerika Serikat sangat kritis. Pengeboman cepat Amerika Serikat menggulingkan rezim Taliban. Musharraf telah bekerja erat dengan Presiden George W. Bush dalam "Perang Melawan Teror" dan menyebabkan meluasnya rasa tidak puas di kalangan rakyat Pakistan karena berbagai alasan.
Tak lama setelah peristiwa 11 September 2001, Musharraf menyampaikan pidato yang sangat penting Diarsipkan 2008-07-05 di Wayback Machine. di televisi Pakistan. Dalam pidatonya, ia menjanjikan dukungan pribadinya dan Pakistan terhadap Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme. Meskipun Taliban umumnya adalah sebuah fenomena yang independen, tetapi ada kesan bahwa rezim Taliban adalah produk dari lembaga Pakistan Inter-Services Intelligence yang bekerja berdasarkan 'kedalaman strategis' untuk menjamin hadirnya sebuah rezim yang bersahabat terhadap Pakistan di Afganistan dan untuk mengurangi jumlah pengungsi yang mengalir ke Pakistan serta mencegah beban lebih jauh terhadap ekonomi yang sedang sakit. Kebijakan baru ini tampaknya merupakan perubahan 180° dari kebijakan yang lama dan dinilai oleh para analis di pusat-pusat pengkajian seperti Brookings Institute sebagai petunjuk dari ketulusan Musharraf
Dukungannya terhadap Amerika Serikat sangat penting dalam mengalahkan Taliban di Afganistan mudah. Hal ini dilakukan setelah keputusannya yang cepat dan strategis untuk menghentikan dukungan Pakistan terhadap Taliban. Pakistan memotong garis-garis pemasokan minyak dan logistik Taliban, memberikan bantuan intelijen dan bertindak sebagai daerah dukungan logistik untuk Operasi Kemerdekaan Abadi.
Musharraf yang fasih berbahasa Inggris dan telah memberikan banyak wawancara dan pidato di berbagai saluran televisi Amerika Serikat dan Eropa serta media-media lain. Ia pun pernah berbicara di pusat-pusat pengkajian seperti RAND Corporation di Santa Monica (California) pada Juni 2003. Dukungannya terhadap perang melawan teror yang dipimpin Amerika Serikat telah menyebabkannya tidak disukai oleh sejumlah partai fundamentalis sayap kanan Pakistan. Citra Amerika Serikat di Pakistan telah banyak cedera setelah invasi ke Irak pada 2003 tanpa resolusi PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa). Musharraf dengan tegas menolak untuk mengirimkan pasukan Pakistan ke Irak tanpa resolusi PBB. Ia telah membuktikan sedikit keheranan dan dipuji secara luas untuk kampanye anti-korupsi dan mendukung Amerika Serikat dalam Perang Melawan Terorisme.
Sebuah kelompok teroris menyerang Parlemen India dengan bom dan senjata api pada 13 Desember 2001. Pakistan dan Amerika Serikat dipersalahkan karena diduga terpengaruh oleh Musharraf, sehingga melakukan mobilisasi untuk serangan balasan. Musharraf menolak dan menganggap tuduhan bahwa Pakistan bertanggungjawab atas serangan itu tidak berdasar.
Akibatnya, Washington melakukan tekanan yang intensif. "Washington Post" (Jim Hoagland, 17 Januari) mengatakan, "Amerika Serikat memaksa Jenderal Musharraf berjanji bahwa biro intelijen Pakistan dan tentaranya akan menghentikan pemberian makanan, senjata dan bantuan logistik lainnya kepada para infiltrator yang melakukan serangan-serangan teroris ke India dan Kashmir yang dikuasai India. Tentara tidak akan lagi memberikan serangan mortir untuk melindungi para infiltrator, yang tidak lagi didukung oleh Musharraf."
Musharraf dianggap sebagai pemimpin yang moderat oleh negara-negara Barat. Banyak yang percaya bahwa Musharraf memang tulus dalam keinginannya untuk menjembatani dunia Islam dengan Barat. Sebelumnya, ia telah berbicara keras menentang gagasan bahwa 'benturan antar peradaban' di antara keduanya tidak dapat dielakkan. Lebih jauh, ia menciptakan frasa "Sikap Moderat yang Dicerahkan" dan aktif mempromosikan sikap seperti itu.
Ikatan emosional Musharraf dengan Amerika Serikat dapat dianggap penting karena sekurang-kurangnya dua orang anggota dekat keluarganya tinggal di sana, yaitu saudara laki-lakinya yang seorang dokter tinggal dekat Chicago, Illinois dan anak laki-lakinya tinggal di Boston, Massachusetts. Anak laki-lakinya mendapatkan gelar B.Sc. dan M.Sc. dalam Teknik Listrik dari MIT dan membuka usaha berteknologi canggih (high-tech) yang memperoleh dana ventura di Boston. Anaknya perempuannya adalah lulusan Sekolah Tinggi Seni Nasional di Lahore dan menjadi seorang arsitek. Kakak laki-lakinya yang seorang Sarjana Rhodes di Oxford adalah seorang Komisaris Kepolisian di Pemerintah Pakistan sebelum pensiun dari Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (IFAD) di Roma, Italia.
Sebuah partai yang pro-Musharraf, yaitu Liga Muslim Pakistan (Q) memenangi suara pluralitas di dalam pemilu Oktober 2002 dan membentuk koalisi mayoritas dengan pihak independen dan sekutu-sekutu seperti MQM. Namun, partai-partai oposisi berhasil memacetkan Dewan Nasional dengan cara menolak keabsahan kekuasaan Musharraf. Pada Desember 2003, sebagai bagian dari kompromi dengan kelompok oposisi Islamis utama, Muttahida Majlis-e-Amal, Jenderal Musharraf mengatakan bahwa ia akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Panglima militer pada 1 Januari 2005.
Sebagai imbalan, MMA setuju untuk mendukung amendemen konstitusi yang akan secara mundur melegalisasi kudeta Musharraf dan memulihkan sebagian dari checks and balances kepada sistem pemerintahan Pakistan. Namun pada akhir 2004, para anggota parlemen pro-Musharraf menyetujui sebuah rancangan undang-undang yang mengizinkan Musharraf mempertahankan kedua jabatan, dan Musharraf pun setuju.
Pada Agustus 2007, Musharraf telah kehilangan kepopulerannya di dalam negeri. Sebuah survei dari International Republican Institute menunjukkan bahwa 64% populasi Pakistan tidak mau Musharraf memperpanjang masa jabatannya sebagai presiden Pakistan.[3] Majalah The Economist melaporkan saat ini Pakistan sedang berantakan, bahkan dalam standar Pakistan sendiri.[3] Seorang wartawan ternama Ayaz Amir menyatakan Jenderal Musharraf adalah "penulis kemalangannya sendiri". Ia juga menyatakan bahwa tidak seperti diktator lainnya, Musharraf dapat keluar dengan mudah, jalan yang seharusnya ia ikuti.[4]
Namun begitu, pada 6 Oktober, Parlemen Pakistan memilih kembali Musharraf sebagai presiden untuk masa jabatan berikutnya. Dalam pemilihan ini sendiri banyak politisi oposisi yang mengundurkan diri dari parlemen, untuk memprotes pencalonan Musharraf, padahal ia adalah Panglima Tentara Pakistan.[5] Namun, kepresidenan Musharraf masih ditentukan oleh keputusan Mahkamah Tinggi Pakistan mengenai sah tidaknya pencalonan Musharraf.
Pada 12 Januari 2002, Musharraf memberikan pidato penting yang menentang ekstrimisme berdasarkan agama. Musharraf secara tegas mengecam semua tindakan terorisme, termasuk semua yang dilakukan atas nama upaya pembebasan mayoritas rakyat Kashmir yang beragama Islam dari kekuasaan India. Ia pun berjanji untuk melawan segala bentuk ekstrimisme dan perbuatan melawan hukum di dalam negeri Pakistan sendiri.
Pada 14-16 Juli 2001, Presiden Musharraf mengikuti pertemuan tingkat tinggi di kota Agra dengan Perdana Menteri India Atal Behari Vajpayee. Tujuan pertemuan ini adalah normalisasi hubungan antara dua negara, dengan memprakarsai rencana resolusi atas persoalan Kashmir. Berkenaan dengan kunjungannya itu, Presiden Musharraf menyatakan dalam berbagai kesempatan bahwa ia menunjukkan pendekatannya yang fleksibel. Di samping itu, ia mengungkapkan keinginannya untuk dikenal sebagai pemimpin Pakistan yang “membuat sejarah” (dengan) memecahkan krisis panjang, yaitu Kashmir.
Pada 14 Juni 2013, ia ditahan atas kecurigaan pembunuhan di Quetta. Ia merupakan kepala negara ketika pemimpin pemberontak utama di Provinsi Baluchistan, di bagian baratdaya Pakistan, Akbar Bugti, meninggal dalam operasi angkatan darat pada Agustus 2006. Selain itu ia juga diduga terlibat dalam dua kasus lain yaitu: konspirasi pembunuhan mantan perdana menteri Benazir Bhutto dan pemecatan para hakim tahun 2007.[6]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.