Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Paul John Keating (lahir 18 Januari 1944 ) adalah Perdana Menteri Australia ke-24. Ia menjadi perdana menteri dari tahun 1991 hingga tahun 1996, memegang jabatan sebagai Ketua Umum Partai Buruh Australia (ALP). Sebelumnya ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Australia (1990-1991) dan Menteri Keuangan Australia (1983-1991) untuk Perdana Menteri Bob Hawke.
Paul Keating | |
---|---|
Perdana Menteri Australia ke-24 Elections: 1993, 1996 | |
Masa jabatan 20 Desember 1991 – 11 Maret 1996 | |
Wakil | Brian Howe (1991-1995) Kim Beazley (1995-1996) |
Deputi Perdana Menteri Australia | |
Masa jabatan 4 April 1990 – 3 Juni 1991 | |
Perdana Menteri | Bob Hawke |
Pendahulu Lionel Bowen Pengganti Brian Howe | |
Menteri Keuangan Australia ke-30 | |
Masa jabatan 11 Maret 1983 – 3 Juni 1991 | |
Perdana Menteri | Bob Hawke |
Anggota Parlemen Parlemen Australia dapil Blaxland | |
Masa jabatan 25 Oktober 1969 – 15 Juni 1996 | |
Pendahulu James Harrison Pengganti Michael Hatton | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 18 Januari 1944 Sydney, New South Wales, Australia |
Partai politik | Partai Buruh Australia |
Pekerjaan | Staf Serikat Buruh |
Penghargaan | |
Sunting kotak info • L • B |
Lahir di Sydney, Keating meninggalkan sekolah pada usia 14 dan bergabung ke dunia politik melalui sayap pemuda Partai Buruh, Young Labour dan bekerja sebagai asisten peneliti untuk sebuah serikat pekerja. Ia kemudian dipilih menjadi anggota Parlemen Australia untuk divisi Blaxland pada pemilu 1969. Keating sempat menjadi menteri Australia Utara dari Oktober hingga November 1975, pada minggu-minggu terakhir pemerintahan Whitlam. Setelah Pemecatan menyingkirkan Partai Buruh dari kekuasaan, ia memegang portofolio senior di Kabinet Bayangan Gough Whitlam dan Bill Hayden. Selama masa ini, ia mulai dilihat sebagai pemimpin faksi Kanan Buruh, dan mengembangkan reputasi sebagai pemain parlemen yang berbakat dan garang.
Setelah kemenangan telak Partai Buruh pada pemilu 1983, Keating diangkat menjadi bendahara oleh perdana menteri Bob Hawke. Pasangan ini mengembangkan kemitraan politik yang kuat, mengawasi reformasi signifikan yang bertujuan untuk meliberalisasi dan memperkuat perekonomian Australia. Hal ini termasuk Kesepakatan Harga dan Pendapatan, pergerakan dolar Australia, penghapusan tarif, deregulasi sektor keuangan, pencapaian surplus anggaran federal pertama dalam sejarah Australia, dan reformasi sistem perpajakan, termasuk penerapan capital gain. pajak, pajak tunjangan, dan imputasi dividen. Ia juga dikenal karena retorikanya yang sinis, sebagai orator yang kontroversial namun sangat terampil.[1][2] Keating menjadi wakil perdana menteri pada tahun 1990, tetapi pada bulan Juni 1991 ia mengundurkan diri dari pemerintahan karena gagal menantang Hawke untuk mendapatkan kepemimpinan, karena percaya bahwa ia telah mengingkari Perjanjian Kirribilli. Dia berhasil melakukan tantangan kedua enam bulan kemudian, dan menjadi perdana menteri.
Keating lahir di RS St. Margaret's di Darlinghurst, Sydney pada 18 Januari 1944.[3] Ia merupakan anak sulung dari 4 bersaudara. Ibunya bernama Minnie Chapman sementara ayahnya bernama Matthew John Keating. Ayahnya bekerja sebagai pembuat ketel uap untuk Rel Pemerintah New South Wales.[4] Seluruh kakek-nenek Keating sudah lahir di Australia. Dari pihak ayah, Keating memiliki keturunan Irlandia karena keluarganya berasal dari Galway, Roscommon, dan Tipperary.[5] Dari pihak ibu, ia memiliki keturunan campuran Inggris dan Irlandia. Kakek pihak ibu Fred Chapman merupakan anak dari 2 narapidana, John Chapman dan Sarah Gallagher yang diasingkan ke Australia karena melakukan tindakan pencurian pada tahun 1830an.[6]
Keating dibesarkan di Bankstown, pinggiran kota yang ditetapi oleh banyak kelas pekerja di Sydney Barat. rumah keluarga dari tahun 1942 hingga 1966 menjadi bungalo fibro-dan-bata sederhana di 3 Marshall Street (dihancurkan untuk pembangunan flat pada tahun 2014).[7] Saudara-saudaranya termasuk Anne Keating, seorang direktur perusahaan dan pengusaha. Meninggalkan De La Salle College—sekarang dikenal sebagai LaSalle Catholic College—pada usia 14 tahun, Keating meninggalkan sekolah menengah atas daripada melanjutkan pendidikan tinggi, dan malah bekerja sebagai pegawai pembayaran di distributor listrik Dewan Wilayah Sydney. Keating juga bersekolah di Belmore Technical High School untuk melanjutkan pendidikannya.[8] Dia kemudian bekerja sebagai asisten peneliti di sebuah serikat pekerja, dan bergabung dengan Partai Buruh segera setelah dia memenuhi syarat. Pada tahun 1966, ia menjadi presiden Buruh Muda New South Wales.[9] Selama tahun 1960an, Keating juga mengelola sebuah band rock bernama The Ramrods.[10]
Melalui kontaknya di Young Labour dan serikat buruh yang dulu dikenal sebagai Majelis Pemuda, Keating bertemu dengan politisi Partai Buruh masa depan seperti Laurie Brereton, Graham Richardson dan Bob Carr. Ia juga menjalin hubungan pertemanan dengan mantan Perdana Menteri New South Wales Jack Lang. Keating mengambil Lang sebagai mentor politiknya. Pada 1971, Keating berhasil membujuk Partai Buruh untuk menerima kembali keanggotaan Jack Lang.[11] Ia kemudian berhasil mendapatkan nominasi untuk kursi Parlemen Blaxland di pinggiran barat Sydney dan berhasil dipilih sebagai anggota dari Blaxland di Dewan Perwakilan Australia pada 1969 dengan usia 25.[9]
Keating awalnya memiliki ideologi konservatif sosial. Pada pidato perdananya, ia mendeklarasikan bahwa Partai Liberal Australia telah "memamerkan jumlah wanita di ketenagakerjaan. Daripada memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan, saya merasa ini adalah sesuatu yang seharusnya kita merasa malu".[12] Ia kemudian memilih untuk menolak mosi mantan Perdana Menteri John Gorton untuk dekriminalisasi homoseksualitas pada tahun 1973. Menurut Tom Uren, Keating adalah "seorang pria dengan pemikiran sempit" yang kemudian "matang" dan menjadi jauh lebih tidak konservatif secara sosial.[13]
Setelah kemenangan Partai Buruh di pemilu 1972, Keating hampir tidak dipilih menjadi menteri di kabinet Gough Whitlam dan duduk di bangku belakang pemerintah. Pada akhirnya, pada Oktober 1975, Keating ditunjuk sebagai Menteri untuk Australia Utara dan memangku jabatan tersebut sampai terjadinya krisis konstitusional Australia 1975 dimana Gubernur Jenderal John Kerr secara kontroversial memecat Whitlam dan kabinetnya. Di sebuah interview dengan Kerry O'Brien pada tahun 2013, Keating menyebut pemecatan ini sebagai sebuah "kudeta" dan mengembang ide untuk "menangkap Kerr" dan "masukannya ke penjara", menambahkan bahwa ia "tidak akan diam" jika ia mejabat sebagai perdana menteri.[14]
Setelah kekalahan di 1975, Keating dengan cepat dimasukan kedalam Kabinet Oposisi, ditunjuk sebagai Menteri Oposisi untuk Mineral, Sumber Daya Alam dan Energi sampai Januari 1983.[15] Selama ini ia mendapatkan reputasi sebagai pemain parlemen yang flamboyan dan galak, mengadopsi gaya pendebat yang agresif. Pada tahun 1981, ia terpilih sebagai presiden Partai Buruh New South Wales, sehingga menjadi pemimpin faksi Kanan Buruh yang berpengaruh. Saat ini, dia awalnya mendukung mantan Bendahara Bill Hayden untuk Pemimpin Buruh dibandingkan mantan Presiden ACTU Bob Hawke ketika ketegangan kepemimpinan antara kedua orang tersebut mulai meningkat; dia kemudian menjelaskan bahwa sebagian alasannya adalah dia secara pribadi berharap untuk menggantikan Hayden dalam waktu dekat.[16] Namun pada 1982, anggota faksinya mendukung Bob Hawke dan Keating memberikan restu tantangan Hawke. Keating secara formal mengumumkan dukungannya kepada Hawke secara tertulis oleh rekan anggota Parlemen Gareth Evans.[17]
Meskipun Hayden selamat dari tantangan tersebut, tekanan terus meningkat padanya. Dalam upaya untuk memperkuat posisinya, Hayden mempromosikan Keating ke peran Bendahara Bayangan pada bulan Januari 1983. Namun hal ini tidak terbukti cukup dan Hayden mengundurkan diri sebulan kemudian, setelah hasil pemilihan sela yang buruk di daerah pemilihan federal Flinders di Victoria. . Hawke terpilih tanpa lawan untuk menggantikannya dan Hawke kemudian memimpin Partai Buruh meraih kemenangan telak pada pemilu 1983 hanya enam minggu kemudian.[17]
Pada 20 Desember 1991, Paul Keating diangkat menjadi perdana menteri oleh Gubernur Jenderal Bill Hayden. Saat baru dilantik, Keating berpikir untuk merangkap sebagai Menteri Keuangan Australia karena ia melihat beberapa perdana menteri negara bagian juga ikut merangkap sebagai kepala dinas keuangan, namun ia memutuskan untuk tidak merangkap.[18] Keating kemudian menunjuk John Dawkins sebagai Menteri Keuangan.
Keating masuk sebagai perdana menteri dengan agenda legislatif yang ekstensif, termasuk mengupayakan rekonsiliasi dengan pribumi Australia, meningkatkan hubungan dengan Asia, dan membuat Australia menjadi sebuah republik. Upaya mengatasi permasalahan tersebut digambarkan sebagai "gambaran besar" Keating.[19]
Pada masa pemerintahannya, Keating mencoba untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia. Ia pernah menyatakan bahwa tidak ada negara lain yang lebih penting kepada Australia dibandingkan Indonesia. Sebagai bentuk mewujudkan pernyataan tersebut, kunjungan luar negeri pertamanya dilakukan di Indonesia, membuatnya menjadi perdana menteri pertama yang melakukan hal tersebut.[20] Keating juga membangun hubungan pribadi dengan Presiden Soeharto dan melibatkan Indonesia di berbagai forum internasional yang dihadiri Australia. Pertemanannya dengan Soeharto dikecam oleh aktivis hak asasi manusia dan kemerdekaan Timor Leste, terutama dari penerima Penghargaan Nobel Perdamaian dan aktivis kemerdekaan Timor Leste José Ramos-Horta. Kerja sama pemerintah Keating dengan Tentara Nasional Indonesia, dan penandatanganan Perjanjian Celah Timor juga dikecam oleh kelompok yang sama. Dugaan muncul bahwa Keating tidak memperhatikan pada dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebagai bentuk upaya mempromosi hubungan budaya, ekonomi dan diplomasi Australia di Asia.[21]
Setelah Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) didirikan oleh pendahulunya, Bob Hawke, Keating mengembangkan ide tersebut. Ia menerima dukungan global pada 1993 dari Presiden Amerika Serikat Bill Clinton yang baru dilantik dan Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok Li Peng untuk mengekspansi APEC menjadi sebuah KTT penuh. Dukungan Amerika dan Tiongkok membuat APEC menjadi salah satu organisasi terkemuka di dunia dan pada KTT APEC 1994 di Bogor, anggota APEC menyetujui proposal Keating yang kemudian menjadi Deklarasi Bogor yang menetapkan target peningkatan signifikan dalam perdagangan bebas dan investasi antara negara-negara industri APEC pada tahun 2010 dan antara negara-negara berkembang APEC pada tahun 2020.[22] Pada Desember 1993, Keating terlibat dalam sebuah insiden diplomatik dengan Malaysia dimana Keating menyebut Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sebagai orang yang 'bandel' (recalcitrant). Insiden ini terjadi setelah Mahathir menolak untuk menghadiri KTT APEC 1993. Keating mengutarakan pernyataannya sebagai berikut:
APEC lebih besar dibandingkan kita semua - Australia, Amerika, dan Malaysia, dan Dr. Mahathir dan orang bandel lainnya
Terjemahan kata recalcitrant pada bahasa Melayu memuat kata yang menghina dan Mahathir meminta Keating untuk meminta maaf dan mengancam untuk memperlemah hubungan diplomatik dan perdagangan di Australia. Hal ini menjadi sebuah kekhawatiran bagi eksportir Australia dan beberapa instansi pemerintah Malaysia menggalakan kampanye "Buy Australia Last" (Beli Australia Terakhir). Hal ini membuat Keating kemudian meminta maaf atas pernyataannya yang dilontarkan kepada Mahathir.[23]
Pada tahun 2013, Keating mengambil bagian dalam serangkaian wawancara selama empat jam dengan Kerry O'Brien yang disiarkan di ABC pada bulan November tahun itu. Serial ini meliput kehidupan awal Keating, masuknya dia ke Parlemen, tahun-tahunnya sebagai bendahara dan perdana menteri, dan meneliti minat akademis, musik dan seni, visi ekonomi dan budaya Australia, dan komitmen terhadap integrasi Australia ke Asia. O'Brien menggunakan percakapan ini sebagai dasar untuk buku Keating: The Interviews tahun 2014. Keating berulang kali menyatakan dia tidak akan menulis memoar, jadi kerjasamanya dengan O'Brien dianggap paling dekat dengan produksi otobiografi. Pada tahun 2016, Troy Bramston, jurnalis The Australian dan sejarawan politik, menulis biografi tidak sah yang bekerja sama dengan Keating berjudul Paul Keating: The Big-Picture Leader. Bramston diberi akses penuh terhadap surat-surat pribadi Keating, diberikan serangkaian wawancara dengan Keating dan juga mewawancarai lebih dari 100 orang lainnya. Itu digambarkan sebagai biografi Keating yang "otoritatif" dan "definitif" yang ditulis oleh sejarawan politik "kelas satu".[24]
Pada tahun 2019, saat berkampanye untuk pemilihan federal tahun itu, Keating berbicara menentang Organisasi Intelijen Keamanan Australia dengan menyebut mereka "gila".[25] Ucapannya menarik kritik media, dan Pemimpin Partai Buruh Bill Shorten menjauhkan diri dari pandangan Keating.[26] Keating kemudian mengeluarkan pernyataan bersama dengan Bob Hawke yang mendukung rencana ekonomi Partai Buruh sebagai bagian dari kampanye pemilu, dan mengutuk Partai Liberal karena "sepenuhnya [menyerahkan] agenda reformasi ekonomi". Mereka menyatakan bahwa "Partai Buruh Shorten adalah satu-satunya partai di pemerintahan yang fokus pada perlunya memodernisasi perekonomian untuk menghadapi tantangan besar di zaman kita: perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia"; itu adalah pernyataan pers bersama pertama yang dikeluarkan oleh keduanya sejak tahun 1991.[27] Setelah kematian Hawke di bulan yang sama, Keating memberikan pidato pada upacara peringatan kenegaraan Hawke di Gedung Opera Sydney pada tanggal 14 Juni, di mana dia merefleksikan "persahabatan dan kemitraan yang luar biasa" yang dinikmati keduanya.[28]
Setelah pengumuman pembentukan AUKUS pada September 2021, Keating memberikan kritikan keras terhadap pemerintahan Scott Morrison. Ia menyatakan bahwa "Australia telah mengkhianati abad ke-21, abad Asia, untuk Anglosfer yang sudah letih dan pudar" dan keputusan tersebut akan "mengikat angkatan bersenjata Australia dengan struktur militer Amerika Serikat dengan mengambil kapal selam Amerika". Ia juga memberi kritik kepada kader partainya Penny Wong, menuduh oposisi Partai Buruh terlibat dengan pemerintah Liberal dalam "representasi palsu kebijakan luar negeri Tiongkok".[29] Kritikannya dibantah oleh kader Buruh Anthony Byrne dan Peter Khalil.[30] Pada September 2022, Keating menuduh Menteri Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Britania Raya Liz Truss karena melontarkan komentar-komentar "gila" mengenai agresi militer Tiongkok di Pasifik, dengan mengatakan bahwa "Inggris menderita khayalan akan keagungan dan hilangnya relevansi."[31] Pada 2023, Keating selanjutnya menyebut pakta AUKUS sebagai "kesepakatan terburuk sepanjang sejarah" dan mengecam pemerintahan Partai Buruh karena "tidak kompeten" dan menyatakan bahwa keputusan tersebut adalah yang terburuk yang pernah dilakukan oleh pemerintahan Partai Buruh sejak Billy Hughes berusaha memperkenalkan wajib militer selama Perang Dunia I.[32] Pada 2024, ia kembali mengecam AUKUS dan menyebut Taiwan sebagai "halaman belakang Tiongkok" dan "Taiwan bisa disamakan dengan Tasmania".[33]
Pada tahun 1976, Keating menikahi Annita van Iersel, seorang pramugari Alitalia keturunan Belanda. Mereka dikaruniai dengan 4 anak yang menghabiskan masa remaja di kediaman resmi Perdana Menteri Australia di Canberra, The Lodge. Kedua pasangan tersebut berpisah pada November 1998. Walaupun tidak resmi bercerai sampai 2008, Annita sudah kembali menggunakan marga aslinya. Sebelum ia berkencan dengan van Iersel, Keating telah bertunangan dengan konsultan busana Kristine Kennedy, namun mereka tidak menikah.[34] Sejak 1999, Keating ditemani oleh aktris Julieanne Newbould.[35] Putrinya, Katherine Keating masuk ke dunia politik dan menjadi penasihat kepada Menteri New South Wales Craig Knowles dan Perdana Menteri New South Wales Bob Carr.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.