Loading AI tools
tinjauan umum pandemi koronavirus 2019–2020 di Singapura pada 2020 Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Pandemi koronavirus 2019–2020 di Singapura pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 23 Januari 2020. Pada 22 Januari 2020, dibentuk sebuah komite yang terdiri dari berbagai kementerian, dengan Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong dan Menteri Kesehatan Gan Kim Yong sebagai ketua, beserta menteri-menteri lainnya, dan Wakil Perdana Menteri Singapura serta Menteri Keuangan Heng Swee Keat selaku penasihat.[1][2]
Artikel ini mendokumentasikan suatu wabah penyakit terkini. Informasi mengenai hal itu dapat berubah dengan cepat jika informasi lebih lanjut tersedia; laporan berita dan sumber-sumber primer lainnya mungkin tidak bisa diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini mengenai wabah penyakit ini untuk semua bidang. |
Penyakit | COVID-19 |
---|---|
Galur virus | SARS-CoV-2 |
Lokasi | Singapura |
Kasus pertama | Singapura |
Tanggal kemunculan | 23 Januari 2020 (4 tahun, 9 bulan dan 3 minggu) |
Asal | Wuhan, Hubei, Tiongkok |
Kasus terkonfirmasi | 58.199 |
Kasus sembuh | 58.111 |
Kematian | 28 |
Situs web resmi | |
www |
Pandemi koronavirus adalah pandemi yang disebabkan koronavirus (COVID-19) dan menyerang sistem pernafasan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian mengumumkan pandemi koronavirus sebagai pandemi dunia pada tanggal 11 Maret 2020.[3]
Saat ini, Singapura telah mengonfirmasi 58.199 kasus positif, kematian 28 orang, dan sembuh 58.111.
Kasus pertama di Singapura telah dikonfirmasi pada 23 Januari, disebabkan seorang rakyat Tiongkok dari Wuhan yang berumur 66 tahun. Ia tiba di Singapura pada malam 20 Januari dari Guangzhou melalui penerbangan China Southern Airlines CZ351 bersama sembilan rekan perjalanannya. Sebelum dimasukkan ke Rumah Sakit Besar Singapura, beliau tinggal di Hotel Shangri-La's Rasa Sentosa Resort & Spa di Sentosa.
Pada 4 Februari, Singapura mengonfirmasi kasus pertama yang melibatkan jangkitan tempatan. Yong Thai Hang, sebuah toko produk kesehatan yang sering dikunjungi para wisatawan dari Tiongkok, di mana empat orang wanita tanpa sejarah perjalanan ke Tiongkok telah positif virus COVID-19.[4] Pada hari yang sama, Singapura juga mengonfirmasi kasus pulih pertama dari virus tersebut, dimana seorang pria rakyat Tiongkok berumur 35 tahun dari Wuhan yang merupakan kasus nomor 7 dan keluar dari Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) setelah pulih dan secara menyeluruh diuji negatif virus COVID-19.[5]
Pada 7 Februari, Singapura meningkatkan Sistem Respons Keadaan Penularan Penyakit (DORSCON) dari kuning ke jingga.[6] Pada 8 Februari, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengeluhkan rasa bimbang tentang munculnya kasus-kasus di mana asal jangkitannya belum dapat dikenal pasti.[7][8]
Pada 25 Februari, 8 kelompok dari The Life Church and Missions Singapore dan kelompok Grace Assembly of God clusters dinyatakan positif.[9] Kelompok tersebut telah mengunjungi gereja The Life Church and Missions Singapore pada hari yang sama dengan kasus 8 dan 9 (warganegara Tiongkok dari Wuhan yang telah dikonfirmasi positif COVID-19) sebelum menghadiri satu perjumpaan Tahun Baru Cina di Mei Hwan Drive yang juga merupakan tempat tinggal kasus 66—seorang warganegara Singapura yang bekerja di Gereja Grace Assembly of God.
Pada 10 Maret, kapal pesiar Italia, Costa Fortuna, berlabuh di Singapura setelah dilarang berlabuh di Malaysia dan Thailand sebelum ini walaupun pengendali kapal pesiar tersebut telah menegaskan tidak ada kasus COVID-19 yang diyakini di atas kapal itu.[10] Kebanyakan penumpang di atas kapal itu dengan segera dibawa ke Bandar Udara Changi untuk penerbangan selanjutnya.[11]
Pada 12 Maret, Lee Hsien Loong memberi ucapan keduanya mengenai keadaan COVID-19 di Singapura. Lee mengatakan bahwa keadaan di Singapura bertahan di bawah kendali dan tahap DORSCON akan bertahan di tahap oranye tanpa perlunya untuk dinaikkan ke tahap merah. Lee juga menyatakan bahwa Singapura tidak akan menutup negaranya dari seluruh dunia pada masa ini. Sebaliknya, ia akan merancang dan menguji coba beberapa langkah lebih tegas untuk sementara waktu.[12]
Pada 21 Maret, Singapura mengonfirmasi dua kematian pertama di negara itu melibatkan seorang wanita warga Singapura berusia 75 tahun dan seorang laki-laki warga Indonesia berusia 64 tahun.[13]
Terdapat kembali 73 kasus yang dilaporkan pada 25 Maret, dengan sebuah kelompok baru dikenalpasti di sebuah prasekolah Sparkletots milik Yayasan Masyarakat PAP (PCF) di Fengshan yang melibatkan 18 kasus. Akibatnya, semua pusat PCF telah ditutup selama empat hari mulai 26 Mac.[14][15]
Pada 27 Maret, Singapura melaporkan 49 lagi kasus baru, 22 dari itu dikenalpasti sebagai kasus import. Tiga kasus dari laporan itu pula dikaitkan dengan sebuah kelompok baru di SingPost Centre di 10 Eunos Road 8.[16] Singpost kemudiannya menjelaskan bahawa para karyawan yang dikonfirmasi positif itu merupakan dua pekerja sepenuh masa dan satu pekerja kontrak.[17]
Pada 29 Maret, Kementerian Kesehatan (MOH) mengumumkan kasus kematian ketiganya di Singapura, di mana seorang lelaki warga Singapura berusia 70 tahun telah meninggal dunia akibat komplikasi melibatkan COVID-19.[18]
Pada 30 Maret, tiga lagi kelompok baru dilaporkan: asrama pekerja S11 Dormitory @ Punggol (4 kasus), apartmen The Wilby Residences (7), dan bar Hero's (5). Menteri Kesehatan, Gan Kim Yong sekali lagi menekankan betapa pentingnya untuk mengamalkan jaga jarak.[19]
Pada 3 April 2020, setelah tercatat lebih dari 1.000 kasus COVID-19 dan lima kematian akibat virus tersebut, Perdana Menteri Lee Hsien Loong menetapkan untuk menjalankan lockdown di sejumlah wilayah di Singapura untuk mengendalikan penyebaran virus korona di Singapura dengan menutup semua sekolah, pusat penitipan siswa dan pasar selama sebulan.[20]
Hingga 5 Juli 2020, Singapura memiliki total 44.774 pasien COVID-19, 40.441 pasien telah pulih dengan 4333 kasus aktif di antaranya 210 di antaranya berada di rumah sakit dan dua lainnya dirawat di ICU. Hingga saat ini, hanya ada 26 kematian yang dikaitkan dengan infeksi COVID-19.[21]
Hasil laporan situasi COVID-19 di Singapura yang diterbitkan WHO, sebanyak 59.133 kasus COVID-19 di Singapura telah terkonfirmasi per tanggal 17 Januari 2021. Efektif 24 Januari 2021, semua warga Singapura termasuk penduduk tetap dan turis diwajibkan menjalani uji polymerase chain reaction (PCR) COVID-19 setibanya di Singapura. Dalam laporan tersebut, Menteri Kesehatan Singapura menyebutkan bahwa hingga 13 Januari 2021 Singapura telah memvaksinasi lebih dari 6.200 orang dan akan terus meningkatkan cakupan dan kecepatan program vaksinasi negara tersebut.[22]
Saat perayaan Imlek di Singapura, risiko penularan lebih tinggi karena interaksi dalam komunitas meningkat. Sehingga ditetapkan peraturan adanya pembatasan 8 pengunjung per rumah per hari efektif 26 Januari 2021. Warga Singapura juga diimbau untuk menghindari meninggikan suara setiap saat dan tradisi Lohei juga harus dilakukan tanpa mengucapkan frasa keberuntungan seperti biasanya.[23]
Pada tanggal 16 Februari 2021, Singapura melaporkan adanya satu kasus COVID-19, hal itu merupakan total peningkatan harian terendah dalam lebih dari tiga bulan. Kasus tersebut merupakan kasus impor yang dialami oleh seorang pekerja rumah tangga wanita berumur 34 tahun asal Indonesia yang tidak menunjukkan gejala, tetapi saat melakukan tes serelogi mendapatkan hasil positif.[24]
Pada tanggal 9 Maret 2021, dilaporkan adanya enam kasus COVID-19 baru dan menjadikan total kasus COVID-19 Singapura menjadi 60.052 kasus. Semuanya adalah kasus impor dan Kementerian Kesehatan Singapura telah mengimbau warga untuk di rumah saja pada saat kedatangan mereka di Singapura. Di antara kasus tersebut termasuk satu izin kunjungan jangka panjang yang tiba dari India dan satu pemegang izin kerja yang melakukan perjalanan dari Indonesia. Dua kasus lainnya adalah pemegang izin kerja yang datang dari Prancis dan Italia. Dua kasus lainnya adalah pemegang izin kunjungan jangka pendek yang melakukan perjalanan dari India dan Inggris untuk mengunjungi kerabat mereka. Per tanggal 9 Maret 2021 dilaporkan bahwa 59.890 pasien telah sembuh dari COVID-19, 21 pasien masih dirawat di rumah sakit, termasuk satu dalam kondisi kritis di unit perawatan intensif sementara 97 sedang menjalani pemulihan di fasilitas komunitas. Singapura telah mengalami 29 kematian akibat komplikasi Covid-19, sementara 15 orang yang dinyatakan positif meninggal karena sebab lain.[25]
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengumumkan pada 14 Desember 2020 bahwa Singapura akan menerima pengiriman pertama vaksin Pfizer-BioNTech untuk melawan COVID-19. Pemerintah Singapura telah menginvestasikan >$1 miliar dalam portofolio vaksin dan ini termasuk vaksin dari pemasok terkemuka seperti Pfizer BioNTech, Modena dan Sinovac. Saat ini, hanya vaksin Pfizer-BioNTech yang telah disetujui dan didaftarkan untuk digunakan di Singapura oleh Health Sciences Authority (HSA) di bawah Pandemic Special Access Route (PSAR). Untuk vaksin Pfizer-BioNTech, efek samping dilaporkan hanya bertahan kurang dari 48 jam. Reaksi yang dialami seperti kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi, demam, diare, dan muntah. Pasien yang mengalami reaksi alergi anafilaksis atau parah terhadap vaksin sebaiknya tidak menggunakan vaksin Pfizer untuk saat ini.[26]
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menerima suntikan pertama vaksin COVID-19 pada hari Jumat 8 Januari 2021, dan mengajak warga Singapura untuk juga ikut melakukan vaksinasi. Singapura melakukan vaksinasi karena telah berhasil memberantas sebagian besar virus dan hanya ada beberapa laporan kasus lokal dalam beberapa bulan terakhir. Pemerintah Singapura mengatakan bahwa studi menunjukkan hampir 60% penduduk bersedia divaksinasi. Tetapi tidak jarang juga warga yang mengalami keraguan tentang kemungkinan efek samping dari vaksin. Singapura hanya menyetujui vaksin Pfizer-BioNTech tetapi mengatakan telah mengamankan dosis yang cukup untuk 5,7 juta populasinya termasuk dari pembuat vaksin lain seperti Moderna dan Sinovac.[27]
Semua lansia berusia 60 hingga 69 tahun dijadwalkan vaksin Covid-19 sebelum akhir Maret 2021. Sekitar 596.000 dosis vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna telah diberikan per 7 Maret 2021. Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan sekitar 379.000 orang telah menerima satu dosis, dan lebih dari 217.000 orang telah menyelesaikan vaksinasi dua dosis. Vaksinasi untuk lansia di atas 70 tahun telah dimulai pada 22 Februari, dengan lebih dari 55.000 orang telah menerima dosis pertama mereka dan 96.000 orang lainnya baru dijadwalkan untuk suntikan pertama mereka selama beberapa minggu ke depan. Dengan adanya stok vaksin yang banyak, vaksinasi di Singapura diperluas ke petugas pos dan pengiriman, wartawan berita, staf operasi bank yang terlibat dalam operasi sistem keuangan. Untuk para pendidik vaksinasi akan dimulai dengan mereka yang bekerja di prasekolah, sekolah nasional, politeknik dan Institut Pendidikan Teknik, dan kemudian secara progresif diperluas ke institusi pendidikan lainnya. Lebih dari 150.000 orang yang bekerja di lembaga pendidikan akan jadwalkan vaksin mulai 10 Maret, hal tersebut dinyatakan oleh bersama oleh Kementerian Pendidikan Singapura, Kementerian Sosial dan Pengembangan Keluarga, dan Badan Pengembangan Anak Usia Dini.[28]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.