Loading AI tools
tinjauan umum pandemi koronavirus 2019–2020 di Britania Raya pada 2020 Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Pandemi koronavirus 2019-2021 di Britania Raya pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 31 Januari 2020 ketika sebuah keluarga berkebangsaan Tiongkok menginap di sebuah hotel di York.[2][3]
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. |
Artikel ini mendokumentasikan suatu pandemi terkini. Informasi mengenai hal itu dapat berubah dengan cepat jika informasi lebih lanjut tersedia; laporan berita dan sumber-sumber primer lainnya mungkin tidak bisa diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini mengenai pandemi ini untuk semua bidang. |
Penyakit | COVID-19 |
---|---|
Galur virus | SARS-CoV-2 |
Lokasi | Inggris |
Kasus pertama | York, North Yorkshire |
Tanggal kemunculan | 31 Januari 2020 (4 tahun, 9 bulan dan 3 hari) |
Asal | Wuhan, Hubei, Tiongkok |
Kasus terkonfirmasi | 78,991[1] |
Kasus sembuh | 79[1] |
Kematian | 9,875[nb 1][1] |
Situs web resmi | |
'Coronavirus (COVID-19): latest information and advice' at www.gov.uk[nb 2] |
Pandemi koronavirus adalah pandemi yang disebabkan koronavirus (COVID-19) dan menyerang sistem pernafasan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian mengumumkan pandemi koronavirus sebagai pandemi dunia pada tanggal 11 Maret 2020.[4]
Kasus pertama infeksi koronavirus di Inggris dialami oleh dua orang dalam sebuah keluarga berkewarganegaraan Republik Rakyat Tiongkok yang sedang menginap di sebuah hotel di York yang salah satunya merupakan mahasiswa University of York. Setelah dikonfirmasi sebagai pasien positif COVID-19 pada 31 Januari 2020, mereka kemudian dipindahkan dari Hull University Teaching Hospital ke fasilitas isolasi khusus di High Consequence Infectious Diseases Unit di Newcastle upon Tyne.[3][5]
Pada hari yang sama, misi evakuasi warga negara Inggris dari Wuhan juga telah sampai di RAF Brize Norton. Dari 83 orang yang dievakuasi tidak menunjukkan gejala-gejala terinfeksi, meski demikian mereka tetap dikarantina di sebuah blok perumahan karyawan Arrowe Park Hospital di Wirral.[6]
Proses evakuasi ini menuai beragam reaksi dan melalui proses perdebatan panjang sebelumnya apakah pemerintah harus mengevakuasi warga negara Inggris dari daerah paling terdampak saja di Tiongkok atau tidak sama sekali untuk menghalau persebaran virus di daratan Britania Raya, beberapa pihak seperti Emily Thornberry dari Partai Buruh mengkritik pemerintahan Boris Johnson yang terkesan lambat dalam menentukan sikap terhadap warga negara Inggris di Tiongkok[7] tak seperti negara lain yang lebih dulu dan lebih sigap memulangkan warganya dari daerah terdampak seperti pemerintah Jepang, Prancis, dan Spanyol. Beberapa warga negara Inggris di Wuhan telah dikabari bahwa mereka dapat dievakuasi, namun pasangan atau anak-anak dengan paspor Tiongkok tidak bisa, wacana ini kemudian dibatalkan yang mengakibatkan masih ada beberapa warga negara Inggris yang tertinggal dari proses evakuasi tersebut.[6]
Sepanjang bulan Februari, Britania Raya mulai memasuki masa persebaran virus yang lebih masif dari sebelumnya. Kasus ketiga COVID-19 dikonfirmasi di Brighton pada 6 Februari, seorang pria paruh baya terdeteksi terinfeksi virus dalam perjalanannya di Singapura, sebelum kembali ke Inggris pada 28 Januari, ia juga sempat mengunjungi wahana hiburan ski di Haute-Savoie, Prancis, penyelidikan selanjutnya juga mengonfirmasi bahwa ia turut menulari 6 orang kerabatnya dalam kunjungannya di Prancis dan sekaligus menjadi kasus infeksi COVID-19 pertama yang dialami warga negara Inggris.[8] Segera setelah kasus ini muncul, pemerintah Inggris mengimbau warga negaranya yang pulang dari negara-negara terdampak seperti Tiongkok, Jepang, Hong Kong, Makau, Malaysia, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, Thailand dengan gejala flu seperti demam, batuk, dan gangguan pernafasan, untuk mengisolasi diri sendiri selama 14 hari dan menghubungi nomor non-darurat pelayanan kesehatan 111.[9]
Pada 10 Februari, kasus positif COVID-19 bertambah menjadi 8 kasus di Inggris yang dikonfirmasi masih berhubungan dengan pasien di Brighton.[10][11] Pada hari yang sama sekretaris State for Health and Social Care mengumumkan Regulasi Proteksi Kesehatan 2020 yang isinya memberi wewenang kepada petugas kesehatan untuk mengisolasi penderita maupun mereka yang berisiko tinggi terinfeksi,[12] aturan ini juga memandatkan Arrowe Park Hospital, Merseyside, Hotel Kents Hill Park, dan Milton Keynes menjadi unit isolasi.[12] Sehari kemudian, kasus kesembilan sekaligus kasus pertama dikonfirmasi di London.[13]
Pada 23 Februari, kasus di Inggris bertambah menjadi 13 kasus aktif seiring diketahuinya 4 warga negara Inggris yang terinfeksi dalam kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina di Jepang, dua orang pasien kemudian dipindahkan ke Royal Hallamshire Hospital di Sheffield, satu orang di Royal Liverpool University Hospital, dan satu orang lainnya di Royal Victoria Infirmary di Newcastle upon Tyne.[14]
Pada 27 Februari, kasus di Inggris bertambah menjadi 16 orang sekaligus mengonfirmasi kasus pertama di Irlandia Utara yakni seorang wanita yang baru kembali dari wilayah terdampak di Italia utara.[15]
Wales mengumumkan kasus pertamanya pada 28 Februari yang juga terinfeksi dari perjalanannya di Italia utara.[16] Pada hari yang sama, 2 orang kasus baru ditemukan, salah seorang pasien yang menjadi pasien ke20 di Inggris adalah pasien pertama yang terinfeksi tanpa pengalaman perjalan ke luar negeri.[17]
Pemerintah Inggris kemudian memberlakukan uji masal pada 10,483 orang dan mengonfirmasi 3 kasus tambahan dari uji tersebut pada 29 Februari, ketiganya ditemukan di Gloucestershire, Hertfordshire, dan Berkshire. Penelusuran menemukan bahwa dua orang dari ketiga pasien baru tersebut terinfeksi dari perjalanannya di Italia dan satu orang lainnya terinfeksi dari perjalanannya di Asia.[18]
Penyebaran COVID-19 semakin parah di Inggris sejak awal Maret. Satu per satu wilayah di Inggris mulai mengonfirmasi kasus positifnya.
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan banyak perubahan di Britania Raya. Beberapa perubahan signifikan termasuk:
1. Pembatasan dan Lockdown: Britania Raya telah menerapkan berbagai tingkat pembatasan dan lockdown selama pandemi, yang memengaruhi kehidupan sehari-hari warga negara, bisnis, dan sektor pendidikan.
2. Vaksinasi Massal: Britania Raya merupakan salah satu negara yang berkomitmen untuk program vaksinasi COVID-19 yang masif. Vaksinasi telah menjadi fokus utama dalam upaya mengendalikan penyebaran virus.
3. Perubahan di Tempat Kerja: Banyak pekerja di Britania Raya beralih ke kerja dari rumah (WFH) selama pandemi. Ini telah mengubah cara orang bekerja dan memicu diskusi tentang masa depan kerja hibrida.
4. Dampak pada Kesehatan Mental: Pandemi ini telah menyebabkan peningkatan masalah kesehatan mental di antara warga Britania. Penyedia layanan kesehatan mental mengalami peningkatan permintaan.
5. Dampak Ekonomi: Ekonomi Britania Raya juga terkena dampak pandemi dengan resesi ekonomi. Pemerintah memberikan berbagai bentuk bantuan ekonomi kepada individu dan bisnis.
6. Perubahan di Sektor Pendidikan: Sekolah ditutup sementara selama lockdown, dan pendidikan jarak jauh menjadi norma. Ini mempengaruhi siswa, guru, dan orangtua.
7. Perubahan dalam Perjalanan dan Pariwisata: Pandemi ini menghambat perjalanan internasional dan pariwisata. Banyak negara menerapkan pembatasan ketat terhadap perjalanan ke dan dari Britania Raya.
8. Perubahan dalam Kesehatan Masyarakat: Kesadaran akan pentingnya kesehatan masyarakat dan kesiapan untuk menghadapi pandemi di masa depan telah meningkat.
Perubahan ini adalah contoh-contoh utama dari dampak pandemi COVID-19 di Britania Raya, dan situasinya terus berkembang seiring waktu.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.