Pandemi koronavirus 2019–2020 di Angola dimulai pada akhir Maret 2020, dengan dua kasus pertama dikonfirmasi pada 21 Maret.
Fakta Singkat Penyakit, Galur virus ...
Pandemi koronavirus di Angola tahun 2020 Provinsi yang terkena pandemi COVID-19 |
Penyakit | COVID-19 |
---|
Galur virus | SARS-CoV-2 |
---|
Lokasi | Angola |
---|
Kasus pertama | Luanda |
---|
Tanggal kemunculan | 21 Maret 2020 (4 tahun, 7 bulan, 1 minggu dan 6 hari) |
---|
Kasus terkonfirmasi | 2,965 (per 7 September)[1] |
---|
Kasus dirawat | 1,630 (per 7 September)[2] |
---|
Kasus sembuh | 1,198 (per 7 September) |
---|
Kematian | 117 (per 5 September)[1] |
---|
Tutup
Pada 12 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa novel koronavirus adalah penyebab penyakit pernapasan pada sekelompok orang di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, yang dilaporkan WHO pada 31 Desember 2019.[3][4]
rasio fatalitas kasus untuk COVID-19 jauh lebih rendah daripada SARS tahun 2003,[5][6] tetapi transmisi secara signifikan lebih besar, dengan total korban jiwa yang signifikan.[5][7]
Maret 2020
- Pada 19 Maret 2020, sebuah pesan audio di WhatsApp tentang dugaan kasus menjadi viral, yang kemudian ditolak.[8]
- Efektif mulai 20 Maret, semua perbatasan Angola ditutup selama 15 hari.[9] Presiden João Lourenço melarang semua kedatangan di bandara dan menghentikan kapal penumpang yang berlabuh di pelabuhan Angola selama 15 hari. Semua larangan ini akan berlangsung hingga 4 April.[10]
- Pada 21 Maret, Menteri kesehatan Angola mengkonfirmasi dua kasus positif pertama COVID-19. Kedua pasien adalah orang yang baru kembali dari Portugal.[11][12] Kasus pertama adalah karyawan Sonangol yang terbang dari Lisbon ke Luanda. Kasus kedua adalah orang yang telah terbang dari Porto dan juga sedang diamati di Luanda.[10]
- Semua sekolah di Angola ditutup pada 24 Maret.[10]
- Pada tanggal 29 Maret, dua kematian terkait virus korona pertama dicatat, sementara jumlah total kasus yang dikonfirmasi naik menjadi tujuh.[13]
- Pada 30 Maret, kasus pemulihan pertama dari COVID-19 direkam.[14]
April 2020
- Pada 10 April, 257 dokter dari Kuba tiba di Angola untuk membantu pencegahan penyebaran Covid19 di Angola.[15]
- Pada 15 April, dilaporkan bahwa 2.582 orang yang ditahan di Luanda di bawah Keadaan Darurat sekarang telah dikembalikan ke Provinsi Zaire.[16]
- Selama sebulan ada 20 kasus baru, sehingga jumlah total kasus yang dikonfirmasi menjadi 27. Jumlah kematian tetap tidak berubah. Tujuh pasien sembuh, meninggalkan 18 kasus aktif pada akhir April.[17]
Mei 2020
- Selama bulan tersebut terdapat 59 kasus baru, sehingga jumlah total kasus yang dikonfirmasi menjadi 86. Jumlah kematian meningkat menjadi 4. Jumlah pasien yang pulih meningkat menjadi 18, menyisakan 64 kasus aktif pada akhir bulan.[18]
Juni 2020
- Selama bulan Juni terdapat 198 kasus baru, sehingga jumlah total kasus yang dikonfirmasi menjadi 284. Jumlah kematian meningkat menjadi 13 orang. Jumlah pasien yang pulih meningkat menjadi 93, meninggalkan 178 kasus aktif pada akhir bulan (178% lebih banyak dibandingkan pada akhir Mei).[19]
Juli 2020
- Ada 864 kasus baru di bulan Juli, meningkatkan jumlah total kasus yang dikonfirmasi menjadi 1.148. Jumlah kematian meningkat empat kali lipat menjadi 52. Jumlah pasien yang pulih meningkat menjadi 437, meninggalkan 659 kasus aktif pada akhir bulan (270% lebih banyak daripada di akhir Juni).[20]
Agustus 2020
- Terdapat 1.476 kasus baru di bulan Agustus, meningkatkan jumlah total kasus yang dikonfirmasi menjadi 2624. Jumlah kematian meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 107. Jumlah kasus aktif di akhir bulan meningkat lebih dari dua kali lipat dari akhir Juli, menjadi 1475.[21]
September 2020
Pada 18 September, pemain sepak bola Nelson da Luz dinyatakan positif COVID-19.[22]
Jumlah kasus yang terjadi selama pandemi COVID-19 di Angola sebagai berikut:
Infeksi
Infeksi yang terkonfirmasi (kumulatif) di Angola
menurut data dari WHO[23][24]
Kasus yang dilaporkan ke WHO oleh otoritas nasional tercantum di sini. Karena ini adalah situasi yang sangat dinamis, mungkin ada ketidaksesuaian atau penundaan antara kasus WHO dan data otoritas nasional serta informasi yang diberikan oleh badan lain seperti Universitas Johns Hopkins (CSSE).