Pan-Islamisme
gerakan politik yang ingin menyatukan seluruh umat Islam di bawah negara Islam berdaulat Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Pan-Islamisme (اتحاد الاسلام) awalnya adalah paham politik yang lahir pada saat Perang Dunia II (April 1936)[1]
[2] mengikuti paham yang tertulis dalam al-A'mal al-Kamilah dari Jamal-al-Din Afghani[3] Kemudian berkembang menjadi gerakan memperjuangkan untuk mempersatukan umat Islam di bawah satu negara Islam yang umumnya disebut kekhalifahan.[4]

Latar Belakang
Kemunculan ideologi Pan-Islamisme tidak dapat terlepas dari kondisi sosio-historis umat Islam yang mengalami kemunduran pada abad 18 hingga 19 Masehi. Secara lebih detail, berikut merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi kemunculan Pan-Islamisme, yaitu:
- Adanya ekspansi militer, ekonomi dan kebudayaan bangsa-bangsa Barat di negara Islam Timur Tengah.
- Adanya perpecahan dari umat Islam yang disebabkan oleh konflik antar madzhab atau sekte dalam Islam, seperti antara Islam Sunni dengan Islam Syi'ah, atau antara Islam Sunni dengan Islam Khawarij.
- Sistem absolutisme kerajaan Islam menyebabkan berbagai penyelewengan di segala aspek kehidupan bernegara.
- Perkembangan intelektual umat Islam yang lambat karena anggapan bahwa pintu ijtihad dalam Islam telah tertutup untuk selamanya.
- Keyakinan taklid (Meyakini keyakinan terdahulu tanpa meneliti asal-usul keyakinan itu dan kebenaran keyakinan tersebut) yang telah merajalela di antara intelektual muslim.
- Bercampurnya kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal sehingga melahirkan berbagai penyimpangan dalam ajaran Islam.
Tujuan
Pan-Islamisme bertujuan untuk menegaskan kembali landasan-landasan umat Islam dalam membangun nasionalisme demi kemajuan peradaban Islam. Tujuan yang ingin dicapai Pan-Islamisme, yakni:
- Menghapuskan penjajahan bangsa Barat terhadap umat Islam
- Menghilangkan sifat kesukuan dan golongan untuk mempersatukan umat Islam
- Membangkitkan solidaritas antar umat Islam yang bernasib sengsara karena dominasi bangsa Barat
- Membangun sebuah sistem pemerintahan Khilafah untuk memajukan peradaban Islam
Pengaruh
Pada perkembangannya, Pan-Islamisme mampu menarik perhatian dari masyarakat Islam. Mereka menerapkan gagasan Pan-Islamisme dalam aspek agama, politik, pendidikan, sosial dan budaya. Dalam buku Gerakan Islam Abad XX (1986) karya Murtadha Muthahhari, pengaruh Pan-Islamisme mampu membangkitkan kesadaran umat Islam untuk melakukan perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat. Selain itu, ideologi Pan-Islamisme juga dijadikan dasar dalam melawan absolutisme dari penguasa dunia Islam. Beberapa tokoh nasionalis dunia Islam menggunakan Pan-Islamisme sebagai dasar perlawanan kolonialisme dan imperialisme. Berikut tokoh-tokoh gerakan nasionalis dunia Islam yang menggunakan Pan-Islamisme sebagai ideologi perlawanan :
- Arabi Pasha dari Mesir memimpin gerakan perlawanan terhadap Inggris
- Reza Shah Pahlavi yang berusaha menyatukan nasionalisme Mesir dengan ajaran Syiah
- Houari Boumedine dari Aljazair yang menggagas sosialis-nasionalis Islam di Aljazair
- HOS Tjokroaminoto dari Indonesia mendirikan Sarekat Islam untuk menggalang persatuan umat Islam dalam melawan kolonialisme Belanda[5]
Lihat pula
Pranala luar
- Azmi Özcan. Pan-Islamism: Indian Muslims, the Ottomans and Britain (1877-1924), Brill Academic Publishers, 1997, ISBN 90-04-10632-4 ISBN 978-90-04-10632-1
- Nazir Ahmad Khan Chaudri, Commonwealth of Muslim States: a plea for Pan-Islamism, al-Ahibba (Friends of the Muslim World Muhibban-e-Alam-e-Islami), 1972.
- M. Naeem Qureshi. Pan-Islam in British Indian Politics: A Study of the Khilafat Movement, 1918-1924, Brill Academic Publishers, 1999, ISBN 90-04-10214-0
Pustaka
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.