Rumah ini tidak dibangun dengan sisi panjang di sejajar jalan, tetapi tegak lurus terhadap jalan. Pada rumah Palimasan semua bagian atapnya menggunakan atap perisai sehingga membentuk atap limas. Jika memakai anjung, atapnya juga berupa atap perisai yang dinamakan Rumah Ba'anjung tipe Palimasan.
Menurut Tim Depdikbud, menyatakan bahwa Palimasan: " Merupakan suatu bangunan yang mukanya menyerupai tipe Gajah Baliku, beratap jurai (jurai luar/jurai laki) dengan muka hidung bapicik, bagian paluaran dan pamedangan diperluas dengan tangga sisi kiri-kanan, tidak berbubungan tinggi, anjung (Pisang Sasikat) diganti dengan Ambin Sayup".
Menurut Tim Depdikbud dalam literatur lainnya menyatakan bahwa ciri-ciri Palimasan: " Atap jurai hidung bapicik (maksudnya atap perisai), segi empat panjang, tangga masuk dari muka ke pamedangan, hiasan jamang, panapih tidak ada kecuali pilis banturan atap dan pilis samping".
Menurut Syamsiar Seman (1983:5) menyatakan bahwa: "Pada kurun waktu kemudian bentuk rumah Bubungan Tinggi ini berubah bentuk penyederhanaan yang kemudian disebut dengan nama Palimasan. Denah bangunan tetap sama dengan Bubungan Tinggi tetapi lantai berjenjang menjadi sama seluruhnya dengan konstruksi bubungan berubah menjadi atap limas".
Ciri-cirinya:
Pada mulanya tubuh bangunan induk rumah adat Palimasan ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang dari depan ke belakang yang ditutupi dengan menggunakan atap limas (kedua ujungnya beratap perisai). Atap rumah ini keseluruhannya membentuk atap limas sehingga dinamakan Palimasan. Atap limas ini menutupi mulai ruang Surambi Pamedangan hingga ruang-ruang yang ada di belakangnya. Bentuk dasar ini merupakan Rumah Palimasan tanpa Anjung.[2]
Dalam perkembangannya selanjutnya Rumah Palimasan yang berbentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan ruangan beratap perisai hanya pada salah satu sisi bangunan pada samping kiri atau kanan bangunan atau bisa juga kedua-duanya baik sisi kiri maupun kanan secara simetris dan posisinya agak ke belakang. Kedua buah ruangan beratap perisai ini berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi. Ruang tambahan ini disebut anjung. Kedua buah anjung beratap perisai ini dinamakan anjung Ambin Sayup sehingga membentuk Rumah Palimasan Ba'anjung Ambin Sayup.[3][4]
Perkembangan lebih lanjut dengan mendempetkan dua buah Rumah Palimasan Ba'anjung Ambin Sayup sehingga membentuk Rumah Palimasan Kambar Siam Ba'anjung Ambin Sayup.
Terdapat 4 buah pilar yang menyangga atap emper depan (karbil) yang beratap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit pada surambi sambutan.
Pada dinding depan (disebut Tawing Hadapan) terdapat 1 atau 2 atau 3 pintu depan (disebut Lawang Hadapan).
Ruang serambi utama (disebut Pamedangan) menggunakan pagar susur (disebut Kandang Rasi).
Disamping model tangga lurus ke depan ada pula model tangga berbentuk kembar ke kanan dan ke kiri.
Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang:
Surambi Muka merupakan teras rumah dilengkapi dengan tangga berjenjang tiga atau lima trap.[5]
Surambi Sambutan (serambi bawah) merupakan ruang terbuka dikelilingi railings yang disebut Kandang Rasi dilengkapi dengan tangga berjenjang tiga atau lima trap.[6]
Pamedangan (serambi atas) merupakan ruang setengah terbuka dikelilingi railings yang disebut Kandang Rasi.
Seman, Syamsiar, Drs.H. Rumah Adat Banjar Arsitektur Tradisional Kalimantan Selatan, Direktorat Perumahan, Dirjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Informasi Teknik Pembangunan, Proyek Pembinaan Umum Pembangunan Perumahan Kalsel, 1983.
Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar Palimasan di Martapura (Tunggul Irang), Depdikbud Kanwil Kalsel, Bidang Muskala, 1988.
Azan, Seminar Tata Ruang dan Karakteristik Rumah Tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, Juni 1994.