PSIM Yogyakarta

klub sepak bola di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

PSIM Yogyakarta

PSIM (Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram) Yogyakarta (bahasa Jawa: ꦥ꧈​ꦱ꧈​ꦆ꧈​ꦩ꧈​ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ, translit. PSIM Yogyakarta) atau PSIM Jogja adalah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Yogyakarta, Indonesia dan bermarkas di Stadion Mandala Krida. Klub ini didirikan pada 5 September 1929 dengan nama awal Perserikatan Sepakraga Mataram (P.S.M.) dan menjadi salah satu dari tujuh bond (perserikatan) yang mencetuskan pendirian Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (P.S.S.I.) di Societeit Hande Projo (sekarang Ndalem Yudonegaran) pada 19 April 1930. Klub tersebut pernah menjuarai Kompetisi Perserikatan pada 6 Mei 1932, Divisi Satu Liga Indonesia pada 4 September 2005, dan Liga 2 Indonesia pada 26 Februari 2025. PSIM memiliki kelompok suporter bernama Brajamusti (Brayat Jogja Mataram Utama Sejati) – (sebelumnya bernama Paguyuban Tresna Laskar Mataram) dan The Maident (Mataram Independent), serta memiliki sebutan Laskar Mataram dan Naga Jawa. Pada 2025–2026, klub tersebut berlaga di Liga 1 Indonesia.

Fakta Singkat Nama lengkap, Julukan ...
PSIM Yogyakarta
ꦥ꧈​ꦱ꧈​ꦆ꧈​ꦩ꧈​ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ
Thumb
Nama lengkapPerserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram
Julukan
  • Laskar Mataram
  • Naga Jawa
Nama singkatPSIM
Kota/KabupatenKota Yogyakarta
NegaraIndonesia
FederasiPersatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
Berdiri
  • 5 September 1929:
    Perserikatan Sepakraga Mataram (P.S.M.)
  • 27 Juli 1930 – sekarang:
    Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (PSIM) Yogyakarta
StadionStadion Mandala Krida
(Kapasitas: + 35.000)
PemilikPT PSIM Jaya Yogyakarta
Direktur Utama Yuliana Tasno
Manajer Dyaradzi Aufa Taruna
Pelatih Erwan Hendarwanto
LigaLiga 1 Indonesia
Situs webSitus web resmi klub
Kelompok suporter
  • Brajamusti (sebelumnya Paguyuban Tresna Laskar Mataram)
  • Mataram Independent
Thumb
Thumb
Thumb
Kostum kandang
Thumb
Thumb
Kostum tandang
Thumb
Thumb
Kostum ketiga
Tutup
Fakta Singkat Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram ...

Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram


Tim utama
Tutup

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

PSIM didirikan pada 5 September 1929 dengan nama Persatuan Sepakraga Mataram (P.S.M.). Nama "Mataram" digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Mataram.[1][2] Pada 19 April 1930, P.S.M. bersama dengan B.I.V.B.–Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (sekarang Persib Bandung), I.V.B.M.–Indonesische Voetbal Bond Magelang (sekarang PPSM Magelang), V.V.B.–Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (sekarang Persis Surakarta), S.I.V.B.–Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond Surabaya (sekarang Persebaya Surabaya), V.I.J.–Voetbalbond Indonesia Jacatra (sekarang Persija Jakarta), dan M.V.B.–Madioensche Voetbal Bond Madiun (sekarang PSM Madiun) turut mencetuskan pendirian PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hande Projo.[a][3][4] P.S.M. dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Abdul Hamid, Daslam Hadiwasito, dan Muhammad Amir Notopratomo.[1] Sementara itu, B.I.V.B. diwakili oleh Gatot, I.V.B.M. diwakili oleh Erents Alberth Mangindaan (siswa Hoogere Kweekschool), V.V.B. diwakili oleh Soekarno (bukan Presiden Soekarno), S.I.V.B. diwakili oleh Pamoedji, V.I.J. diwakili oleh Sjamsoedin (mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia), dan M.V.B. diwakili oleh Kartodarmoedjo.[5][6] Selain itu, ada juga tamu khusus yang datang dalam pertemuan tersebut, yaitu Soeratin Sosrosoegondo, Soebroto, dan Soetjipto.[7]

Aqwam Fiazmi Hanifan (pundit sepak bola) di Detik Sport menyebut jika sempat terjadi perdebatan dalam pertemuan tersebut, lantaran Soekarno mempertanyakan status keberadaan Indonesische Voetbal Bond (I.V.B.). Notopratomo enggan jika organisasi baru ini berafiliasi dengan I.V.B, tetapi Hamid selaku ketua konferensi menyetujui agar I.V.B. dihidupkan kembali dan direformasi total. Hamid beralasan kehadiran Soebroto sebagai perwakilan I.V.B. dalam konferensi itu menjadi jawaban jika I.V.B. mendukung penuh keputusan yang akan diambil konferensi.[8] Soebroto pun turut membenarkan pernyataan tersebut dan bersedia mendukung organisasi tandingan itu.[9]

Abdul Hamid, ketua umum pertama P.S.I.M.

Nikko Auglandy dalam bukunya berjudul Bangkitlah Sang Legenda: Kiprah Persis Solo di Dunia Sepak Bola mencatat bahwa pertemuan ini akhirnya menghasilkan keputusan untuk membubarkan I.V.B. secara resmi dan membangun organisasi sepak bola khusus pribumi.[5] Menurut Hanifan, penamaan organisasi sepak bola itu juga berlangsung alot karena terdapat tiga nama yang diajukan sebelumnya, yaitu Indonesische National Voetbal Bond (I.N.V.B.), Persatoean Voetbal Bond Indonesia (P.V.B.I.), dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (P.S.S.I.).[8] Namun, dipilihlah nama P.S.S.I. (diubah menjadi "Sepak Bola" dalam Kongres P.S.S.I. ke-1 di Surakarta pada 21 Mei 1931)[10] setelah diadakan voting, dengan ketua umum dan wakilnya yang pertama Soeratin dan Daslam.[5][7][11]

Berikut jajaran keanggotaan awal P.S.S.I. periode pertama.[7][12]

Informasi lebih lanjut Jabatan, Nama ...
Jabatan Nama
Ketua Soeratin Sosrosoegondo
Ketua Muda/Wakil Ketua Daslam Hadiwasito
Penulis/Sekretaris Muhammad Amir Notopratomo
Bendahara Anwar bin Noto
Pemimpin Pertandingan Muhamamad Moerdan bin Noto
Pengamat/Juru Periksa Abdul Hamid
Tutup

Karel Stokkermans dalam catatannya berjudul Dutch East Indies Football History menambahkan jika sejak tahun itu pula kompetisi tahunan antarkota atau perserikatan diselenggarakan di bawah naungan P.S.S.I.[13] Nama P.S.M. lantas diubah menjadi Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (P.S.I.M.) pada 27 Juli 1930 akibat tuntutan pergerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia,[14] dengan ketua umum pertama Abdul Hamid.[15][16][17][18][19][20] Saat itu, klub ini merupakan bond perjuangan bangsa untuk melawan kesewenang-wenangan[b] federasi sepak bola bentukan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan etnis Tionghoa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (N.I.V.B.) (berganti nama menjadi Nederlandsche Indische Voetbal Unie atau N.I.V.U. pada 1935) dan Hwa Nan Voetbal Bond (H.N.V.B.).[21][22]

Era Perserikatan

Pembukaan pertandingan final Kompetisi Perserikatan 1932 antara P.S.I.M. dan V.I.J. oleh Soekarno. Pertandingan ini sendiri dimenangkan oleh P.S.I.M. dengan skor 2–1.
Piala Perserikatan tahun 1932 yang diraih oleh P.S.I.M. Yogyakarta.

Ketika Kompetisi Perserikatan pertama kali diadakan di Surakarta pada 1931,[c] P.S.I.M. menjadi juara kedua setelah kalah bersaing dengan V.I.J.[23] Pada 16 Mei 1932, klub ini menjuarai kompetisi setelah mengalahkan V.I.J. dalam pertandingan final di Batavia. Pada tahun berikutnya, klub tersebut hanya menduduki peringkat keempat dalam kompetisi yang berlangsung di Surabaya.[24] Selanjutnya, terjadi perselisihan antara P.S.S.I. dan P.S.I.M. dalam kurun waktu 1934–1937.[25] Otentisitas data keluarnya P.S.I.M. dari keanggotaan P.S.S.I. dapat diketahui dari absennya klub ini dalam kompetisi yang tiap tahun dilaksanakan oleh P.S.S.I. hingga 1937.[13]

Novan Herfiyana (sejarawan sepak bola Indonesia) yang diwawancarai oleh Hanifan mengatakan jika P.S.S.I. saat itu masih berupaya menghidupi organisasinya sendiri melalui iuran anggotanya. Bukan kekuasaan yang diperebutkan, lantaran kalangan pribumi masih banyak yang belum mengenalnya, apalagi pihak Belanda. Secara umum, dia menyatakan motif utama di balik keluarnya P.S.I.M. dari P.S.S.I. karena ketidakpuasan terhadap kebijakan dan keputusan yang diambil pada masa itu.[25]

Artikel di Majalah Panji Poestaka tahun 1934 memberitakan bahwa P.S.I.M. saat itu juga membentuk organisasi tandingan bernama Persatoean Olah Raga Seloeroeh Indonesia (P.O.R.S.I.) di Yogyakarta.[25] Organisasi ini tidak hanya menaungi sepak bola saja, tetapi berbagai cabang seperti voli, tenis, bulu tangkis, kriket, dan sebagainya.[26][27] Tindakan itu lantas mendapat kecaman dari bond-bond anggota P.S.S.I., bahkan hasil Kongres P.S.S.I. ke-6 pada Mei 1936 di Bandung memutuskan untuk menghukum P.S.I.M.[25]

Sebulan kemudian, tepatnya pada 27 Juni 1936, P.S.S.I. di bawah kepemimpinan Soeratin mendirikan bond baru tandingan, yaitu Persim Mataram (ada juga yang menyebut Persima Mataram) di Yogyakarta.[27] Selain itu, P.S.S.I. turut membujuk para pemain P.S.I.M. untuk hengkang ke Persis Surakarta, salah satunya adalah R. Maladi.[28] Namun demikian, kehadiran Persim tidak mendapatkan respons positif dari masyarakat Yogyakarta, meskipun Majalah Olahraga Edisi Maret 1937 menyebut jika P.S.S.I. akan menggelar turnamen di Yogyakarta pada awal tahun 1937 untuk mempopulerkan Persim. Rencana tersebut akhirnya urung dilakukan P.S.S.I. dikarenakan khawatir akan sepi penonton.[25][27]

Maladi dalam artikel yang ditulisnya berjudul Perjalanan Sepak Bola Indonesia mengungkap bahwa faktor utama terjadinya konflik tersebut adalah tidak diikutsertakannya P.S.I.M. dalam jajak pendapat antara P.S.S.I. yang diwakili Soeratin dengan N.I.V.U. Kerja sama ini terkait timnas Hindia Belanda yang akan dikirim ke Piala Dunia 1938 di Prancis.[26][29] Ario Yosia di Bola memperjelas jika P.S.S.I. dan N.I.V.U. melakukan penandatanganan Gentlement Agreement pada 15 Januari 1937, yang berakibat perpecahan di kubu P.S.S.I.[25] Salah satu butir dalam perjanjian tersebut adalah dilaksanakannya pertandingan antara tim bentukan N.I.V.U. melawan tim bentukan P.S.S.I. sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia atau semacam seleksi tim. Namun, N.I.V.U. melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya, lantaran P.S.S.I. saat itu mempunyai tim yang kuat.[30][31] Koran Pemandangan Edisi April 1937 menyebut jika Soeratin akhirnya mengasingkan diri ke Bandung dan urusan P.S.S.I. diserahkan kepada R.M. Soeratman Erwin yang ditunjuk sebagai Ketua Harian P.S.S.I.[26]

Beberapa pihak beranggapan bahwa Soeratin hanya dapat menandatangani perjanjian itu jika memperoleh persetujuan dari Kongres P.S.S.I. ke-7, yang akan digelar di Surakarta pada Mei 1937. Namun, Soeratin beralasan bahwa prinsip-prinsip dalam perjanjian tersebut tidak berbeda dengan usulan yang telah disetujui dalam Kongres P.S.S.I. ke-4 di Surakarta. Lebih lanjut, dia beranggapan jika kerja sama dengan N.I.V.U. tidak dipermasalahkan, lantaran tidak dibahas kembali dalam Kongres P.S.S.I. ke-5 di Semarang dan Kongres P.S.S.I. ke-6 di Bandung.[25][27]

Pihak yang tidak terima dengan usulan Soeratin lantas mengadakan rapat tahunan di Yogyakarta pada 28–29 Juni 1937. Namun, dia tidak dapat hadir, sehingga pimpinan rapat diserahkan kepada R.A. Kasmat. Hasil rapat tersebut akhirnya mengakui perjanjian tersebut, tetapi terjadi perubahan mendasar dalam struktur kepengurusan P.S.S.I. Tekanan yang terus dilakukan anggota P.S.S.I. di bawah Soeratin menyebabkan para pengurus P.S.S.I. yang didominasi pengurus P.S.I.M., seperti Kasmat, Daslam, dan Notopratomo akhirnya mengundurkan diri. Kendati demikian, Soeratin tidak tergeser dari jabatan Ketua Umum P.S.S.I., bahkan Soeratman Erwin dan beberapa pengurus baru dari Surakarta ditunjuk untuk menggantikan para pengurus lama. Kantor P.S.S.I. yang semula berkedudukan di Yogyakarta pun turut dipindahkan ke Surakarta.[25][27]

Setelah pergantian pengurus dan perpindahan kantor, P.S.I.M. memilih untuk bergabung kembali dengan P.S.S.I. Selain itu, P.S.I.M. juga bersatu dengan Persim pada 21 Oktober 1937, yang menandai berakhirnya perselisihan antara kedua pihak. Berikut dokumentasi mengenai penyatuan P.S.I.M. dan Persim.[25]

Tiada hujan, sunyi angin, sekonyong-konyong kabut bergulung meliputi suasana, sehingga gelap-gulita keadaan di situ, bertepuk tangan riuh rendah, tampik sorak gelak-gelak, pihak yang menjadi penonton. Bahagia orang yang mendapat karena perpecahan awak. Tetapi ratap tangis ibu pertiwi terdengar rindu merdu seperti serunai, memanggil doa pihak yang sesungguhnya sedarah sedaging belaka. Ratap tangis ibu pertiwi menyadarkan mereka yang tengah berada dalam kelupaan, kembali di pangkuan ibu…. Dua Voetbal Bond, P.S.I.M. dan Persim bersatu kembali dan bernaung di bawah panji P.S.S.I.[d][27]

Era Liga Indonesia

Pada 4 September 2005, PSIM menjuarai Divisi Satu Liga Indonesia 2005 (sekarang Liga 2 Indonesia) dan naik ke Divisi Utama Liga Indonesia 2006 (sekarang Liga 1 Indonesia), setelah mengalahkan Persiwa Wamena dalam pertandingan final di Stadion Si Jalak Harupat dengan skor 2–1.[32]

PSIM pertama kali tampil di Divisi Utama Indonesia (format lama Liga 1) pada musim 2007-2008. Bermain di Wilayah Timur, Laskar Mataram hanya berhasil finis di peringkat ke-15 dari 18 peserta. Hal itulah yang membuat PSIM gagal lolos ke Liga Super yang dimulai pada tahun 2008, karena tim yang dapat tampil di Liga 1 wajib duduk di posisi delapan besar pada edisi terakhir Divisi Utama.

PSIM pernah hampir lolos ke kompetisi kasta tertinggi saat berlaga di Liga 2 2021. Namun, setelah berhasil lolos ke babak semifinal, usaha PSIM harus kandas di duel perebutan peringkat ketiga, akibat menelan kekalahan 0-1 dari Dewa United di Stadion Pakansari, Bogor, pada 30 Desember 2021.

Pada tahun selanjutnya, Kompetisi Liga 2 2022 dihentikan di tengah jalan pasca Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022.

Pada Liga 2 2023, PSIM lolos ke babak 12 besar setelah menduduki peringkat ketiga Grup 2. Namun, gagal lolos ke semifinal karena kalah selisih gol dari Persiraja Banda Aceh, yang berhasil melaju ke semifinal dengan predikat peringkat kedua terbaik menyusul Semen Padang.

PSIM Yogyakarta pada babak 8 besar Liga 2 Indonesia 2024–2025.

Pada Liga 2 Indonesia 2024–2025, PSIM awalnya dilatih oleh Seto Nurdiantoro, tetapi performa tim ini menurun pada paruh kedua babak reguler. Hal tersebut menyebabkan PSIM mengakhiri kerja sama dengan Seto, yang kemudian digantikan oleh Erwan Hendarwanto (interim).[33] Pada 26 Februari 2025, PSIM menjuarai Liga 2 Indonesia 2024–2025 dan naik ke di Liga 1 Indonesia 2025–2026, setelah mengalahkan Bhayangkara FC dalam pertandingan final di Stadion Manahan dengan skor 2–1 (setelah perpanjangan waktu).[34] Sebagai pelatih interim, Erwan berpotensi mengalami kendala lisensi kepelatihan, lantaran dirinya masih memegang lisensi A AFC. Berdasarkan regulasi yang berlaku, pelatih di Liga 1 Indonesia wajib memiliki lisensi Pro AFC.[33]

Stadion dan suporter

PSIM bermarkas di Stadion Mandala Krida, sedangkan tempat lain yang digunakan untuk latihan para pemain adalah Lapangan Karang Kotagede,[35] Lapangan Kenari,[36] dan Lapangan Bokoharjo.[37] Klub tersebut memiliki kelompok suporter bernama Brajamusti – (sebelumnya bernama Paguyuban Tresna Laskar Mataram) dan The Maident,[38] serta memiliki sebutan Laskar Mataram dan Naga Jawa.[39] Sementara itu, anthem (lagu kebanggaan yang teridentifikasi milik sebuah kelompok atau golongan)[40] yang diciptakan sebagai bentuk dukungan untuk klub ini adalah Aku Yakin dengan Kamu.[41]

Lini masa

Ringkasan
Perspektif

Prestasi

Perserikatan

Liga Indonesia

Perangkat tim

Per 17 Februari 2025.[44]
Informasi lebih lanjut Jabatan, Nama ...
Jabatan Nama
Direktur utama Indonesia Yuliana Tasno
Manajer Indonesia Dyaradzi Aufa Taruna
Asisten manajer Indonesia Ivan Wirajaya
Sekretaris tim Indonesia Aprilia Sulistyowati
Pelatih kepala Indonesia Erwan Hendarwanto (interim)
Pelatih fisik Indonesia Asep Ardiansyah
Pelatih kiper Indonesia Didik Wisnu Ari Nugroho
Fisioterapis Indonesia Dicky Fathurohman
Dokter tim Indonesia Adidya Rizky Pambudi
Praktisi pijat Indonesia Dicky Zulqarnain
Indonesia Rakha Fairuzy Hernawan
Kitman Indonesia Farid Syaifurrohman
Indonesia Mateus Kristianto
Indonesia Yuda Mustofa
Tutup

Skuat pemain

Thumb
PSIM Yogyakarta Musim 2024–2025.
Per 17 Februari 2025.[45]

Musim 2024/2025

Informasi lebih lanjut Posisi, Nama ...
Posisi Nama Nomor punggung Negara
Penjaga gawang Riki Pambudi 25 Indonesia Indonesia
Penjaga gawang Harlan Suardi(i) 26 Indonesia Indonesia
Penjaga gawang Khairul Fikri Ma'arif 47 Indonesia Indonesia
Pemain belakang Yusaku Yamadera 3 Jepang Jepang
Pemain belakang Asyraq Gufron Rachmadhan 5 Indonesia Indonesia
Pemain belakang Sunni Hizbullah 6 Indonesia Indonesia
Pemain belakang Muhammad Fariz(ii) 13 Indonesia Indonesia
Pemain belakang Lucky Oktavianto 22 Indonesia Indonesia
Pemain belakang Samuel Christianson Simanjuntak 23 Indonesia Indonesia
Pemain belakang Rio Hardiawan 29 Indonesia Indonesia
Pemain belakang Edgard Amping(iii) 74 Indonesia Indonesia
Gelandang Ghulam Fatkur Rahman 7 Indonesia Indonesia
Gelandang Domenico Savio Sheva Maresca Amavisca 8 Indonesia Indonesia
Gelandang Omid Popalzay 10 Afganistan Afganistan
Gelandang Arif Satyayudha Alkanza 11 Indonesia Indonesia
Gelandang Muhammad Rendra Teddy Wijanarko 14 Indonesia Indonesia
Gelandang Muammar Khadafi 16 Indonesia Indonesia
Gelandang Saldi Amiruddin 18 Indonesia Indonesia
Gelandang Figo Dennis Saputrananto(iv) 19 Indonesia Indonesia
Gelandang Arlyansyah Abdulmanan(v) 20 Indonesia Indonesia
Gelandang Adittia Gigis Hermawan 21 Indonesia Indonesia
Gelandang Arya Putra Gerryan Senyiur Lawolo 24 Indonesia Indonesia
Gelandang Sugiyanto Baitul Rohman 27 Indonesia Indonesia
Gelandang Pramoedya Putra Suhardi 31 Indonesia Indonesia
Gelandang Daniel Roken Saputra Tampubolon 54 Indonesia Indonesia
Gelandang Muhammad Narendra Tegar Islami(vi) 57 Indonesia Indonesia
Penyerang Camara Ousmane Maiket(vii) 9 Indonesia Indonesia
Penyerang Fajar Akhmad Khusen(viii) 15 Indonesia Indonesia
Penyerang Irvan Yunus Mofu 88 Indonesia Indonesia
Penyerang Rafael de Sá Rodrigues 91 Brasil Brasil
Keterangan:

(i) Pinjaman dari PSM Makassar.
(ii) Pinjaman dari PSS Sleman.
(iii) Pinjaman dari PSM Makassar.
(iv) Pinjaman dari Persija Jakarta.
(v) Pinjaman dari Persija Jakarta.
(vi) Pinjaman dari Borneo F.C. Samarinda.
(vii) Pinjaman dari Borneo F.C. Samarinda.
(viii) Pinjaman dari Borneo F.C. Samarinda.

Tutup

Lihat pula

Catatan

  1. Ada polemik yang sampai saat ini belum selesai. Banyak masyarakat yang menganggap jika Societeit Hande Projo adalah Monumen Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau Gedung Bola PSIM Yogyakarta, yang digunakan sebagai pertemuan bond-bond (perserikatan) untuk mendirikan federasi sepak bola tanah air. Namun, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Ferry Tri Adi, kata "Societeit Hande Projo" sudah muncul di koran-koran tahun 1927 akhir, misalnya De Indische Courant edisi Oktober hingga November yang memuat berita soal pertemuan Jong Indonesia di gedung tersebut yang dihadiri sekitar 150 orang. Ada lagi perihal agenda rapat umum Jong Indonesia pada 30 Oktober 1927, yang meliputi presentasi maksud dan tujuan Jong Indonesia (oleh S. Mangoensarkoro). Selanjutnya, kata "Societeit Hande Projo" juga digunakan oleh Boedi Oetomo untuk membahas konferensi kerja sama dengan penduduk pribumi dan otonomi desa. Koran Bintang Mataram tanggal 22–24 April 1930, yang memuat acara pertemuan perserikatan untuk pembentukan PSSI, menuliskan bahwa bond-bond yang melakukan pertemuan tersebut melakukan pertandingan di Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta pada sore hari (Adi, Tabloid Bola No. 2.668 Tahun 2016). Data tersebut diperkuat tulisan Eddi Ellison dalam bukunya berjudul Soeratin Sosrosoegondo: Menentang Penjajahan Belanda dengan Sepak Bola Kebangsaan (Elison 2014, hlm. 17–18).
    Dengan wajah serius penuh optimisme, suara M. Daslam Adiwasito tercetus tegar. Antara lain dia berkata: 'Kita orang kumpulan sport bagi kemuliaan bangsa'. Tepuk tangan meriah bergema menyambut kata pembukaan ketua sidang itu dalam suatu pertemuan di ruangan Gedung Hande Projo (sekarang Gedung Batik) di Jalan Yudonegaran, Yogyakarta, hari Sabtu, 19 April 1930❞ (Elison 2014, hlm. 17–18).
    Berdasarkan data sederhana yang sudah dikumpulkan Ferry itu, dapat diketahui bahwa banyak orang salah kaprah menganggap Monumen PSSI sebagai Societeit Hande Projo hingga saat ini. Tanggal yang tertera juga tidak menemui kecocokan. Belum lagi soal jarak. Jika Societeit Hande Projo adalah Monumen PSSI yang berdiri di utara Stadion Mandala Krida, jaraknya dari Alun-Alun Utara (tempat bond-bond melakukan pertandingan) lumayan jauh. Masuk akal jika Societeit Hande Projo itu berada di Jalan Yudonegaran, karena jarak dengan Alun-Alun Utara sekitar satu kilometer dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki (Adi. "Monumen PSSI: Sering Dikira Societeit Hande Projo". Juara.net. Diakses tanggal 14 Februari 2025).
  2. Menurut Maladi, ada tiga masalah yang dihadapi oleh PSSI saat itu. Pertama, tidak adanya lapangan sepak bola yang representatif untuk sebuah kejuaraan PSSI yang dapat menampung banyak penonton. Kedua, banyak pemain Indonesia yang sudah masuk ke NIVB. Sebagian besar dari mereka bekerja di perusahaan, institusi/tentara, dan sekolah Belanda. Apabila mereka mengikuti pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan oleh PSSI, ada risiko mereka akan dikeluarkan dari perusahaan dan sekolah mereka. Pada 1932, NIVB akhirnya melarang para anggotanya bermain dalam kejuaraan yang diselenggarakan oleh PSSI. Ketiga, masalah keuangan untuk biaya kantor PSSI di Yogyakarta. Dana untuk itu biasanya merupakan sumbangan dari beberapa tokoh pengurus PSSI seperti Ir. Soeratin, H. Anwar bin Noto, dan H.A. Hamid. Dana untuk kejuaraan PSSI yang pertama di Surakarta pada 1931 ditanggung oleh tuan rumah (Kusuma 2018, hlm. 7–8).
  3. Ketika pertama kali diadakan, Kompetisi Perserikatan hanya diikuti oleh tiga klub, yaitu Voetbalbond Indonesia Jacatra (V.I.J.), Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (P.S.I.M.) Yogyakarta, dan Vortenlandsche Voetbal Bond (V.V.B.) Solo (Stokkermans. "1931 Perserikatan Result". Rec.Sport Soccer Statistics Foundation (RSSSF 2012/2024). Diakses tanggal 15 Februari 2025).
  4. Paragraf ini dikutip oleh situs Sepakraga Mataram dari artikel Majalah Olahraga bulan November 1937. Soedigdo (pengurus Persim) dengan sukarela menghapus nama Persim untuk satu nama di Yogyakarta, yaitu hanya “P.S.I.M. Yogyakarta” (Redaksi Sepakraga Mataram. "Dualisme Sepak Bola Jogja 1934–1937 Antara P.S.I.M. Jogjakarta vs Persim Mataram". Sepakraga Mataram. Diakses tanggal 14 Februari 2025).

Rujukan

Daftar pustaka

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.