Loading AI tools
program yang dicanangkan walikota Depok Nur Mahmudi Ismail Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
One Day No Rice (bahasa Indonesia: Satu Hari Tanpa Nasi) adalah sebuah program yang dicanangkan Wali kota Depok Nur Mahmudi Ismail demi menggalakkan diversifikasi pangan di wilayahnya.[1] Program ini diawali dengan diterbitkannya SK Wali kota Depok no. 010/27-um tanggal 10 Februari 2012 yang memerintahkan seluruh penjual makanan di kantin di balai kota Depok untuk tidak menjual nasi yang terbuat dari beras setiap hari Selasa, namun menyediakan makanan pengganti seperti kentang, singkong, dan umbi-umbian lainnya.[2] Kebijakan ini muncul setelah diskusi antara Nur Mahmudi Ismail dan profesor Djoko Said Damardjati mengenai kesuksesan program serupa di Korea Selatan.[3] Melalui program One Day No Rice ini, masyarakat diminta untuk mengurangi konsumsi beras dan beralih ke makanan pokok lain seperti umbi-umbian[4] yang sebenarnya tersedia dalam jumlah besar di pasar tradisional.[5]
Program ini telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari pemerintah pusat[4] dan penghargaan rekor MURI.[6] Nur Mahmudi Ismail juga telah didaulat sebagai Wali kota teladan karena pelaksanaan program ini.[7] Program ini bahkan telah diliput oleh saluran televisi internasional, CNN.[8] Menteri Pertanian mempertimbangkan program ini untuk menjadi program nasional.[9]
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memuji langkah Nur Mahmudi Ismail dan mulai menerapkan program One Day No Rice di lingkungan pemerintahan Jawa Barat, dengan memilih hari Rabu sebagai hari tanpa nasi.[10] Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan,[11] Provinsi Sumatera Utara,[5][12][13] Kabupaten Lampung Selatan,[14][15][16] Kabupaten Sukabumi,[17] Kabupaten Bandung,[18] Kabupaten Jayapura,[19] Kota Kendari,[20] Kota Samarinda,[21] Kota Pekalongan,[22] Kota Bandung,[23] Kabupaten Kolaka Utara,[24] Provinsi Bali,[25] Kota Padang,[26] Kota Payakumbuh,[27] Kota Solo[28] dan Kota Bogor juga meniru program ini. Lampung Selatan melaksanakannya pada hari Jumat, sedangkan Kabupaten Sukabumi melaksanakannya pada hari Kamis. Kabupaten Bandung baru merencanakan untuk melaksanakannya mulai akhir tahun 2013. Pemerintah Kota Kendari melaksanakannya pada hari Senin dan dimulai sejak awal tahun 2014. Mahasiswa Universitas Riau yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata juga menerapkan dan memperkenalkan program One Day No Rice kepada masyarakat beserta menu yang disarankan berupa ubi kayu goreng, ubi jalar goreng, getuk, mie sagu, serut, perkedel jagung, jagung dengan campuran kelapa, cream ubi, dan kolak ubi jalar.[29]
Ketika Nur Mahmudi Ismail mengajukan ODNR menjadi peraturan daerah, DPRD Kota Depok menolak pengajuan tersebut karena dianggap tidak memenuhi pertimbangan sosiologis, filosofis, dan yuridis. DPRD Kota Depok menganggap ODNR tidak penting dari aspek sosiologis karena "tidak terlalu penting dan justru banyak mendapat penolakan dari warga Depok." Dari sisi filosofis, DPRD Kota Depok menganggap bahwa "perda ini belum dibutuhkan secara signifikan bagi masyarakat Depok."[30]
Nur Mahmudi mengklaim bahwa telah terjadi penurunan konsumsi beras di kota Depok, yang diikuti dengan bertambahnya jumlah perusahaan dan warung makan yang menyediakan menu non-beras. Penurunan terjadi dari angka 97 kg beras per kapita pada tahun 2011 menjadi 90 kg per kapita pada tahun 2014.[31]
Selera makan masyarakat Indonesia cenderung sulit diubah.[32] Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia pada saat ini umumnya masih timpang, belum beragam dan bergizi seimbang. Tingkat konsumsi per kapita Indonesia sebesar 139 kg/ tahun. Sementara untuk konsumsi hasil pertanian dari tanaman kelompok gramineae (beras, jagung dan terigu) di rumah tangga sebesar 316/gram per kapita/hari, padahal menurut Standar Pola Pangan Harapan (PPH) seharusnya 275 gram/hari saja. Sementara itu, konsumsi umbi –umbian hanya 40 gram per kapita per hari, jumlah ideal 100 gram per kapita per hari. Mengkonsumsi satu jenis karbohidrat secara terus menerus mampu menyebabkan gangguan kesehatan.[2][4] Program ini pun mengundang kontroversi, dan Nur Mahmudi Ismail tidak menampik kemungkinan adanya tabrakan budaya.[33]
Setiap peningkatan konsumsi beras sebanyak 10% diketahui mampu meningkatkan inflasi mencapai 5%[2] sehingga perlu dikurangi. Menurut Prof. A. Subagio, PhD dari Jurusan Teknologi Hasil Pangan FTP Universitas Jember, Indonesia kaya akan pangan alternatif pengganti beras, antara lain ubi kayu atau singkong, sagu, ubi jalar, jagung, dan lainnya.[34] Jawa Barat sendiri memiliki berbagai kekayaan alam dari hasil pertanian dengan 77 sumber karbohidrat, 75 sumber lemak, 26 sumber kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, dan 228 jenis sayuran ada di Jawa Barat.[10]
Demi mensukseskan program ini, Pemerintah Kota Depok menjalin kerja sama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor dalam penyediaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memproduksi beras analog yang terbuat dari berbagai bahan sejak bulan Mei 2012.[35] Pemerintah Kota Depok juga sedang membina pengusaha kecil dan menengah di luar Depok untuk memproduksi dan mensuplai bahan pangan non beras.[36]
Demi mempromosikan program ODNR ini, Nur Mahmudi Ismail meluncurkan "batik One Day No Rice". Batik ini bermotifkan berbagai varian karbohidrat yang dapat dikonsumsi sebagai pengganti nasi.[37][38] Nur Mahmudi Ismail juga meluncurkan buku berjudul One Day No Rice.[33][39][40]
Salah satu perusahaan ternama di Kota Depok, PT Medifarma Laboratories, telah mengikuti program One Day No Rice. Kantin pabrik tersebut tidak menyajikan nasi yang terbuat dari beras setiap hari Selasa, melainkan nasi dari beras analog yang terbuat dari bulir jagung. Karyawan yang disurvey menyatakan bahwa nasi yang terbuat dari beras analog sama enaknya dengan nasi biasa dan tidak memiliki masalah sama sekali jika dilakukan sehari seminggu.[41] Serupa dengan Medifarma, PT XACTI, perusahaan kamera digital terbesar di Asia Tenggara menyatakan siap melaksanakan program One Day No Rice.[42] Partisipan ODNR lainnya adalah Bayer, PLN, Bank Jabar Banten, Hotel Santika, dan Hotel Bumi Wiyata. Berbagai sekolah, restoran, dan warteg di Depok serta Lemhannas, KORPRI, Dharma Wanita Kementerian Pertanian, dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok juga mensukseskan program ini.[43][44][45][46] Berbagai toko di depok seperti 7 Eleven dan The Cost juga menjual bahan makanan non beras sejak Oktober.[36] Mantan Jaksa Agung Andi Muhammad Ghalib telah mencoba program One Day No Rice dengan hadir ke balai kota Depok,[47] begitu pula dengan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi.[48] Ketua lembaga Lanjut Usia Indonesia menyatakan mendukung program ini karena menurutnya sangat baik untuk menjaga kesehatan di usia lanjut.[49]
Agenda One Day No Rice telah menjadi bagian dalam berbagai kehidupan masyarakat, bahkan agenda partai politik. Di Bandung, pendeklarasian menu One Day No Rice dilakukan bersamaan dengan pembahasan calon presiden dari Partai Keadilan Sejahtera.[50] Tim Pengendali Inflasi Daerah Sumatera Utara mendapatkan penghargaan TPID Terbaik dan TPID Berprestasi dari presiden jokowi salah satunya berkat program ODNR.[51]
Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail menyatakan bahwa dengan mengurangi konsumsi beras padi sehari sekali dan mengonsumsi beras jagung, tapioka, ubi kayu, dan pisang dua kali dalam sehari maka akan menghemat beras padi 22 juta ton[1] dan anggaran pemerintah sebanyak Rp 161 triliun setiap tahunnya.[52][53] Program ini juga bermanfaat untuk menjaga harga beras tetap stabil.[2]
Diversifikasi pangan menjadikan manusia lebih sehat.[1] Selain itu, diversifikasi pangan mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan tumbuhnya UKM yang mengolah bahan pangan non-beras dan meluasnya lahan pertanian yang menanam tanaman pangan non beras.[1]
Diversifikasi pangan juga penting demi mewujudkan kedaulatan pangan nasional.[34] Jika satu hari saja masyarakat Indonesia tidak makan beras, maka akan ada penghematan 35,4 triliun rupiah. Jika Indonesia tidak mengimpor beras alias tidak bergantung kepada negara lain, maka Indonesia akan menjadi negara berdaulat di tengah percaturan global.[34]
Badan Ketahanan Pangan Nasional menyebutkan bahwa program One Day No Rice berpotensi mengurangi jumlah kemiskinan[53] dengan mengurangi pasokan beras bagi rakyat miskin. Dengan memperkaya santunan bagi rakyat miskin (tidak hanya pada beras), maka beras yang dialokasikan bisa dibagikan ke lebih banyak rakyat miskin. Bagian yang dikurangi tersebut ditambahkan dengan bahan pangan lain seperti umbi-umbian dan jagung.[1]
Provinsi Bengkulu menjadikan program One Day No Rice sebagai solusi dalam menghadapi inflasi.[54]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.